Macam-macam Peraturan Soal Tanah yang Berhubung dengan Adat di Daerah-daerah

9. Macam-macam Peraturan Soal Tanah yang Berhubung dengan Adat di Daerah-daerah

Ban yak m acam -m acam peraturan ten tan g tan ah yan g tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Bahkan di satu desa sering terdapat praktik peraturan yang tidak sama juga. Pada pem bah asan in i akan diam bilkan con toh yan g terdapat di salah satu daerah yang akan diuraikan sebagai beri- kut.

1. Untuk soal tanah, biasanya diadakan rapat antara beberapa

d esa ber sam a jika ad a u r u san tan ah yan g m en yan gku t kepentingan dan mengenai tanah di beberapa desa. Urusan bersama itu seperti pembuatan jalan dan saluran air yang m enyangkut beberapa desa. Nam un bisa juga terjadi satu

Mochammad Tauchid

dukuh memutuskan sendiri urusan tanah lepas dari pusat desan ya (krajan n ya), karen a h an ya m en yan gkut h al-h al yang m engenai kepentingan orang dalam satu dukuh itu saja. Seperti pernah terjadi di pedukuhan Tawangrejo dan Nogorejo (Kepanjen). Di sini nampak bahwa dukuh (seba- gian desa) m em pun yai beschikkin gsrecht, bilam an a bes- chikkingsrecht tidak m engganggu kepentingan um um .

2 . Perubahan tanah gogol mendapat persetujuan dari ¾ suara gogol dalam desa. Seperti yang telah ditentukan oleh In- landsche Gem eente Ordonnantie tentang ini sesuai dengan Con v ersiebesluit . Tetapi tidak jaran g terjadi putusan itu cukup diambil atas dasar “sama mufakat” yang berarti ber- damai antara orang-orang yang bersangkutan saja dengan persaksian Lurah. Namun sebaliknya dapat juga “sama mu- fakat” itu harus diartikan bahwa putusan mengenai itu harus diambil dengan suara bulat.

3 . Di satu desa, untuk memutuskan tanah komunal (gogolan)

harus dengan kemufakatan semua pemilik tanah (gogol dan kendoan, pemilik tanah yasan) dalam satu kumpulan. Tetapi di desa lainnya hanya oleh gogol, seperti terdapat di desa Ngadilangkung dan Curungrejo, Kepanjen. Di desa Gedok Kulon-Turen, tidak hanya gogol dan kendon saja yang boleh turut memutuskan bahkan orang numpangpun boleh juga turut m em punyai suara m em utuskan. Di Cem pokom ulyo, orang kendon disebut sebagai “gogol yasan”.

4 . Di beberapa desa yang mempunyai hak suara (di samping

kewajiban pen uh terhadap desa) han ya gogol yan g biasa disebut “oran g yan g wajib m em ilih petin ggi”. Dalam hal lain, orang yang menumpang dapat juga hak suara di dalam desa, kecuali hal-hal yang penting (di antaranya mengenai

Masalah Agraria di Indonesia soal tanah).

5 . Desa tidak turut campur dalam urusan tanah yasan (indivi-

dueel bezitsrgrond ), tetapi ada juga desa yang menentukan tentang tanah milik yasan itu.

6 . Desa dapat m engusahakan m endapatkan tanah GG untuk penghasilan desa. Kalau sudah dua kali panen, hasilnya dipa- kai untuk m em biayai keperluan desa, dan dapat m engu- rangi beban-beban yang harus ditanggung oleh gogol, seba- gai pengganti uang angguran (hoofdgeld).

Sifat hukum dan hak milik tanah rakyat yang berlaku me- nurut hukum adat yang berbeda-beda dengan beragam corak m enggam barkan beragam nya corak, susunan, sem angat dan jiwa desa di Indonesia. Karenanya keadaan dan semangat desa yan g berm acam -m acam m em en garuh i tin gkat kecerdasan rakyat lainnya. Beragam corak ini juga dipengaruhi oleh hak tanahnya. Di daerah yang kuat dan erat hubungan tanahnya dengan desa, akan berbeda jiwanya dibanding dengan desa lain n ya yan g hak m ilik tan ahn ya adalah hak m ilik perseo- rangan. Kuat lemahnya desa sebagai kesatuan hukum tergan- tung dari hak milik tanah menurut adat di situ.

Dalam sejarahnya, sebagaimana telah diuraikan di muka, nampak selalu bahwa pemberian hak tanah disertai denngan kewajiban yang harus dijalankan oleh si penerima hak. Besar kecilnya hak penduduk serta kewajibannya tergantung juga dari besar kecilnya hak tanah yang ada padanya.

Hak suara dalam desa, di samping mendapatkan hak ba- gian tanah, diim bangi dengan kewajiban terhadap m asyara- katnya. Nampak jelas bahwa siapa yang bekerja akan mendapat

h ak yan g lebih besar d ar ip ad a or an g yan g tid ak beker ja. Orang– orang yang pertama membuka hutan dijadikan tanah

Mochammad Tauchid pertanian bagi orang seluruh desa, dianggap sebagai orang

yang berjasa kepada desa itu, dan harus dimuliakan. Orang- orang yang pertama (cikal bakal, eerste ontginners) dipandang orang yang harus dimuliakan, bahkan di beberapa tempat ku- buran cikal bakal dianggap sebagai kuburan yang mesti dimu- liakan oleh orang se-desa. Turunan orang-orang “cikal bakal” masih dianggap juga sebagai orang-orang yang pantas dihor- mati. Dalam kebiasaan pemerintah desa, maka Lurah dengan perabot desa lainnya dipandang sebagai Badan Penguasa yang m em egang hukum dan m enjalankan pem erintahan, sedang “orang-orang tua” (m arakaki, tuw o-tuw o deso) sebagai De- wan Penasehat, yang tidak kurang ditaati oleh rakyat di situ.

Sebagai pemegang hukum dalam urusan tanah adalah Lu- rah den gan peran gkatn ya, sebagai rechtsfun ction aris, atau orang-orang tua yang dianggap lebih m engerti tentang asal- usulnya tanah di desa itu.

Lurah sebagai rechtsfunctionaris, dalam desa itu sering salah m em pergunakan haknya dan berbuat yang m erugikan rakyat. Kewajiban rakyat untuk keperluan desa yang berarti un tuk kepen tin gan m asyarakat serin g dipergun akan un tuk kepentingan Lurah dengan pegawainya. Beban rakyat menjadi tambah berat, dan akhirnya jauh tidak seimbang dengan hak yan g diterim a olehn ya.