Hak Konsesi

I. Hak Konsesi

Pemberian tanah dengan Hak Konsesi kepada orang asing diatur den gan Un dan g-Un dan g Kon sesi Tahun 18 77 (Bijbl. 3381), yang diubah dan ditambah pada tahun 1878 bijbl. 3381,

18 8 4 Bijbl. 4350 d an 18 92 (Bijbl. 4770 , 58 8 9, 7735, d an 9155). Pemberian hak konsesi ini maksudnya untuk membe- rikan kesem patan seluas-luasnya kepada kaum m odal untuk menanamkan modalnya di lapangan pertanian dengan menda- patkan tanah yang seluas-luasnya.

Menurut pasal 1 dari Keputusan Pemerintah (Gouverne- m ents Besluit ) yang tertanggal 3 November 1892 No. 2 (Bijbl, 4770 ) Kepala Pem erintahan Daerah (Hoofd van Gew estelijk Bestuur, Residen ) yang mempunyai daerah Swapraja dikuasa- kan atas n am a Pem er in tah H in dia Belan da m en gesah kan pem berian hak konsesi oleh Raja kepada orang asing. Oleh Raja-raja diberikan kepada orang asing untuk mengusahakan tanah di daerahnya dengan hak konsesi yang lamanya 75 tahun dan luasnya 350 0 ha (= 4932 bau = 15,4 paal pesegi).

Batas waktu 75 tahun ini dapat juga diperpanjang/ ditam- bah sampai 50 tahun lamanya, jika pada waktu habisnya kon- trak masih terdapat tanaman keras (jati atau karet) yang dita-

Masalah Agraria di Indonesia n am oleh Kon sesion aris dan luasn ya sekuran g-kuran gn ya

masih 25 ha. Batas maksimum luas 350 0 ha itu kalau perlu dapat ditam- bah lagi, asal persil itu berhubungan dengan persil lainnya dan jumlah luasnya tidak lebih dari 350 0 ha.

Yang mendapat hak untuk mendapat konsesi ialah orang Belanda (Nederlandsch onderdaan) atau persekutuan dagang lainnya yang berkedudukan di Nederland atau di Hindia Be- landa. Untuk daerah Sumatera Timur berlaku surat Pemerin- tah (Regeeringsm issive) yang tertangal 16 J uni 18 94, Bijbl. 4954, yang memberikan juga kesempatan kepada orang asing lainnya (tidak hanya untuk Belanda) untuk mendapatkan kon- sesi di sana.

Oran g asin g tim ur (Vreem de Oosterlin gen ) dapat juga menerima hak konsesi. Namun jika pembesar daerah berke- beratan atas pemberian izin konsesi kepada orang asing timur, karena pertimbangan-pertimbangan politik atau sebab-sebab lainnya, maka pemerintah pusat yang memutuskan. Selanjut- nya dalam peraturan itu disebutkan juga bahwa untuk menjadi beheerder dan opziener ondernem ing harus mendapat surat izin dari Hoofd van Gew estelijk Bestuur. Peraturan ini juga berlaku bagi oran g-oran g asin g lain n ya. Oran g asin g dapat diusir dari ondernem ing karena pelanggaran atas peraturan ini.

Cijns (pachtschat) sebagai sewa yang harus dibayar tiap- tiap tahun besarnya minimum f 1, - (satu rupiah) tiap-tiap ha. atau f 0 .71 untuk tiap-tiap bau per satu tahun. Sewa ini dibayar pada tahun kedua dari m ulai m endapatkan hak itu, 1/ 5-nya dari besarnya cijns. Tahun ketiga membayar 2/ 5, tahun keem- pat 3/ 5, begitu seterusnya, dan baru m ulai pada tahun yang

Mochammad Tauchid ketujuh m em bayar penuh cijns-nya. Untuk Sam bas, pem ba-

yaran dengan jumlah dan cara di atas dapat dimulai pada tahun per tam a.

Untuk tanah yang baik, cijns dapat juga lebih dari f 1, - tiap-tiap ha. Tetapi sebaliknya, kalau memang ada alasan yang cukup, dapat dim intakan kurang dari m inim um f 1,-. Untuk mendapat kekurangan cijns dapat diajukan kepada pemerin- tah. Ada juga yang tidak diperhitungkan cijns-nya tiap-tiap

ha, tetapi dihitung dalam jum lah seluruh luasnya tanah dan berapa cijns sem ua. Konsesionaris dapat m enarik tol di atas jalan dan jem - batan dalam daerah konsesi yang dibuat oleh Konsesionaris yang besarnya ditentukan dengan persetujuan Residen. Tanah Konsesi dapat dijual dan dapat disewakan selama waktu hak kon sesi.

Peraturan -peraturan dan keten tuan -keten tuan lain n ya dalam pemberian hak konsesi itu adalah sebagai berikut:

1. pem berian konsesi tidak boleh bertentangan dengan kon- trak politik antara Pemerintah Hindia Belanda dan Swapraja yang m em berikan hak konsesi,

2 . tanah konsesi hanya untuk kepentingan pertanian dan hutan seperti yang dim intakan, di atas tanah itu tidak boleh di- tan am apa pu n (sebagaim an a per jan jian yan g ter dapat dalam pemberiah hak erfpacht),

3 . tam bang yang ada dalam daerah Konsesi tidak term asuk menjadi hak konsesionaris. Konsesionaris harus mengizin- kan p egawai p er tam ban gan u n tu k m asu k m en gad akan penyelidikan tambang dalam daerah Konsesi itu,

4 . kampung penduduk yang sudah ada dalam daerah konsesi harus tetap diakui, selama orang-orang penduduk kampung

Masalah Agraria di Indonesia menghendakinya. Kalau penduduk tidak dapat lagi menda-

pat tanah di luar daerah Konsesi untuk keperluan pertani- an n ya, Kon sesion ar is h ar u s m en yed iakan tan ah u n tu k p er sed iaan p en d u d u k. J u m lah p en d u d u k kam p u n g itu ditentukan tiap-tiap 5 tahun sekali.

Tanah yang sudah ditinggali rakyat dan dikerjakan tidak boleh diam bil oleh ondernem ing, kecuali kalau dengan izin Hoofd van Gew estelijk Bestuur . Itupun bisa dilaksanakan asal penduduk di daerah tersebut tidak keberatan akan pengam - bilan tanah itu.

Men urut Kon trak Sam bas, tan am an kultur kepun yaan rakyat yang ada dalam daerah konsesi dapat diambil dengan m em beri kerugian yang layak. Kalau penduduk tidak dapat lagi m endapat tanah di luar daerah Konsesi hingga luasnya sem uan ya 21 bau buat tiap keluarga, Kon sesion aris h arus menyediakan tanah luasnya hingga memenuhi 21 bau itu.

Poh on bu ah -bu ah an d an p oh on -p oh on u n tu k sar an g lebah dalam daerah konsesionaris tidak boleh ditebang oleh konsesionaris kalau tidak dengan persetujuan penduduk. J ika pohon-pohon itu ada dalam daerah kampung penduduk, harus mendapat izin Kepala Daerah Setempat (Hoofd van Plaatselijk Bestuur ).

Di sekeliling kampung penduduk harus disediakan tanah lebarn ya 20 0 m eter un tuk persediaan perluasan kam pun g, hingga luasnya sedikitnya 3 kali luasnya kampung yang sudah ada. Tanah itu tidak boleh dipindahkan haknya, kecuali dengan persetujuan penduduk dan Hoofd van Gew estelijk Bestuur. Namun jika digunakan untuk kepentingan ondernem ing yang tidak dapat dielakkan seperti; saluran air, jalan, dan sebagainya dapat dikecualikan dari ketentuan di atas.

Mochammad Tauchid Kam pung baru tidak boleh didirikan lagi dalam daerah

Konsesi, kecuali dengan izin Kepala Daerah mengingat kepen- tingan ondernem ing dan penduduk yang akan tinggal. Hal ini untuk memberi kemungkinan bagi ondernem ing untuk menga- dakan perkam pungan bagi buruh yang bekerja di onderne- m in g- n ya.

Penduduk berhak memetik buah-buahan dan hasil hutan di daerah konsesi yang belum diusahakan. Begitu juga untuk mengambil kayu bakar dan kayu perkakas, asal hanya untuk keperluan sendiri. Untuk ini lebih dulu harus mendapat perse- tujuan Konsesionaris.

Kalau Pemerintah menghendaki tempat untuk keperluan pem erin tahan , dapat m en gam bil tan ah daerah kon sesi itu asalkan yan g tidak berupa kebun tan am an keras, atau ba- n gu n an -ban gu n an dan per u m ah an on d ern em in g lain n ya. Pengambilan tanah ini dilakukan dengan memberi ganti rugi dan pengurangan cijns karena pengambilan tanah tersebut.

Konsesionaris tidak boleh m engganggu tanah kuburan, dan di samping itu harus menyediakan tanah untuk perluasan kuburan dengan tidak mendapat pengurangan cijns dari tanah persediaan kuburan.

Dalam Kontrak Sam bas juga disebutkan bahwa “Rakyat Sultan” yang ada dalam daerah konsesi atau bekerja pada Kon- sesionaris, kewajibannya terhadap Raja (herendienst dan seba- gainya) diatur dalam kontrak. Mereka dapat membayar uang kepada Sultan sebagai ganti kewajiban bekerja kepada Raja itu.

Tanah Konsesi di Sumatera Timur

Sudah sejak 80 tahun yang lalu oleh Raja-Raja di Sumatera Tim ur, terutam a Deli, Serdang dan Langkat, dengan perse-

Masalah Agraria di Indonesia tujuan Hoofd van Gew estelijk Bestuur, telah diberikan tanah

hak konsesi kepada orang asing untuk membuka perkebunan tan am an bahan -bahan ekspor. Yan g pertam a ialah kon sesi untuk tanaman tembakau. Setelah seorang pioner perkebunan tembakau menyelidiki dan ternyata tanah di Sumatera Timur sangat baik untuk ditanami tembakau (terkenal dengan tem- bakau Deli) yang tidak terdapat di daerah lainnya.

Pemberian konsesi kepada orang asing oleh Raja disertai syarat-syarat dan perjanjian seperti peraturan konsesi yang telah diuraikan di muka tadi. Di antara daerah konsesi itu meli- puti kampung penduduk yang harus dijamin juga. Ini sesung- guhnya berarti bahwa nasib rakyat diserahkan oleh Raja kepa-

da ondernem ing. Peraturan antara yang satu daerah Swapraja dengan lain- nya berbeda-beda. Baru kemudian sesudah pemerintah cam- pur tangan dalam hal ini, maka peraturan itu disamakan.

Sebagaimana yang sudah-sudah, konsesi ini berlaku un- tuk lamanya maksimum 75 tahun dengan kesempatan mem- perpanjang lagi sampai 50 tahun. Cijns-nya f 1, - (minimum) tiap ha tiap tahun, dan diberi kesem patan m endapat keku- rangan kalau cukup alasannya.

Dengan kemajuan tanaman tembakau di daerah itu yang ternyata menghasilkan hasil yang sangat baik, maka tanah kon- sesi makin luas dan menyusul tanaman lainnya (karet, kelapa sawit, teh dan sebagainya). Akhirnya hampir seluruh daerah Sumatera Timur jatuh ke tangan modal asing dengan pembe- rian konsesi itu.

Mochammad Tauchid Luas tanah Sumatera Timur

3. 031.000 ha 1. Tanah Konsesi: a. Konsesi tembakau

261.000 ha b. Perkebunan tanaman keras yang sudah ditanami

94.000 ha yang belum ditanami

233.000 ha 888.000 ha 2. Tanah Pertanian Rakyat a. Tanaman Keras: karet

60.000 ha kopi

500 ha kelapa

15.000 ha aren

500 ha pohon buah–buahan

7.000 ha 83.000 ha b. Tanaman padi (sawah irigasi)

19.000 ha sawah tidak beririgasi

21.000 ha padi huma

7.000 ha 47.000 ha c. Tanaman saluran dan tembakau

2.000 ha d. ladang

100.000 ha e. Tanah yang sudah dikerjakan

20.000 ha 122.000 ha

252.000 ha 3. Hutan cadangan

-- 4. Hutan rimba liar (tidak dipergunakan)

1.372.000 ha Jumlah semua

3.031.000 ha

Dengan angka-angka itu kelihatan bahwa tanah konsesi hampir 30 % dari luasnya di seluruh Sumatera Timur, sedang tanah pertanian rakyat hanya lk. 8% saja. Di antaranya hanya lk. 6% saja pertanian untuk bahan m akanan. Tanah konsesi selalu terletak di tempat yang baik (subur).

Tanah konsesi seluas itu dimiliki oleh 257 pemegang kon- sesi bangsa Belanda, 197 oleh bangsa asing lainnya (Amerika, Belgia, In ggris). Kepun yaan ban gsa J erm an dan J epan g di Marihat sekarang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indone- sia.

Tanah seluas itu, m erupakan 30 % dari luasnya daerah, atau 60 % dari luasnya tanah erfpacht dan Konsesi di luar J awa

Masalah Agraria di Indonesia

d an Mad u r a (1.6 19 .0 23 h a), t id ak sem u a d ip er gu n akan . Konsesi tembakau yang lebarnya 261.0 0 0 ha, rata-rata hanya ditanami tiap tahun 15 á 20 .0 0 0 ha, (yang paling lebar pena- naman tembakau pada tahun 1927 seluas 26.0 0 0 ha). Tanah kon sesi lain n ya un tuk tan am an ker as selebar 627.0 0 0 h a hanya 394.0 0 0 ha saja yang ditanami. Lainnya dijadikan tanah cadangan yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun lamanya.

Mereka m enguasai tanah seluas itu karena untuk pena- n a m a n t em b a ka u ya n g d ija la n ka n d en ga n sist em r ot a si (bergiliran) yang lam anya 8 -9 tahun. Daerah ondernem ing seluas itu dibagi m enjadi 8-9 bagian (persil) yang berganti- ganti ditanam i tiap-tiap 8-9 tahun bergiliran. Seteleh selesai tembakau dipetik, tanahnya dipinjamkan kepada rakyat untuk ditan am i tan am an lain n ya yan g berum ur pen dek (jagun g, ketela, padi huma, dan palawija lainnya). Sesudah itu, tanah dibiarkan an tara 6-7 tahun m en jadi hutan belukar, hin gga datangnya waktu untuk ditanami lagi. J adi selama 8-9 tahun tanah itu hanya ditanami 1½ tahun untuk tanaman tembakau (terhitung dari mulai mengerjakan sampai selesai memetik), dan ½ -1 tahun sebagai tanah jaluran ditanam i oleh rakyat. Keberadaa tanaman tembakau yang tidak cukup luas memang disengaja untuk m enjaga kualitas dengan m enanam sedikit saja agar harganya jangan sampai merosot.

Pemakaian tanah semacam itu sungguh suatu kemewahan yang berlebih-lebihan, di samping rakyat yang sangat haus akan tanah. Tanah milik rakyat sangat kecil, rata-rata hanya 0,64 ha tiap-tiap keluarga. Di antaranya hanya 0,15 ha sawah, lainnya berupa ladang. Kepemilikan tanah di Sumatera Timur lebih kecil dari rata-rata kepemilikan tanah di J awa yang sudah kecil itu (lk 0,8 ha, terhitung 0,30 ha sawah dan lainnya tanah kering).

Mochammad Tauchid Pen guasaan tan ah yan g sekian luasn ya den gan h an ya

ditan am i sebagian kecil sekali, berarti tan ah yan g luas itu hanya m em beri m akan kepada orang-orang sedikit. Perban- dingan antara luas tanah tiap hektar dengan orang yang dapat m enerim a pekerjaan dari situ hanya seperti 8 : 5, jadi rata- rata tiap-tiap ha hanya memberi pekerjaan (memberi penghi- dupan) kepada 5/ 8 orang. Sedangkan kalau diusahakan semua tiap hektar sedikitnya dapat memberi penghidupan kepada 6 or an g.

Tanah pertanian yang menghasilkan bahan makanan (ke- cuali yang ditanami karet dan tanaman bahan ekspor lainnnya) hanya 192.0 0 0 ha atau hanya 6% dari seluruh luas tanah, di sam pin g tan ah kon sesi yan g luasn ya 8 8 8 .0 0 0 ha itu, atau merupakan 30 % dari luasnya daerah. Tanah pertanian sekian itu untuk penduduk lk. 1.50 0 .0 0 0 orang banyaknya atau lk.

30 0 .0 0 0 kelu ar ga yan g t er d ir i m asin g-m asin g d en gan 5 orang. Keadaan yang semacam itu menimbulkan akibat yang m em buat petani di sana sangat m elarat karena kekurangan tanah dan sedikit penghasilannya. Produksi bahan m akanan jauh dan kurang untuk mencukupi keperluan makanan pen- duduk, hingga terpaksa tiap-tiap tahun harus mendatangkan beras dari luar negeri (daerah) sebanyak 150 .0 0 0 ton untuk daerah tersebut.

Pertikaian perkara tanah di Sumatera Timur sudah mun- cul sejak lama, sejak adanya Konsesi antara penduduk dengan pihak ondernem ing. Pertikaian itu terus terjadi dan menjadi lebih tajam sejak agresi militer Belanda pertama tahun 1947 yang melahirkan “Negara Sumatera Timur”. Sebab-sebab yang menimbulkan pertikaian itu akan di jelaskan di bawah ini.

Dari sudut ekonom is sangat jelas terlihat keadaan yang

Masalah Agraria di Indonesia san gat gan jil d an m en colok m ata ten tan g per bed aan h ak

kepemilikan tanah bagi petani dan kaum pemodal. Perkebunan yang sangat luas dengan tingkat produksi yang tinggi menun- jukkan kuatn ya kedudukan dalam lapan gan keuan gan dan organisasi, serta perlindungan yang kuat dari Pemerintah Kolo- nial di antaranya dengan adanya poenale sanctie yang meru- pakan surga bagi kaum pemodal. Hal ini menjadi sumber dolar dan emas bagi para pemodal.

Sedangkan bagi petani, pertanian rakyat makin melemah. Mereka kekurangan tanah dan tingkat produksinya rendah. Produksi bahan makanan sangat kurang disebabkan sempit- nya tanah pertanian rakyat. Hidupnya tergantung dari impor bahan makanan dari luar. Tingkat pengetahuan rakyat sangat rendah. Tidak adanya perlindungan dari pem erintah dalam menghadapi kekuatan raksasa yang serba lengkap dan modern peralatannya. Rakyat menjadi kuli yang hidup untuk sekedar tidak mati. Mereka dirusak batin dan jiwanya dengan segala m acam keroyalan yang diberikan oleh pihak ondernem ing. Hal ini dimaksudkan oleh ondernem ing agar rakyat menjadi kuli yang m urah dan setia selam a-lam anya. Rakyat hidup di neraka sedangkan kaum modal hidup dalam surga dunia. Pe- makaian tanah yang sangat mewah oleh ondernem ing, di sam- ping “landhonger” di kalangan rakyat, sungguh suatu keadaan ganjil yang m enyolok m ata.

Tan ah kon sesi tem bakau seluas 261.0 0 0 h a, rata-rata hanya dipergunakan 15.0 0 0 -20 .0 0 0 ha. Tanah konsesi tana- man keras 637.0 0 0 ha hanya dipergunakan 394.0 0 0 ha saja. Sungguh suatu keadaan yang sangat ganjil, kalau melihat tanah pertan ian rakyat yan g han ya 192.0 0 0 ha un tuk bahan m a- kanan dan diperuntukkan 30 0 .0 0 0 keluarga yang harus men-

Mochammad Tauchid dapat m akan.

J ika para pemodal tidak terlalu berambisi untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dan tidak pula menggang- gu dan mengurangi tanaman keras yang sudah ada, yang sudah lebih dari cukup itu, sebenarnya 233.0 0 0 ha tanah dapat dibe- rikan kepada rakyat untuk m enjadi tanah pertanian. Selain itu, dengan tidak mengurangi luasnya penanaman tembakau seperti biasaannya, sudah cukup besar mendapat keuntungan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengubah sistem rotasi, yang sekar an g d ijalan kan 8 -9 tah u n d ipen d ekkan m en jad i 5-6 tahun. Perubahan rotasi tidak akan m em erosotkan hasilnya asal tetap dengan pemakaian syarat-syarat teknis seperti me- nanam rabuk hijau dan sebagainya. Dengan ini akan dapat melepaskan tanah dari konsesi sedikitnya 150 .0 0 0 ha. Sebe- narnya, tanpa mengganggu keleluasaan kaum pemodal untuk mendapat keuntungan, masih dan seharusnya dapat dilepas- kan tanah untuk keperluan rakyat di Sumatera Timur antara 350 .0 0 0 - 40 0 .0 0 0 ha.

Tanah luas tidak dikerjakan membentang di muka rakyat yang tidak

punya tanah dan menjerit minta tanah untuk makan.