106 pasien yang meyakini bahwa penyebab penyakit gangguan jiwa yang diderita oleh
anggota keluarganya akibat dari gangguan roh-roh atau faktor gaibmagis lainnya, mereka percaya bahwa Panti Rehabilitasi Bukit Doa mampu menyembuhkan
anggota keluarganya yang mengalami penyakit gangguan jiwa dengan bimbingan secara rohani.
4.4 Orientasi Prinsip-prinsip Penyembuhan di Panti Rehabilitasi Bukit Doa
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Prinsip-prinsip penyembuhan yang dilakukan di Panti Rehabilitasi Bukit Doa yaitu yang pertama adalah bahwa
kesembuhan penderita penyakit gangguan jiwa semata-mata bersumber dari kepasrahan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang kedua yaitu keluarga si
pasien dipantangkan untuk menggabungkan pengobatan di panti dengan pengobatan lain yang terdapat unsur mistis atau praktek paranormal atau
perdukunan kecuali secara medis. Konsekuensinya menurut pihak panti jika pasien dan keluarganya tidak sepenuhnya menjalankan prinsip memasrahkan diri
kepada Yang Maha Kuasa atau juga mencampur adukkannya dengan pengobatan yang berbeda kepercayaan maka kemungkinan besar kesembuhan si pasien tidak
akan terjadi. Keluarga pasien serta pasien juga akan diodorong untuk taat menjalani
teladan kehidupan umat Nasrani serta mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang kesembuhan yang diadakan oleh pihak panti
.
Artinya yaitu bagi pasien yang dirawat harus bersedia mengikuti setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
pihak panti baik yang bersifat kereligiusan maupun kegiatan-kegiatan yang
107 sifatnya untuk menyembuhkan pasien. Sedangkan bagi para keluarga pasien
dianjurkan untuk rutin berdoa di rumah dan beribadah ke Gereja serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan amanah bagi
umat kristiani. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menganalisis bahwa
Orientasi arahkecenderungan dari prinsip-prinsip dan aplikasi penyembuhan pada penderita penyakit gangguan jiwa di Panti Rehabilitasi Bukit Doa adalah
keyakinan memasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang dapat menyembuhkan penyakit si penderita dengan cara-cara penyembuhan yang
sifatnya didasari oleh kegiatan kereligiusan Agama Kristen Protestan yang dalam pelaksanaannya mengharuskan pasien maupun keluarganya untuk terlibat
didalamnya. Analisis tersebut sejalan dengan pendapat Juara R. Ginting 1986, dalam
penelitiannya mengenai “ Pandangan tentang Gangguan Jiwa dan Penanggulangannya Secara Tradisional pada Masyarakat Karo”. Orang Karo
menyebut semua jenis gangguan jiwa adalah “Mehado”. Mehado memperlihatkan berbagai gejala tingkah laku menyimpang seperti halnya orang-orang yang
mengamuk dijalanan, berjalan tanpa pakaian dan lain sebagainya. Penyebab penyakit jiwa pada masyarakat ini adalah karena gangguan alamiah, gangguan
roh-roh gaib, dan akibat tindakan masa lalu. Pada kepercayaan orang Karo, gangguan jiwa digolongkan sebagai bagian dari “Liah” kesialan yang dapat
terjadi akibat tidak adanya “pasu-pasu” berkat Tuhan.
108
4.5 Orientasi Penyembuhan di Panti Rehabilitasi Bukit Doa