Memberikan Obat Perangsang Saraf Terapi Mental

67

1. Memberikan Obat Perangsang Saraf

Pasien yang mengalami jenis gangguan jiwa saraf diberikan obat kimia yang berfungsi untuk memperbaiki simpul-simpul saraf yang rusak penyebab gangguan dalam otak dan pikiran. Obat-obatan kimia yang diberikan kepada pasien sama seperti yang diberikan di Rumah Sakit Jiwa, oleh karena itu pemberian obat harus melalui resep dokter jiwa. Panti Rehabilitasi Bukit Doa bekerja sama dengan pihak Dokter jiwa dari Rumah Sakit Jiwa Pusat Kota Medan yang datang terkadang setiap dua atau tiga bulan sekali untuk memeriksa dan memberikan obat saraf dan vitamin untuk saraf kepada pasien yang menderita jenis gangguan saraf. Obat-obatan yang diberikan biasanya jenis obat anti- depresan, ansiolitik atau obat penenang dan lain sebagainya untuk membantu memulihkan kerja saraf di otak dan membuat pikran si pasien menjadi tenang. Walaupun pasien yang mengalami jenis gangguan jiwa saraf diberikan obat perangsang saraf, tetapi pemberian obat tidaklah selalu rutin diberikan. Pemberian obat biasanya hanya dilakukan pada awal direhabilitasi lalu kemudian dilihat perkembangan si pasien apakah dengan memberikan obat, pasien secara perlahan mulai berkurang menunjukkan gejala-gejala prilaku menyimpangnya atau tidak berpengaruh sama sekali. Pemberian obat berguna untuk membantu pasien saraf mencapai titik kesadarannya. Setelah pasien mencapai titik kesadarannya barulah pasien tersebut akan dibina mentalnya. 68

2. Terapi Mental

Dalam terapi mental ini sama dengan terapi mental pada pasien dengan jenis penyakit gangguan jiwa stress. Dalam terapi mental ini para pembina akan melakukan pembinaan konseling secara pribadi kepada pasien perindividu. Dibawah ini adalah contoh bagaimana proses terapi mental dilakukan terhadap seorang pasien yang didiagnosa oleh panti menderita penyakit gangguan jiwa jenis saraf bernama Chandra nama samaran : Latar belakang pasien : Chandra adalah seorang pemuda yang menurut pengakuan ibunya ia mulai berbicara dan tertawa sendiri sejak ia pernah membuang benda keramat berupa cawan yang disimpan oleh almarhum kakeknya. Benda keramat berupa cawan tersebut dibuang oleh Chandra ke sebuah sungai atas perintah ibunya. Namun selang beberapa hari kemudian setelah ia membuang cawan itu, tiba-tiba saja dia mulai bertingkah aneh, Chandra sering terlihat suka berbicara sendiri sambil tertawa-tawa seolah-olah ada orang yang sedang meladeninya berbicara”. Tetapi Chandra tidaklah selalu menunjukkan gejala kelaiananya tersebut, terkadang ia masih bisa beraktifitas seperti biasa yaitu berjualan sayur di pasar. Pada saat-saat tertentu ia sering terlihat berbicara dan tertawa sendiri, namun setelah selesai melakukannya Chandra pun tidak ingat bahwa ia barusan saja sudah berbicara dan tertawa sendiri. Oleh karena dirasa sudah mengalami penyakit gangguan jiwa, maka keluyarganya memasukkan Chandra ke Panti Rehabilitasi Bukit Doa. Setelah melakukan proses diagnosa dengan melakukan pengamatan terhadap Chandra dan wawancara terhadap keluarganya, pihak panti menyimpulkan Chandra mengidap penyakit gangguan jiwa jenis saraf. Faktor yang menyebabkannya berdasarkan keterangan dari keluarganya yaitu akibat Chandra pernah disuruh membuang benda yang diyakini keramat dan yang memiliki roh. Roh-roh yang diyakini tersebut mengganggu pikiran dan jiwa Chandra. Pada tahap awal pengobatan Chandra diberi obat perangsang saraf oleh staff panti dan untuk selanjutnya dipantau perkembangannya beberapa hari kedepan apakah Chandra semakin sering atau berkurang melakukan prilaku aneh yang biasa dilakukannya seperti berbicara dan tertawa sendirian. Selagi dipantau perkembangan frekuensi gejala kumatnya, Chandra pun mulai diterapi mental oleh pembina, Deskripsi proses terapi mental pada Chandra akan dipaparkan seperti dialog yang tertulis dibawah ini : “Pukul 10.00 Chandra kembali ke kamar asramanya untuk selanjutnya mendapat “terapi mental”. Kala itu terapi mental pada Chandra dibimbing oleh seorang petugas panti yaitu Ibu Santa Karo Sekali di kamar asrama kelas dua. Ibu pembimbing masuk ke dalam ruangan sembari mengucapkan”… Syalom.... yang kemudian disahut kembali oleh Chandra…….syalom…. Kemudian ibu pembimbing membuka dialog terapi mental dengan mengajak Chandra untuk mengikutinya berdoa terlebih dahulu,….lalu mereka berdua berdoa… setelah berdoa ia berbicara kepada Chandra… Ibu pembimbing :“….Chandra, apa saja yang kamu lakukan hari ini..? Lalu Chandra menjawab….” tadi aku yang bersihkan semua rumput di depan itu buk… . 69 Ibu pembimbing : “oh bagus saya bangga padamu, kamu sanggup mengerjakannya sendiri.….tapi, tadi saya lihat kamu pas waktu nyapu ada seperti berbicara-bicara…sama siapa kamu berbicara tadi…?...... Chandra lalu terdiam sejenak………dan menjawab : “….sama dia tadi buk…” .sambil menunjuk salah seorang pasien lainnya yang ada didekatnya Ibu pembimbing : jangan bohong…aku tadi lihat kamu bicara bukan sama dia…..tapi kamu bicara tidak dengan siapa-siapa….. “.….kamu tahu gak, kalau kebiasaan kamu itu tidak bagus…..kamu harus selalu sadar dan jangan biarkan dirimu melamun atau terdiam sendiri….kamu mungkin gak sadar kalau teman bicaramu itu tidak pernah nyata…saya percaya kamu pasti bisa menghilangkan kebiasaan tidak baik itu….. Chandra, jangan saya lihat kamu melamun atau termenung sendiri lagi yah…1…….karena aku lihat kalau kamu sedang berdiam diri pasti kamu selalu melakukannya….bicara-bicara ntah dengan siapa atau senyum-senyum sendirii…apa kamu sadar kamu melakukan hal yang membuat orang takut samamu……kamu masih muda, banyak impian-impian indah yang belum kamu capai……. kamu kelak harus bekerja diluar sana, lalu menikah dan punya anak….kalau kamu begitu terus.,gak ada yang mau menikah dengan kamu, apa kamu mau?..... Chandra lalu menggelengkan kepalanya pertanda berkata tidak sambil menggaruk-garuk kepalanya……. Ibu pembimbing : saya akan Bantu kamu, supaya kamu jangan melakukan kebiasaan buruk itu lagi,…..ok…. saya kasih kamu Firman Tuhan untuk kamu hapal dan kamu renungkan setiap saat supaya kamu hanya ingat yang saya kasih…….. lalu kemudian ibu pembimbing memberikan sebuah Alkitab kecil pada Chandra Ibu pembimbing : “ ini saya berikan pada kamu untuk kamu baca dan renungkan yah…….. Alkitab ini harus kamu simpan dan kamu jaga tetap bagus yah......kemudian ibu pembimbing juga membuka Alkitabnya yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan menyuruh Chandra membuka Alkitab yang dia berikan pada Chandra Ibu pembimbing :….kita buka Alkitab kita, cari injil Matius 5 :1-12, sesudah ibu pembimbing membuka Alkitabnya, dia membantu Chandra membuka Alkitabnya juga, setelah dapat mereka membacanya bersama-sama…. Ibu pembimbing : Saya kasih kamu tugas, kamu baca ayat ini lalu kamu harus menghapalkannya yah......tapi jangan kamu terlalu paksakan….kamu baca dan hapal saat kamu sedang tidak lagi mengerjakan apa-apa…ntah waktu istirahat di kamar, kamu baca sambil renungkan…..nanti kalau saya Tanya kamu sudah harus hapal yah… Chandra : “… iya buk..”…. lalu ibu pembimbing menutup Alkitabnya dan menyuruh Chandra melipat tangannya untuk mengikutinya berdoa kembali sebagai penutup. Dari contoh proses terapi mental bagi pasien yang mengalami penyakit gangguan jiwa jenis saraf seperti diatas, pembina melakukan terapi mental dengan cara mengajak pasien berbincang-bincang yang intinya adalah untuk mengajarkan 70 dan menyadarkan Chandra pasien agar mau menghilangkan kebiasaan- kebiasaannya selama ini yang dianggap menyimpang yaitu kebiasaan berbicara dan tertawa sendiri. Dengan memberikan suatu tugas kepada Chandra yaitu menghapal beberapa ayat yang tertulis didalam Alkitab, diharapkan Chandra dapat selalu mengalami kondisi sadar hingga Chandra pun lupa dan tidak berkesempatan lagi untuk mengulangi kebiasaan-kebiasaan berbicara atau tertawa sendiri yang biasa dilakukannya saat ia kumat. Terapi mental tersebut biasanya dilakukan minimal sekali sehari sesuai jadwal yang dibuat oleh pihak panti, namun terkadang jika ada waktu luang pasien akan diterapi kembali karena hal ini semakin sering dilakukan akan semakin cepat pasien mengalami pemulihan mental.

3. Memberikan Suatu Kesibukkan atau Tugas