Motivasi Keluarga Pasien Memilih Panti Rehabilitasi Bukit Doa

87 Dari hasil wawancara diatas, terlihat bahwa keluarga dari pasien yang bernama Chandra menyimpulkan penyebab penyakit gangguan jiwa yang dialami oleh Chandra karena faktor gaibmistis dimana Chandra pernah membuang benda yang dianggap keramat berupa cawan ke sebuah sungai atas perintah ibunya sendiri. Mereka yakin bahwa terdapat roh-roh yang mendiami cawan tersebut,, roh-roh itu marah dan merasuki Chandra sehingga Chandra menjadi suka bertingkah laku berbicara sendiri dan tertawa sendiri yang mana Chandra sendiri tidak sadar sering melakukannya. Mereka menyimpulkan faktor gaibmistis tersebut sebagai penyebabnya dengan cara mencoba menerka sejak kapan Chandra mulai pertama sekali menunjukkan tingkah anehnya berbicara sendiri dan tertawa sendiri lalu menghubungkannya dengan peristiwa atau kejadian yang sebelumnya terjadi pada Chandra Chandra disuruh oleh ibunya membuang benda yang dianggap keramat berupa sebuah cawan ke sungai. Karena keluarga Chandra merasa kedua kejadian tersebut saling berhubungan, maka merekapun sama-sama meyakini hal itu sebagai penyebab penyakit gangguan jiwa pada Chandra. Keluarga Chandra percaya bahwa dengan bimbingan rohani yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Bukit, Chandra pasti bisa disembuhkan dari penyakit gangguan jiwa yang dideritanya.

3.9 Motivasi Keluarga Pasien Memilih Panti Rehabilitasi Bukit Doa

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien, ada beberapa pasien yang sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa di berbagai daerahnya masing-masing, beberapa diantaranya juga pernah dirawat 88 dirumahnya masing-masing dengan penyembuhan tradisional. Namun ada juga yang belum pernah diobati sama sekali dan bahkan ada keluarga pasien yang mengakui bahwa demi ketentraman warga sekitar rumah, mereka memasung anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, para keluarga pasien tentu memiliki alasan-alasan untuk memasukkan pasien ke Panti Rehabilitasi Bukit doa ketimbang di Rumah Sakit Jiwa atau pengobatan tradisional ala paranormal maupun yang belum pernah berobat sebelumnya. Alasan-alasannya yaitu :

1. Tempat Pengasingan

Pandangan masyarakat terhadap penderita maupun keluarga penderita gangguan jiwa berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien, penyakit jiwa dianggap sebagai suatu hal yang memalukan, sehingga sedapat mungkin dihindarkan dan dirahasiakan keberadaannya. Hal ini disebabkan penyakit gangguan jiwa adalah penyakit yang memalukan bagi seluruh keluarga pasien, karena itu mereka takut menjadi bahan pergunjingan tetangganya atau anggota masyarakat lainnya dan ini akan menjadi aib bagi keluarga pasien. Seperti pengakuan seorang ibu Br.Sembiring kepada penulis yang anak sulungnya dirawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa karena mengalami stress : “Dahulu sewaktu Martin masih tinggal di rumah, kami mengurung si Martin di kamarnya. Karena kalau sempat si Martin keluar-keluar rumah dan dilihat tetangga atau family kami, kami bisa mendapat malu karena mereka pasti beranggapan kalau keluarga kami punya penyakit gila keturunan. Agar para tetangga dan family tidak tahu, maka kami mengatakan kepada mereka kalau si Martin pergi merantau ke Jakarta.” 89

2. Alasan Ekonomi.

Ada keluarga pasien memiliki alasan lebih murah biayanya di rawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa dibandingkan di rawat di Rumah Sakit Jiwa seperti pengakuan informan bernama Ibu br.Sianturi yang anaknya di rawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa : “Dulu kami sempat membawa Surya ke Rumah Sakit Jiwa, tapi itu hanya tiga bulan saja. Salah satu Alasan kami membawa pulang kembali Surya ke rumah adalah karena kami merasa berat membayar biaya hidupnya di Rumah Sakit Jiwa setiap bulannya lebih kurang Rp.1.000.000bulan belum ditambah biaya untuk pengobatan dan untuk obat penenangnya. Lalu namborunya menganjurkan kami membawa Surya dirawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa saja, dengan biaya Rp 750.000bulan. Itupun kita tidak pernah dipaksakan harus membayarnya tepat waktu. Kalau kita belum punya uang kita bisa meminta tenggat waktu kepada Sekertaris. Lebih enaknya lagi kalau kita memang betul-betul tidak punya uang kita juga bisa membayar seadanya uang kita karena mereka juga Panti Rehabilitasi Bukit Doa lebih banyak dibiayai oleh para donatur dari jemaat Gereja Bukit Doa”. Uang bulanan yang diberikan kepada administrasi panti untuk biaya hidup pasien di Panti Rehabilitasi Bukit Doa berjumlah minimal Rp.750.000bulan jauh lebih murah dibandingkan dengan di Rumah Sakit Jiwa sekitar Rp 1.000.000bulan belum ditambah biaya untuk pengobatan dan untuk obat penenangnya. Uang bulanan yang diberikan kepada administrasi panti sifatnya tidak dipaksakan. Artinya walaupun jumlah nominal yang diberikan dipatok Rp 750.000bulan tetapi jika keluarga pasien tidak mampu membayar sesuai yang ditentukan, keluarga pasien bisa membayar dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuannya serta tidak dipaksakan untuk membayar tepat waktu karena bisa meminta tenggat waktu kepada administrasi panti. Panti Rehabilitasi Bukit Doa lebih banyak mendapat bantuan dari para donatur dari jemaat Gereja Bukit Doa. 90

3. Pasien Tidak Kunjung Sembuh

Alasan sebagaian besar keluarga pasien pindah dari rumah sakit jiwa ataupun beralih dari pengobatan magistradisional ke Panti Rehabilitasi Bukit Doa adalah karena pasien tidak kunjung sembuh walaupun sudah lama dirawat di rumah sakit jiwa atau dengan berobat secara magistradisional. Seperti pengakuan dari beberapa keluarga pasien yang keluarganya yang menderita gangguan jiwa sebelumnya pernah dirawat di salah Rumah Sakit Jiwa dan dengan pengobatan magistradisional. : Pengakuan bapak T.Sinuhaji yang anaknya Chandra nama samaran mengalami gangguan jiwa : “ sebelumnya Chandra berobat di rumah, kami memanggil seorang gurudatu datang ke rumah seminggu sekali. Sudah enam bulan Chandra diobati sama datu itu namun sama sekali tidak ada tanda-tanda Chandra semakin sehat…tetap saja Chandra bertingkah laku aneh…” Pengakuan Bapak Gunawan : “ adik saya sudah lebih dari 14 tahun dirawat di Rumah Sakit Jiwa, namun tidak ada nampak perkembangannya, oleh karena itu saya memasukkan anak saya ke sini Panti Rehabilitasi Bukit Doa-red karena dianjurkan oleh teman saya yang sebelumnya juga ada saudaranya yang dirawat disini sudah normal”. Pengakuan ibu br. Sianturi yang sebelumnya anaknya Surya nama samaran pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa milik pemerintah daerah. “ sebelumnya juga kami pernah membawa Surya ke Rumah Sakit Jiwa di Kota Sidikalang tapi hanya tiga bulan dia dirawat disana, kami membawa Surya pulang kembali ke rumah karena ketika kami jenguk, Surya masih tetap dipasung dan kami lihat tidak ada perkembangan kesehatan jiwa Surya.” 91

4. Repot Mengurus Pasien

Keluarga pasien lainnya juga ada yang beralasan bahwa mengurus kebutuhan sehari-hari pasien jika dibiarkan tinggal di rumahnya sungguh sangat merepotkan. Karena pada dasarnya orang yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Seperti pengakuan Ibu br.Simanjuntak kepada penulis : “sangat merepotkan mengurus Mr.X nama samaran pasien kalau tinggal di rumah, mau makan harus kita yang mengambilkannya, mau mandi dan buang air besar juga harus kita yang membantunya, mau ganti baju juga harus kita yang memakaikannya. Saya sangat kerepotan kalau setiap hari harus menghabiskan waktu mengurusnya karena saya juga bekerja diluar, makanya kami titipkan anak kami di sini supaya ada yang bisa mengurusinya sehari-hari”

5. Mampu Mengusir Roh-roh Setan, Guna-guna dan Kutukan Penyebab Gangguan Jiwa

Bagi sebagian keluarga pasien yang meyakini bahwa penyebab penyakit gangguan jiwa diderita oleh anggota keluarganya akibat dari gangguan roh-roh setan, kena guna-guna atau kutukan, para keluarga pasien ini percaya bahwa Panti Rehabilitasi Bukit Doa mampu menyembuhkan anggota keluarganya yang sakit jiwa. Mereka percaya dengan bimbingan secara rohani akan menyembuhkan si pasien dari penyakit gangguan jiwa karena faktor magisgaib ini. Seperti pengakuan Bapak Gunawan, yang adiknya dirawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa : “oleh karena Thomas nama samaran pasien dahulu suka berdukun meminta jimat-jimat hingga akhirnya dia terkena penyakit jiwa, keluarga kami percaya kalau para pendeta disini mendoakannya maka setan di dalam tubuhnya itu pasti keluar dan dia Thomas pasti bisa sembuh”. 92

3.10 Peranan dan Tanggung jawab Keluarga Pasien Selama Proses Penyembuhan.