70 dan menyadarkan Chandra pasien agar mau menghilangkan kebiasaan-
kebiasaannya selama ini yang dianggap menyimpang yaitu kebiasaan berbicara dan tertawa sendiri. Dengan memberikan suatu tugas kepada Chandra yaitu
menghapal beberapa ayat yang tertulis didalam Alkitab, diharapkan Chandra dapat selalu mengalami kondisi sadar hingga Chandra pun lupa dan tidak
berkesempatan lagi untuk mengulangi kebiasaan-kebiasaan berbicara atau tertawa sendiri yang biasa dilakukannya saat ia kumat.
Terapi mental tersebut biasanya dilakukan minimal sekali sehari sesuai jadwal yang dibuat oleh pihak panti, namun terkadang jika ada waktu luang
pasien akan diterapi kembali karena hal ini semakin sering dilakukan akan semakin cepat pasien mengalami pemulihan mental.
3. Memberikan Suatu Kesibukkan atau Tugas
Pada pasien yang menderita dengan jenis gangguan jiwa saraf lebih ditekankan pada pemberian lebih banyak kegiatan-kegiatan yang positif, atau
suatu tugas dan pekerjaan. Seperti hasil observasi penulis ketika seorang pasien bernama Chandra nama samaran diberikan suatu tugas :
“Sewaktu teman-teman lainnya istirahat di asrama, Chandra malah disuruh untuk membantu para staff yang memasak di dapur. Chandra disuruh oleh salah
seorang staff untuk membersihkan sayur tauge yang akan dimasak bagi seluruh pasien. Selanjutnya setelah semua makanan bagi pasien telah siap tersaji, seluruh
pasien berkumpul di aula untuk makan siang termasuk Chandra, lalu setelah selesai makan semua pasien masuk ke dalam asrama untuk istirahat siang. Tetapi
Chandra diperintahkan untuk tetap tinggal dan membantu para staff mencuci piring kotor serta membersihkan aula tempat makan para pasien. Setelah selesai
pekerjaan tersebut dilakukannya, barulah Chandra disuruh kembali masuk ke asrama untuk istirahat”.
71 Untuk menjelaskan hasil pengamatan penulis seperti diatas, maka penulis juga
mewawancarai pembina yang menyuruh Chandra melakukan tugas-tugas tersebut: “Chandra memang harus terlibat aktif melakukan suatu tugas atau pekerjaan
untuk mengisi waktu kosongnya. Sebab dengan membuatnya sibuk melakukan suatu pekerjaan akan membuat Chandra selalu terjaga kesadarannya dan tidak
melamun. Kalau kesadarannya selalu terjaga, maka pasti ia lupa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaannya yang aneh yang biasa dilakukannya yaitu
berbicara sendiri dan tertawa sendiri”.
Memberikan tugas atau kesibukkan merupakan salah satru cara memulihkan pasien yang mengalami gangguan jiwa saraf . seperti contoh pasien
Chandra yang dipercayakan membantu para staff di dapur dan membersihkan lingkungan panti. Dengan memberikan suatu tugas atau kesibukkan kepada
Chandra, maka Chandra yang memiliki kebiasaan sering terlihat berbicara dan tertawa sendiri akan selalu terjaga dalam kesadarannya dan tidak memiliki
kesempatan waktu untuk melakukan kebiasaannya tersebut. Jika Chandra sudah terbiasa untuk tidak mengulangi kebiasaannya tersebut, maka hal itu merupakan
salah satu indikator untuk menyatakan kesembuhan Chandra dari penyakit gangguan jiwa saraf yang selama ini diidapnya.
Kegiatan-kegiatan lain yang bisa dilakukan oleh pasien antara lain kegiatan olahraga, membersihkan lingkungan secara gotong royong, ataupun
mencuci baju, piring dan lain sebagainya. 4. Terapi Rohani
Pada pasien yang mengalami jenis penyakit gangguan jiwa saraf sama seperti pasien yang mengalami jenis penyakit gangguan jiwa stress juga wajib
72 mengikuti terapi secara rohani. Berikut ini adalah hasil observasi penulis ketika
dilakukan bimbingan rohani yang diikuti oleh Chandra : “Pada malam hari menjelang tidur Chandra dan teman-teman pasien lainnya
diajak untuk mengikuti ibadah malam di kamar kelas dua, kala itu ibadah malam dipimpin oleh ketua bagian ibadah dan doa , ibu Jadi Ester br. Sinuhaji. Ibu
pembina tersebut menyuruh Chandra dan pasien lainnya di ruangan itu untuk melipat tangannya dan mengikutinya berdoa. Setelah selesai berdoa Chandra
dan teman-teman lainnya disuruh mengikuti ibu pembina bernyanyi lagu rohani. Selepas itu ibu pembina mulai mengeluarkan Alkitab Kitab Suci Umat Nasrani
dan membacakannya untuk diperdengarkan pada semua pasien diruangan itu. Suasana terlihat hening ketika ibu pembina mulai membaca Alkitab, semua
pasien termasuk Chandra tampak hanya berdiam diri sambil memperhatikan pembina yang sedang berkhotbah. Setelah selesai membacakan beberapa ayat
yang tertulis dari Alkitab, ibu pembina menutup Alkitabnya dan menyuruh Chandra dan pasien lainnya untuk melipat tangannya dan mengikuti kata-katanya
dalam berdoa sebagai penutup ibadah malam itu”.
Kegiatan-kegiatan dalam terapi rohani lainnya yaitu : •
Berdoa secara khusuk kepada Tuhan, setiap pagi dan malam hari. •
Melakukan “saat teduh” yaitu kegiatan ibadah pagi dengan bimbingan sang Pembina yang diawali dengan berdoa secara pribadi kepada Tuhan,
bernyanyi lagu rohani , mempelajari Alkitab Kitab Suci Agama Kristen , lalu berdoa kembali sebagai penutup.
• Ibadah secara gabungan dengan keluarganya dan dengan para Pembina
setiap hari Jumat. •
Jika kondisi pasien secara fisik dianggap mampu maka dianjurkan juga untuk berpuasa penuh dalam satu hari yang diadakan setiap hari Rabu.
Seluruh kegiatan dalam terapi rohani ini bermanfaat unutk meningkatkan Iman dan ketaatan kepada Tuhan bagi pasien maupun keluarganya.
73
3.5 Kategori Sehat Bagi Seorang Pasien
Pada umumnya, proses penyembuhan yang berlangsung terhadap seorang pasien di Panti Rehabilitasi Bukit Doa berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup panjang bahkan ada yang memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Seorang pasien baru bisa dinyatakan sehat dari penyakit gangguan jiwa yang
dideritanya dan diizinkan untuk dijemput oleh keluarganya setelah dilakukan tes untuk menguji apakah pasien sudah pulih atau belum.
Ada dua jenis tes-tes untuk menguji apakah si pasien sudah pulih atau belum yaitu tes pengamatan dan tes wawancara. Tes-tes tersebut berlaku bagi
semua pasien yang dirawat di Panti Rehabilitasi Bukit Doa, baik bagi pasien yang menderita jenis penyakit gangguan jiwa stress maupun bagi pasien yang
menderita jenis penyakit gangguan jiwa saraf. Untuk mendeskripsikan secara jelas tentang bagaimana proses seorang
pasien akan dinyatakan sudah pulih atau belum, maka penulis mengambil salah satu contoh kasus pada pasien yang bernama Heri nama samaran. Heri
didiagnosis oleh pihak panti menderita penyakit gangguan jiwa jenis stress, heri menunjukkan gejala kambuhnya dengan menjerit-jerit sambil menggigit
tangannya hingga berdarah. Setelah menjalani terapi di Panti Rehabilitasi Bukit Doa selama hampir dua tahun, Heri tidak lagi pernah terlihat menunjukkan gejala-
gejala kambuhnya itu. Pihak panti akan menguji Heri apakah benar-benar sudah pulih atau belum dengan mengadakan tes pengamatan dan tes wawancara pada
Heri.