Pemeriksaan Proteinuria Kuantitatif Pemeriksaan .1 Pemeriksaan Antropometris

atas. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali berjarak 30 menit dengan sphygmomanometer air raksa merek Riester buatan Jerman dengan ketelitian 2 mmHg. Hasil pengukuran adalah rerata ketiga pengukuran tersebut. Cara pengukuran: manset dibalutkan kuat pada lengan atas dengan batas bawah lebih kurang 3 cm dari fosa kubiti dan dipompa kira- kira 20-30 mmHg di atas tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan sumbatan pada arteri brakhialis. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHgdetik sampai terdengar bunyi suara lembut. Bunyi ini merupakan fase-1 Korotkof dan merupakan petanda tekanan darah sistolik. Fase-1 ini kemudian disusul fase-2 yang ditandai dengan suara bising murmur, dan disusul pula dengan fase-3 berupa suara yang keras. Setelah itu, suara mulai menjadi lemah fase-4 dan akhirnya menghilang fase-5. Fase-5 merupakan petanda tekanan darah diastolik, tetapi pada beberapa anak, jika fase-5 sulit didengar, fase-4 digunakan sebagai petunjuk tekanan darah diastolik NHBPEP., 2004. Batasan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik dan diastolik kurang dari 90 persentil menurut jenis kelamin, usia, dan tinggi badan Lampiran 1 dan 2.

3.10.3 Pemeriksaan Proteinuria Kuantitatif

Pengukuran proteinuria kuantitatif sebagai indeks perjalanan klinis penyakit ginjal Hogg et al., 2000 dipakai metode rasio albumin kreatinin urin sewaktu UACR. Sampel urin diambil oleh subjek atau dibantu orang tua subjek pada urin pertama atau kedua pada pagi hari dan dikumpulkan di laboratorium bersertifikasi. Albumin urin diukur dengan nephelometri. Universitas Sumatera Utara Koefisien variasi interpemeriksaan adalah 4,4 dan intrapemeriksaan adalah 4,3. Konsentrasi kreatinin urin diukur dengan metode standar Jaffe koefisien variasi inter dan intrapemeriksaan 3,3 . 3.10.4 Pengambilan sampel darah untuk isolasi DNA dilakukan di laboratorium sebanyak 1 ml dan disesuaikan dengan waktu pemeriksaan darah lainnya pukul 08.00-10.00 pagi. Proses isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan kit buatan Amerika Promega. Sampel darah diproses oleh penelitiasisten sampai tahap pembentukan isolat DNA, PCR, pelaksanaan restriksi, dan elektroforesis di Laboratorium terpadu FK USU. Empat puluh isolat dikirim ke Laboratorium Biokimia Universitas Gadjah Mada Jogjakarta untuk proses optimasi suhu. Analisis Genotip Polimorfisme -173 G ke C Gen MIF Pemeriksaan genotif polimorfisme -173 G ke C gen MIF telah diterangkan oleh Donn et al. Donn et al., 2002. Polymerase Chain Reaction dengan metode Restriction Fragment Length Polymorphism PCR-RFLP digunakan untuk mengamplifikasi fragment 366 bp. Metode ini dipilih karena mudah dan sederhana dalam menentukan lokasi kromosom spesifik Read dan Donnai, 2007. Forward primer adalah 5’- ACT- AAG-AAA-GAC-CCGAGGC-3’ dan reverse primer adalah 5’-GGG- GCA-CGT-TGG-TGT-TTA-C-3’.Untuk pencernaan produk PCR digunakan enzim restriksi Alu I, pada suhu 37 ° C semalaman. Hasil PCR DNA dianalisis pada gel agarose 2,5 dengan pewarnaan 10 etidium bromide sehingga dapat divisualisasi dengan kamera ultraviolet. Genotip GG ditandai dengan 2 pita, yaitu pada 98 bp dan 268 bp. Genotip CC Universitas Sumatera Utara ditandai dengan 3 pita, yaitu pada 205 bp, 98 bp, dan 63 bp. Genotip GC ditandai dengan 4 pita, yaitu pada 268 bp, 205 bp, 98 bp dan 63 bp Lampiran 7. Validitas pemeriksaan dilakukan dengan duplikasi sampel.

3.10.5 Analisis Angiotensin II Plasma