sel ke luar sel. Pada tingkat yang lebih tinggi tingkat ekspresi gen angiotensin II mengatur regulasi gen MIF dan perkembangan hipertensi.
Penderita SNRS yang mengalami hipertensi akan terjadi peningkatan tekanan filtrasi kapiler glomerulus dan proteinuria menetap.
Proteinuria menetap dan hipertensi memengaruhi perjalanan penderita SNRS tubuloglomerular sklerosis hingga menuju tahap akhir PGK
Gambar 8. Keberadaan plasma angiotensin II dan serum MIF di sirkulasi
berkorelasi dengan hipertensi dan proteinuria menetap pada penderita SNRS. Kejadian ini telah dibuktikan pada hewan percobaan, tetapi pada
subjek manusia belum ada dilakukan penelitian.
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Frekuensi alel C -173 gen MIF lebih tinggi pada anak SNRS daripada SNSS dan anak sehat Premis 1,2.
2.4.2 Kadar angiotensin II plasma lebih tinggi pada anak SNRS daripada anak SNSS dan anak sehat Premis 3,4,5.
2.4.3 Kadar MIF serum lebih tinggi pada anak SNRS daripada anak SNSS dan anak sehat Premis 5,6.
2.4.4 Terdapat korelasi positif antara kadar MIF serum dan angiotensin II plasma Premis 5,6.
2.4.5 Polimorfisme -173 G ke C gen MIF, peningkatan kadar angiotensin II plasma, dan peningkatan kadar MIF serum secara bersama-
sama dengan hipertensi merupakan faktor risiko SNRS premis 1,2,5,6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Kerangka Konsep Penelitian. Alel C merupakan faktor genetik pada individu yang dihubungkan dengan peningkatan kadar sitokin MIF di sirkulasi dan reaksi antagonis pada glukokortikoid. Hal ini berkorelasi dengan kadar angiotensin II sistemik dan persistensinya
menimbulkan hiperfiltrasihipertensi glomerular serta peningkatan tekanan filtrasi kapilar. Peranan angiotensin II sistemik terhadap mekanisme pressure-diuresis-natriuresis dan peningkatan tekanan filtrasi kapilar di samping kontrol saraf, merupakan faktor risiko resisten steroid
sehingga terjadi proteinuria menetap. Faktor lain yang perlu diwaspadai juga adalah infeksiinflamasi, gambaran patologi anatomi, usia, dan keberadaan hematuria. Hipertensi dan proteinuria menetap menimbulkan gangguan struktur dan fungsi ginjal tubuloglomerular sklerosis
dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan setelah awitan proteinuria. Keterangan: = kerangka kerja penelitian; = hubungan langsung; = hubungan tidak langsung
SN RESISTEN STEROID
Usia Gambaran
patologi anatomi
Hematuria Hipertensi
Gangguan struktur dan fungsi ginjal Proteinuria
menetap Faktor genetik
Kadar MIF meningkat
Polimorfisme alel C -173 gen MIF
Angiotensin II meningkat
Kontrol syaraf Norepinefrin
Vasopressin Mekanisme
pressure – diuresis -
natriuresis Infeksiinflamasi
Peningkatan tekanan filtrasi
kapilar Efek antagonis
glukokortikoid
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah studi sekat lintang. Subjek terdiri atas penderita SNRS dengan dua grup pembanding, yaitu penderita SNSS dan
anak sehat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Divisi Nefrologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS H. Adam Malik Medan. Subjek penderita SN diperoleh dari beberapa
rumah sakit di kota Medan seperti RS H. Adam Malik, RS Dr. Pirngadi, RS Malahayati, RS Herna, serta dari rumah sakit di luar Provinsi Sumatera
Utara, seperti RSUD Zainul Abidin Banda Aceh, RSUD M Djamil Padang, RSUD M Hoesin Palembang, dan RSUD Pekanbaru. Subjek anak sehat
diperoleh dari beberapa SD, SMP dan SMA di Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area, dan Kecamatan Medan Tuntungan.
Penelitian dimulai bulan November 2011 hingga September 2012. Setiap dokter yang membantu penelitian, telah diberikan penjelasan dan
pelatihan tentang cara kerja penelitian sehingga menjadi dokter terlatih. Dokter terlatih melakukan interview dan mengarahkan subjek menjadi
anggota penelitian dengan menggunakan kuesionerpemeriksaan
kesehatan untuk data demografi dan klinis. Penelitian ini diawali dengan mengedarkan lembar penjelasan penelitian pada seluruh subjekorang tua
dan kemudian diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik kesehatan.
Universitas Sumatera Utara