selang hari. Masa ini dihitung maksimal 2 minggu sejak saat penghentian dosis prednison terakhir hingga saat pengambilan darah.
Tabel 5. Frekuensi Tata Laksana yang Diperoleh Subjek SN
Tata laksana Regimen pengobatan
SNRS n =40
SNSS n=40
Total dosis prednison
saat inklusi mgm
2
LPT Pred + CPA iv
750 mgm
2
+ Pred AD bln x 6 bln
22 -
38,5 2,1
Pred + CPA oral
2-2,5 mgkghari x 12 mgg + Pred AD
14 -
39 2,8
Pred + CsA
3-5 mgkghari dalam dosis terbagi x 1-2 thn
+ Pred AD 2
- 32,3 4,2
Pulse MP + Pred+CPAoral
30 mgkg 4 mgg sekali + Pred + CPA oral
2 -
31,4 3,4
Pred AD saja
0,5-1,5 mgkghari -
17 12,3 8,5
Tanpa pengobatan
- -
23 -
Keterangan: Pred : Prednison;CPA :Cyclophosphamide;CsA : Cyclosporine A; Pulse MP: pulse metil prednisolone; Pred AD: Prednison alternating days;
tanpa pengobatan adalah apabila sampel darah diambil di dalam masa 2 minggu setelah stop Pred AD; iv : intravena, LPT: luas permukaan tubuh;
mgg: minggu; bln: bulan; thn: tahun
4.2 Distribusi dan Hubungan Alel C -173 Gen MIF Menurut Grup
Distrtibusi dan hubungan antara kelompok diagnosis anak SNRS, SNSS. anak sehat dan alel gen MIF ditunjukkan pada Tabel 6
dan 7. Pada Tabel 6, studi ini lebih fokus pada frekuensi alel tabel 2x3
antara alel G dan alel C dengan grup studi daripada frekuensi genotip frekuensi GG, GC dan CC dengan grup studi oleh karena adanya
dugaan bahwa risiko penyakit meningkat apabila frekuensi suatu alel meningkat. Jadi, frekuensi genotip GC dan CC dianggap suatu alel
yang tidak dapat dipisah-pisahkan inherensia.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Distribusi Antara Grup dan Frekuensi Alel
Grup N
Frekuensi alel p
Alel G Alel C
GG GC
CC SNRS
SNSS Anak sehat
40 40
40 14
28 24
22 11
13 4
1 3
0,005
uji chi square untuk melihat hubungan antara kelompok diagnosis dengan alel
Pada tabel 6 ditunjukkan bahwa frekuensi alel C gen -173 MIF pada kelompok SNRS lebih tinggi dibandingkan kelompok SNSS dan anak
sehat. Hubungan alel C dengan probabilitas mendapatkan penyakit SN
ditunjukkan pada tabel 7. Regresi logistik merupakan metode analisis statistika yang tepat untuk menyatakan prediksi suatu alel di dalam pola
interaksi genotip Lewis dan Knight,2012. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan kekuatan hubungan di dalam studi.
Tabel 7. Hubungan Grup dengan Alel C-173 Gen MIF Grup
p OR IK95
SNRS 0,025
2,79 1,13-6,89 SNSS
0,348 0,64 0,25-1,62
Anak sehat ref
Keterangan: uji regresi logistik
Pada Tabel 7 diperlihatkan bahwa ada asosiasi antara SNRS dan alel C. Penderita SNRS memunyai alel C tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan SNSSanak sehat OR 2,79 ; IK 95 1,13 sampai 6,89. Kondisi annealing primer paling optimal adalah pada suhu 60 °C
Universitas Sumatera Utara
selama 45 detik Tabel 8. Kondisi suhu dan waktu annealing yang optimal perlu ditetapkan dahulu, agar hasil optimal.
Tabel 8. Kondisi Genotip Polimorfisme -173 G Ke C Gen MIF di dalam Studi
Marker MIF
Sekuens primer Kondisi
annealing ER
Alel Hasil
bp
G-173C F:5’-ACT-AAG-AAA-GAC-CCG-AGG-C-3’
R:5’-GGG-GCA-CGT-TGG-TGT-TTA-C-3’ 60°C 45 detik
Alu-I G
C 268
205,63
Keterangan:G-173C=G ke C -173 gen MIF;F=forward;R=reverse;ER=enzim restriksi
Gambaran elektroforesis produk PCR setelah digesti dengan enzim Alu I dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.
.
Gambar 11. Gambaran Elektroforesis Produk PCR Setelah Digesti dengan Enzim Alu I dari Ketiga Genotip.
Keterangan: K= kontrol; M= marker; lane 4 dan 5 genotip GC tampak pita pada 268 bp, 205 bp dan 98 bp; lane 6,11,12 genotip GG tampak pita pada
268 bp dan 98 bp; lane 10 genotip CC tampak pita pada 205 bp. 268 bp
205 bp 98 bp
Universitas Sumatera Utara
4.3 Sebaran dan Hubungan Konsentrasi Angiotensin II Plasma dan MIF Serum Menurut Grup