Hipertensi dan proteinuria menetap pada penderita resisten steroid berperan penting dalam progresivitas kerusakan ginjal Zandi-Nejad et
al.,2004;Meer et al,2010. Penderita SNRS memunyai risiko lebih besar mengalami PGK tahap akhir. Kebanyakan penyakit ginjal ditandai dengan
adanya kerusakan awal, diikuti dengan progresivitas lesi ginjal menuju kerusakan parenkim ginjal yang menyeluruh dan akhirnya terjadi gagal
ginjal Djau et al., 2006. Hal ini mirip dengan penyakit kardiovaskular pada umumnya Gambar 7.
Gambar 7. Peranan Angiotensin II dalam Kerusakan Ginjal. Angiotensin II memperantarai setiap tahap kerusakan ginjal yaitu peningkatan tekanan darah,
disfungsi endotel, mikro-makroalbuminuria dan PGK tahap akhir. Keadaan ini juga mirip dengan kejadian pada penyakit kardiovaskular umumnya.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Premis
Hubungan polimorfisme -173 G ke C gen MIF, dengan kadar angiotensin II plasma dan MIF serum pada penderita SN resisten steroid
belum pernah diteliti. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tersebut dengan kerangka pemikiran di bawah ini.
Gen MIF yang dikode untuk memproses protein MIF berperan penting dalam mengatur respon terhadap terapi steroid. Hubungan
ANGIOTENSIN II Disfungsi
endotel Mikroalbu
minuria Makroalbu
minuria Nefrotik
proteinuria
PGK LVH
Infark myocard
Remodelling Dilatasi
ventrikel Payah
jantung Peny.jantung
tahap akhir Hipertensi
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kadar MIF serum dengan polimorfisme gen MIF tidak dipengaruhi oleh kadar CRP De Benedetti et al.,2003. Hal ini
menunjukkan hubungan peningkatan kadar MIF dan polimorfisme gen MIF tidak dipengaruhi aktivitas inflamasi penyakit. Konsekuensi klinisnya
adalah terjadi luaran klinis penyakit tersebut menjadi lebih jelek Berdelli et al., 2005; Vivarelli et al., 2008.
Pada anak penderita SN yang memiliki alel C gen MIF berisiko terjadinya hambatan glukokortikoid endogen dan penurunan respon
terhadap glukokortikoid eksogen oleh MIF Aeberli et al., 2006;.Vivarelli et al.,2008.
Peningkatan angiotensin II secara kronik pada keadaan nefrotik menyebabkan hipertensi, peningkatan permeabilitas glomerulus, dan
peningkatan albuminuria Herizi et al.,1998. Reabsorbsi albumin menginduksi sitokin proinflamasi dan profibrogenik. Hal ini menyebabkan
peningkatan permeabilitas vaskular, induksi infiltrasi leukosit, dan hipertensi sistemik Ruster dan Wolf, 2006.
Respon ini diatur oleh angiotensin II yang menyebabkan peningkatan MIF Sun et al., 2004.
MIF berperan sebagai sitokin proinflamasi dan sekaligus bekerja sebagai kontraregulasi steroid. Sitokin-sitokin proinflamasi biasanya
dihambat oleh glukokortikoid, sedangkan MIF dipicu oleh glukokortikoid dan bekerja sebagai antagonis glukokortikoid di dalam sistem imun.
Induksi kerusakan ginjal oleh MIF berkaitan dengan aksi antagonistik glukokortikoid Morand, 2005; Flaster et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kadar angiotensin II akan memicu peningkatan MIF Rice et al., 2003 dan hal ini menimbulkan risiko hipertensi. Peningkatan
MIF menyebabkan terapi steroid tidak bekerja maksimal sehingga menimbulkan risiko proteinuria menetap Lan, 2008. Hipertensi dan
proteinuria menetap pada penderita resisten steroid berhubungan dengan luaran klinis yang lebih buruk dibandingkan dengan penderita sensitif
steroid. Pada penderita resisten steroid, hipertensi,dan proteinuria persisten
berperan penting di dalam kerusakan ginjal lebih lanjut Zandi-Nejad et al., 2004; Meer et al., 2010. Keduanya menyebabkan terjadi sklerosis
pada glomerulus dan tubulus. Kerusakan awal dari sel-sel intrinsik ginjal akan diikuti dengan progresivitas lesi ginjal menuju kerusakan parenkim
ginjal yang menyeluruh dan akhirnya terjadi gagal ginjal. Penelusuran kerangka pemikiran di atas dapat dideduksi dalam
rangkuman premis sebagai berikut:
Premis 1
. Polimorfisme -173 G ke C gen MIF berhubungan dengan faktor risiko terjadi SNRS Berdelli et al., 2005; Vivarelli et al., 2008.
Premis 2 . Ekspresi gen MIF pada manusia dapat dikontrol oleh
angiotensin II Sun et al., 2004.
Premis 3 . Angiotensin II memicu peningkatan tekanan kapilar glomerulus
dan peningkatan permeabilitas membran basal glomerulus sehingga terjadi hipertensi dan proteinuria Herizi et al.,1998; Ruster dan Wolf,2006
Universitas Sumatera Utara
Premis 4 . MIF merupakan sitokin proinflamasi yang bekerja paling atas
pada kaskade inflamasi dan sekaligus bersifat antagonis steroid Morand, 2005; Flaster et al., 2007.
Premis 5. Peningkatan kadar angiotensin II dan MIF menyebabkan terjadi
hipertensi dan proteinuria Rice et al., 2003; Lan, 2008. Premis 6
. Hipertensi dan proteinuria menetap merupakan penyebab terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut pada penderita SNRS Zandi-Nejad
et al., 2004; Djau et al., 2006; Meer et al., 2010 sehingga luaran klinis lebih jelek daripada SNSS..
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konsep Penelitian