Kondisi Demografi, Sosial Budaya dan Pendidikan

Kondisi angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi angin monsoon yaitu Angin Musim Barat Desember-Maret dan Angin Musim Timur Juni- September. Musim Pancaroba terjadi antara Bulan April-Mei dan Oktober- November. Kecepatan angin pada Musim Barat bervariasi antara 7-20 knot per jam dan bertiup dari Barat Daya sampai Barat Laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot per jam biasanya terjadi antara Bulan Desember-Februari. Pada Musim Timur kecepatan angin berkisar 7-15 knot per jam yang bertiup dari arah Timur sampai Tenggara. Musim hujan di Kepulauan Seribu mencapai maksimum pada Bulan Januari, sedangkan musim kering mencapai puncaknya pada Bulan Juli sampai dengan Agustus. Tipe iklim di Kepulauan Seribu tropika panas dengan suhu maksimum 32.3 ºC, suhu minimum 21.6 ºC dan suhu rata- rata 27 ºC.

4.2 Kondisi Demografi, Sosial Budaya dan Pendidikan

Berdasarkan laporan Kabupaten Kepulauan Seribu dalam Angka tahun 2006, diketahui jumlah penduduk Kepulauan Seribu tercatat sebanyak 19.916 jiwa yang tersebar di 11 pulau yaitu P Kelapa, P Kelapa Dua, P Panggang, P Harapan, P Pramuka, P Tidung, P Besar, P Payung Besar, P Pari, P Untung Jawa, P Lancang Besar, P Sebira. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2006 tinggal di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebesar 59.15. Kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Seribu mencapai 2,214 jiwa per km 2 dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang mencapai 2,584 jiwa per km 2 . Kehidupan sosial budaya masyarakat di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh beragam budaya suku bangsa mengingat masyarakat tersebut berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia, seperti Suku Betawi, Jawa, Sunda, Bugis, Madura, Banten, Lampung dan Minangkabau. Bahasa yang digunakan sehari- hari adalah Bahasa Indonesia. Dengan demikian kehidupan sosial budaya masyarakat tidak lepas dari proses asimilasi dan akulturasi dengan para nelayan atau masyarakat dari berbagai suku tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan, nelayan Kepulauan Seribu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan mencari ikan di laut atau dengan membudidayakan ikan. Nelayan melakukan aktivitas ekonomi usaha sampingannya antara lain dengan mengolah ikan asap, membuat dodol rumput laut, kerupuk ikan, manisan rumput laut dan usaha lainnya. Kondisi sosial Kepulauan Seribu pada umumnya mempunyai masalah, dimana sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah nelayan, dengan penghasilan yang tidak kontinyu dan tetap Tabel 3. Permasalahan sosial ekonomi di Kepulauan Seribu adalah terbatasnya mata pencaharian penduduk, hal ini terkait dengan sumberdaya alam kawasan pesisir dan laut, khususnya sektor perikanan tangkap dan budidaya rumput laut, ikan makin sulit diperoleh dan pertanian rumput laut di kawasan pesisir semakin luas, sehingga mengganggu kelancaran transportasi keluar masuk pulau. Tabel 3 Mata pencaharian penduduk Kepulauan Seribu tahun 2004 Mata Pencaharian Kelurahan Jiwa Jumlah Pulau Panggang Pulau Tidung Pulau Kelapa Pulau Untung Jawa TNIPOLRI 4 1 3 12 20 0.30 PNS 195 144 75 55 469 6.95 Karyawan 18 83 250 16 367 5.44 Pedagang 47 58 315 12 432 6.40 Nelayan 1,733 1,100 1,750 250 4,833 71.64 Wiraswasta 22 37 104 163 2.42 Lain-lain 58 76 303 25 462 6.85 Jumlah 2,077 1,499 2,800 370 6,746 100.00 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta 2004 Tabel 4 Jumlah penduduk Kepulauan Seribu menurut tingkat pendidikan pada tahun 2002 Tingkat pendidikan Jumlah Jiwa TK 442 4.31 SD 6,063 59.23 SLTP 1,751 17.10 SLTA 1,232 12.03 Akademi 149 1.45 Universitas 64 0.62 Pesantren 59 0.57 Madrasah 342 3.34 Lainnya 46 0.45 Jumlah 10,237 100.00 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta 2004 Berdasarkan laporan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta Tahun 2004, sebagian besar penduduk Kepulauan Seribu berpendidikan SD, kemudian diikuti yang berpendidikan SLTP dan SLTA, sedangkan yang berpendidikan tinggi dan universitas hanya sebesar 1.45 dan 0.65 dari jumlah penduduk Kepulauan Seribu Tabel 4. Rendahnya penduduk yang berpendidikan tinggi di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia masih rendah dan sangat sedikit untuk mendukung pembangunan Kepulauan Seribu

4.3 Kondisi Perekonomian