Estimasi parameter ekonomi dan discount rate

Tabel 15 Hasil estimasi parameter biologi dengan fungsi logistik Parameter Hasil Standarisasi ke Alat Tangkap Muroami Hasil Standarisasi ke Alat Tangkap Bubu r ton per tahun 1.62 0.62 q ton per trip 0.002 0.0001 k ton per tahun 1,312.34 55,253,729.54 Sumber: Data diolah dari data primer Pada Tabel 15 meliputi laju pertumbuhan interinsik r, carrying capacity k dan koefisien kemampuan alat tangkap q di Kepulauan Seribu dapat diketahui. Hasil standarisasi ke alat tangkap muroami laju pertumbuhan interinsik r bernilai 1.62 ton, berarti bahwa biomassa ikan ekor kuning tumbuh secara alami tanpa gangguan dari kegiatan manusia yang terjadi secara mendadak dengan koefisien sebesar 1.62 ton per tahun. Koefisien kemampuan alat tangkap q bernilai 0.002 ton per trip, berarti setiap peningkatan upaya penangkapan dengan muroami akan berpengaruh sebesar 0.002 ton per tahun. Carring capacity k bernilai 1,312.34 ton, berarti bahwa kemampuan atau kapasitas lingkungan dalam menampung sumberdaya ikan ekor kuning sebesar 1,312.34 ton Berdasarkan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu laju pertumbuhan interinsik r, carrying capacity k dan koefisien kemampuan alat tangkap q di Kepulauan Seribu dapat diketahui. Hasil standarisasi ke alat tangkap muroami laju pertumbuhan interinsik r bernilai 0.62 ton, berarti bahwa biomassa ikan ekor kuning tumbuh secara alami tanpa gangguan dari kegiatan manusia yang terjadi secara mendadak dengan koefisien sebesar 10.62 ton per tahun. Koefisien kemampuan alat tangkap q bernilai 0.0001 ton per trip, berarti setiap peningkatan upaya penangkapan dengan muroami akan berpengaruh sebesar 0.0001 ton per tahun. Carring capacity k bernilai 55,253,729.54 ton, berarti bahwa kemampuan atau kapasitas lingkungan dalam menampung sumberdaya ikan ekor kuning sebesar 55,253,729.54 ton.

5.3.2 Estimasi parameter ekonomi dan discount rate

Data untuk estimasi parameter ekonomi terdiri atas struktur biaya dan harga. Struktur biaya dan harga ini merupakan data cross section dan series yang diperoleh wawancara di lapangan. Biaya merupakan faktor penting dalam usaha perikanan tangkap, karena besarnya biaya akan mempengaruhi efisiensi dari usaha tersebut. Struktur biaya dari masing-masing alat tangkap dari data time series diperoleh melalui penyesuaian dengan Indeks Harga Konsumen IHK yang berlaku di Kabupaten Kepulauan Seribu untuk ikan segar dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Jakarta, untuk menghasilkan nilai biaya series 1997-2006. Hasil perhitungan biaya riil per unit effort dan real cost dapat dilihat pada Tabel 16 untuk masing-masing alat tangkap. Biaya nominal per trip merupakan biaya per trip untuk menangkap seluruh ikan pada setiap tahunnya dengan menggunakan alat tangkap muroami dan bubu, sedangkan nilai real cost muroami dan bubu merupakan biaya per trip untuk menangkap ikan ekor kuning pada setiap tahunnya. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini meliputi biaya per trip operasi penangkapan ikan ekor kuning dengan alat tangkap muroami dan bubu meliputi biaya BBM, oli, es, konsumsi dan upah ABK. Perhitungan struktur biaya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 16 Harga riil ikan ekor kuning, biaya nominal per unit effort dan real cost dari masing-masing standarisasi alat tangkap, tahun 1997-2006 Tahun IHK IHK 2002 Biaya Nominaltrip Muroami juta Rp Biaya Nominaltrip Bubu juta RP Real Cost Muroami juta Rp Real Cost Bubu juta Rp Harga Riil Ikan Ekor Kuning juta Rpton 1997 107.87 36.81 0.3381 0.0664 0.0968 0.0035 2.31 1998 168.04 57.34 0.5267 0.1035 0.1508 0.0054 3.59 1999 259.61 88.59 0.8137 0.1600 0.2330 0.0083 5.55 2000 258.14 88.08 0.8091 0.1591 0.2317 0.0083 5.52 2001 276.65 94.40 0.8671 0.1705 0.2483 0.0089 5.91 2002 293.06 100.00 0.9185 0.1806 0.2630 0.0094 6.26 2003 301.73 102.96 0.9457 0.1860 0.2708 0.0097 6.45 2004 107.87 107.87 0.9908 0.1948 0.2837 0.0101 6.76 2005 107.87 107.87 0.9908 0.1948 0.2837 0.0101 6.76 2006 119.28 119.28 1.0956 0.2154 0.3138 0.0112 7.47 Rata-rata 0.2376 0.0085 5.6561 Sumber: Data diolah dari data primer Biaya per trip untuk alat tangkap muroami dan bubu pada setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2000 biaya per trip muroami dan bubu mengalami penurunan dari tahun 1999. Dimana tahun 2000 biaya per trip muroami sebesar Rp809,117.02 dan tahun 1999 sebesar Rp813,724.60 kira-kira mengalami penurunan Rp 4,607.59 sedangkan biaya per trip untuk bubu tahun 2000 sebesar Rp159,132.20 dan tahun 1999 sebesar Rp160,038.39 kira-kira mengalami penurunan sebesar Rp906.19. Hal ini dapat disebabkan pada tahun 1999 ekonomi di Indonesia belum stabil akibat krisis ekonomi pada tahun 1998 dan pada tahun 2000 ekonomi Indonesia berangsur membaik. Pada real cost muroami dan bubu juga mengalami penurunan biaya pada tahun 2000. Data biaya dalam penelitian ini adalah biaya per unit effort, oleh karena itu biaya tersebut diprediksi dari data primer yang diperoleh di lapangan. Biaya per trip sangat ditentukan oleh lamanya trip melaut, dan masing-masing alat seperti muroami sebanyak satu trip per hari, sedangkan bubu 2 hari untuk 1 trip. Selain faktor biaya juga sangat diperlukan faktor harga atau nilai dari sumberdaya yang dimanfaatkan yaitu sumberdaya ikan ekor kuning. Harga ikan ekor kuning diperoleh dari harga IHK yang telah distandarisasikan ke tahun 2002 dibagi dengan IHK 2007 kemudian dikalikan dengan rata-rata harga ikan ekor kuning yang didapatkan dari hasil wawancara. Harga ikan ekor kuning juta Rp per ton dari tahun 1997-2006 dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 harga ikan ekor kuning mengalami penurunan dari tahun 1999 sebesar Rp5.55 juta per ton ke tahun 2000 sebesar Rp5.52 juta per ton, hal ini disebabkan oleh IHK pada tahun 1999 ke tahun 2000 juga mengalami penurunan sebesar 0.51. Pada tahun berikutnya harga ikan ekor kuning mengalami peningkatan pada setiap tahunnya diiringi dengan peningkatan biaya per trip ikan ekor kuning. Hasil estimasi parameter ekonomi yaitu harga ikan ekor kuning p, biaya penangkapan c dan discount rate δ Tabel 17. Harga ikan ekor kuning ditentukan berdasarkan rata-rata harga ikan ekor kuning selama tahun 1997- 2006 yaitu sebesar Rp5.66 juta per ton. Biaya penangkapan c merupakan rata- rata real cost penangkapan muroami dan bubu selama pada tahun 1997-2006 yaitu hasil yang distandarisasi ke alat tangkap muroami sebesar Rp0.24 juta per ton sedangkan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu sebesar Rp0.01 juta per ton. Discount rate merupakan rate untuk mengukur manfaat yang akan datang dari eksploitasi sumberdaya alam yang dinilai manfaat pada masa kini atau sebaliknya. Discount rate dalam penelitian ekonomi-ekologi sumberdaya alam akan sangat berbeda dengan discount rate yang biasa digunakan dalam analisis finansial. Pada analisis nilai sumberdaya alam sendiri ini dipakai empat nilai social discount rate. Social discount rate yang dipakai untuk menilai sumberdaya pada negara-negara berkembang berdasarkan acuan dari bank dunia yang besarnya berkisar antara 10-18 Gittenger 1986, maka dalam analisis ini menggunakan nilai discount rate sebesar 10, 12, 15 dan 18. Tabel 17. Hasil estimasi parameter ekonomi Parameter Hasil Standarisasi ke Alat Tangkap Muroami Hasil Standarisasi ke Alat Tangkap Bubu P jutaRpton 5.66 5.66 c jutaRptrip 0.24 0.01 δ 0.095-0.166 0.095-0.166 Sumber: Data diolah dari data primer

5.3.3 Pola pengelolaan optimasi statik pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning