Koefisien degradasi dan depresiasi

Pada Gambar 39 dan 40 merupakan kondisi rente ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap muroami dan standarisasi ke alat tangkap bubu pada tingkat discount rate 10, 12, 15 dan 18. Menunjukkan bahwa pada discount rate, yang lebih kecil akan memperoleh rente yang lebih besar dibandingkan dengan discount rate yang lebih besar atau semakin besar discount rate, maka semakin kecil rente yang diperoleh. Artinya bahwa ekstraksi sumberdaya yang berlebihan saat ini dengan nilai rente yang diterima, untuk waktu jangka panjang ternyata tidak memberikan nilai rente yang optimal. Peningkatan upaya yang berlebihan akan mengakibatkan peningkatan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini juga berimplikasi terhadap koefisien laju degradasi sumberdaya yang semakin cepat. Secara ekonomi bahwa peningkatan produksi yang berlebihan belum tentu akan meningkatkan pendapatan dan nilai rente dari pemanfaatan suatu sumberdaya. Produksi yang berlebihan akan menyebabkan permintaan terhadap barang itu akan menjadi turun, sehingga nilainya juga akan menurun.

5.3.4 Koefisien degradasi dan depresiasi

Analisis degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan ekor kuning di Kepulauan Seribu dilakukan untuk mengetahui berapa besar koefisien laju degradasi yang terjadi akibat aktivitas penangkapan ikan. Koefisien depresiasi dihitung dengan memasukan nilai rupiah yaitu dari analisis rente aktual dibandingkan dengan rente lestari dari pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning dan degradasi standar merupakan suatu nilai yang menunjukkan sumberdaya yang telah terdegradasi bila nilai koefisien koefisien degradasi Ø D 0.5. Berdasarkan Gambar 41 grafik koefisien laju degradasi, degradasi standard dan laju depresiasi dari hasil standarisasi ke alat tangkap Muroami dapat dikatakan pada tahun 2003 sumberdaya ikan ekor kuning telah terdegradasi dan terdepresiasi, hal ini disebabkan nilai koefisien laju degradasi dan koefisien laju depresiasi di atas 0.5 yaitu sebesar 0.894 dan 0.913 Lampiran 12. Gambar 42 menunjukkan koefisien laju degradasi dan koefisien laju depresiasi hasil standarisasi ke alat tangkap bubu menunjukkan sumberdaya yang telah terdegradasi dan terdepresiasi karena nilai koefisien laju degradasi Ø D 0.5. Hal ini disebabkan total effort aktual sudah melebihi effort optimal, yaitu effort aktual sebanyak 22,410.93 trip dan effort optimal sebanyak 4,308 trip. Selain itu, berdasarkan dari aspek biologi dari sampel panjang dan berat ikan ekor kuning pada saat penelitian yang ditangkap dengan muroami dan bubu ukuran panjang ikan ekor kuning kebanyakan belum memiliki ukuran optimal yang dapat ditangkap, karena umumnya masih dalam mencapai tahap dewasa. Berdasarkan sampel ikan ekor kuning pada saat penelitian pada alat tangkap muroami sebanyak 92 dan alat tangkap bubu 17 yang belum optimal untuk ditangkap, hal ini lah salah satunya yang akan menyebabkan sumberdaya ikan ekor kuning terdergradasi. Gambar 41 Grafik koefisien degradasi, degradasi standard dan koefisien depresiasi hasil standarisasi ke alat tangkap muroami, tahun 1997-2006 Gambar 42 Grafik koefisien degradasi, degradasi standard dan koefisien depresiasi hasil standarisasi ke alat tangkap bubu, tahun 1997-2006 5.4 Aspek Finansial 5.4.1 Analisis usaha