Gordon bahwa perikanan yang open access akan menimbulkan kondisi economic overfishing Fauzi 2006.
Lebih jauh lagi pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa tingkat upaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik optimal secara sosial E
jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik MSY E
MSY
. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tingkat upaya pada titik keseimbangan terlihat
lebih “conservative minded” lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkan dengan tingkat upaya Hannesson 1993 diacu dalam Fauzi 2006.
2.5 Model Dinamik Sumberdaya Perikanan
Menurut Fauzi 2006, pendekatan statik pemodelan sumberdaya ikan memiliki kelemahan yang mendasar, dimana pada pendekatan ini faktor waktu
tidak dimasukkan dalam melakukan analisis. Sumberdaya terbarukan seperti ikan, memerlukan waktu untuk bereaksi terhadap perubahan-perubahan
eksternal yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan pendekatan dinamik untuk memahami pengelolaan sumberdaya ikan dan aspek ekonomi.
Model dinamik menyangkut aspek pengelolaan yang bersifat intertemporal, aspek tersebut dijembatani dengan penggunaan discount rate.
Pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal dalam konteks dinamik diartikan sebagai, perhitungan tingkat upaya dan panen optimal yang menghasilkan
surplus sosial yang paling maksimum. Surplus sosial pada kondisi ini diwakili oleh rente ekonomi dari sumberdaya Fauzi 2006.
Sumberdaya ikan pada model dinamik diasumsikan dikelola secara privat, yang bertujuan memaksimumkan manfaat ekonomi dari sumberdaya
tersebut. Secara matematis, pengelolaan sumberdaya ikan dalam konteks dinamik dapat ditulis dalam bentuk:
∑ ,
....................................... 13 dengan kendala:
......................................................... 14 Pemecahan model dilakukan dengan metode lagrangian, kemudian pemecahan
model dinamik tersebut akan menghasilkan model pemecahan pengelolaan sumberdaya ikan,
...................................................................... 15
Pada kondisi keseimbangan, dimana F x = h Golden rule pertumbuhan sama dengan jumlah yang dipanen. Solusi persamaan dari model dinamik adalah
sebagai berikut: 1
.......................................................... 16
2.6 Koefisien Degradasi dan Depresiasi
Pengukuran koefisien degradasi dan depresiasi ini terkait dengan pentingnya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan mengetahui
tingkat atau besaran koefisien degradasi, maka dapat dilakukan langkah-langkah pengelolaan lebih jauh, apakah dalam bentuk pengurangan laju ekstraksi atau
bahkan penutupan berbagai kegiatan ekstraksi sumberdaya alam tersebut. Informasi mengenai koefisien degradasi sumberdaya alam dapat dijadikan titik
referensi reference point maupun early warning signal untuk mengetahui apakah ekstraksi sumberdaya alam sudah melampaui kemampuan daya
dukungnya Fauzi dan Anna 2005 Degradasi diartikan sebagai penurunan kualitas atau kuantitas
sumberdaya alam dapat diperbarui renewable resources. Dalam hal ini, kemampuan alami sumberdaya alam dapat diperbarukan untuk beregenerasi
sesuai kapasitas produksinya berkurang. Kondisi ini dapat terjadi baik karena kondisi alami maupun karena pengaruh aktivitas manusia. Pada sumberdaya
alam pesisir dan laut, kebanyakan degradasi terjadi karena ulah manusia anthropogenic, baik berupa aktivitas produksi penangkapan atau eksploitasi,
maupun karena aktivitas nonproduksi, seperti pencemaran akibat limbah domestik mau pun industri Fauzi dan Anna 2005.
Depresiasi diartikan sebagai pengukuran degredasi yang ditentukan dengan nilai ekonomi atau dirupiahkan. Moneterisasi dalam pengukuran
depresiasi harus mengacu pada pengukuran nilai riil, bukan pada nilai nominal. Oleh karena itu untuk menghitungnya harus mengacu pada beberapa indikator
perubahan harga, seperti inflasi, Indeks Harga Konsumen IHK, dan sebagainya, yang berlaku untuk setiap komoditas sumberdaya alam pesisir dan
laut Fauzi dan Anna 2005.
2.7 Analisis Finansial