Tabel 17. Hasil estimasi parameter ekonomi
Parameter Hasil Standarisasi ke Alat
Tangkap Muroami Hasil Standarisasi ke Alat
Tangkap Bubu P jutaRpton
5.66 5.66
c jutaRptrip 0.24
0.01 δ
0.095-0.166 0.095-0.166
Sumber: Data diolah dari data primer
5.3.3 Pola pengelolaan optimasi statik pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning
Analisis bio-ekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat penguasaan maksimum bagi pelaku pemanfaatan sumberdaya perikanan. Perkembangan
usaha perikanan tidak hanya ditentukan dari kemampuan untuk mengekploitasi sumberdaya ikan secara biologis saja, akan tetapi faktor ekonomi sangat
berperan penting diantaranya adalah faktor biaya dan harga ikan. Pendekatan analisis secara biologi dan ekonomi merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan dalam upaya optimalisasi penguasaan sumberdaya perikanan tangkap secara berkelanjutan, dengan memasukan faktor ekonomi, maka akan
dapat diketahui tingkat optimal dari nilai manfaat atau rente dari pemanfaatan sumberdaya perikanan yang diterima oleh masyarakat nelayan. Oleh karena
pemanfaatan sumberdaya perikanan tujuan akhirnya adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Berdasarkan data pada Tabel 18 dan 19, maka estimasi beberapa kondisi sustainable yield, yaitu kondisi maximum sustainable yield MSY, kondisi akses
terbuka open access, dan kondisi kepemilikan tunggal sole owner dapat ditentukan. Hasil perhitungan dari masing-masing kondisi tersebut secara ringkas
disajikan pada Tabel 18 untuk hasil standarisasi ke alat tangkap muroami dan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu pada Tabel 19.
Tabel 18 Hasil analisis bio-ekonomi dalam berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap
muroami
Parameter Sole Owner MEY
Open AccessOAY MSY
x ton h ton
E trip
π juta Rp
668.28 532.32
459 2,901.70
24.23 38.60
919 656.17
532.50 468
2,900.67 Sumber: Hasil Analisis Lampiran 10
Tabel 19 Hasil analisis bio-ekonomi dalam berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap
bubu
Parameter Sole Owner MEY
Open AccessOAY MSY
x ton 27,626,875.23
20.93 27,626,864.77
h ton 8,539,241.98
12.94 8,539,241.98
E trip 4,308
8,617 4,308
π juta Rp 48,298,967.49
48,298,967.49
Sumber: Hasil Analisis Lampiran 10
Parameter x merupakan kondisi biomassa sumberdaya ikan ekor kuning di wilayah tangkap dalam kondisi tanpa penangkapan, nilai parameter h
menunjukkan kondisi terjadinya penangkapan upaya pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning, nilai parameter E menunjukkan tingkat upaya yang tercurah
dalam pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning dan nilai parameter π
merupakan tingkat keuntungan secara ekonomi dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning.
Hasil pemecahan analitik dengan menggunakan program MAPLE 11 diperoleh kurva dari berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning
dengan hasil standarisasi ke alat tangkap muroami dan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu. Gambar 35 dan 36 menunjukkan kondisi rezim pengelolaan
sumberdaya ikan ekor kuning, terdiri atas Masimum Sustainable Yield MSY, Maximum Economic Yield MEY atau Sole Owner dan Open Access.
Pada Gambar 35 menunjukkan tingkat upaya Effort, penerimaan Revenue dan biaya Cost dari berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan
ekor kuning untuk hasil yang distandarisasi ke alat tangkap muroami. Tingkat effort pada kondisi open access jauh lebih banyak dibandingkan dengan kondisi
Effort MSY dan MEY yaitu sebanyak 919 trip, sedangkan untuk MSY sebanyak
468 trip dan MEY sebanyak 459 trip. Pada tingkat effort yang tinggi akan menyebabkan biaya besar yang pada akhirnya akan berimplikasi terhadap rente
yang diterima nelayan. Pada Gambar 36 adalah kondisi pengelolaan sumberdaya ikan ekor
kuning yang distandarisasikan ke alat tangkap bubu dimana tingkat effort kondisi MSY dan MEY lebih kecil dari tingkat effort open access yang menunjukkan hasil
tingkat upaya mencapai dua kali lebih besar dibandingkan MSY dan MEY, yaitu sebesar 8,617
trip. Kondisi MSY dan MEY memiliki tingkat effort yang sama, yaitu sebesar 4,308 trip.
Gambar 35 Kurva kondisi berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap muroami
Gambar 36 Kurva kondisi berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap bubu
5.3.3.1 Maximum Sustainable Yield MSY Hasil analisis bioekonomi menunjukkan bahwa effort dari hasil
standarisasi ke alat tangkap muroami pada rezim pengelolaan MSY lebih besar dari effort rezim pengelolaan MEY dan lebih kecil dari effort rezim pengelolaan
Effort TR
TC MC=MR
TR=TC E
MEY
π
MAX
E
MSY
E
OP
Effort R
e v
e nu
eCo st
TR=TC TR
MC=MR
E
MSY
=E
MEY
E
OP
TC π
MAX
R e
v e
nu eCo
st
open access yaitu MSY sebanyak 468 trip, MEY sebanyak 459 trip dan open access sebanyak 919 trip. Apabila dibandingkan dengan effort aktual lebih besar
dari effort rezim pengelolaan MSY, yaitu masing-masing sebanyak 690 trip dan 468 trip, sedangkan hasil tangkapan aktual juga lebih besar dari rezim
pengelolaan MSY, yaitu masing-masing sebesar 799 ton dan 532.50 ton. Menurut Widodo dan Suadi 2006 MSY merupakan hasil tangkapan terbesar
yang dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan, sehingga kondisi ini menunjukkan sudah terjadinya kelebihan upaya dan hasil tangkapan biological
overfishing. Effort aktual hasil standarisasi ke alat tangkap bubu lebih banyak
dibandingkan dengan effort pada rezim pengelolaan MSY, yaitu sebanyak 22,411 trip dan 4,308 trip, sedangkan hasil tangkapan aktual sebanyak 799 ton
dan hasil tangkapan pada rezim pengelolaan MSY sebesar 8,539,241.98 ton.
Bila dilihat dari kondisi effort aktual dan effort rezim pengelolaan MSY sangat jelas terlihat bila sudah terjadi lebih upaya penangkapan biological overfishing,
sedangkan perbandingkan hasil tangkapan aktual dan hasil tangkapan pada rezim pengelolaan MSY belum terjadi kelebihan tangkap.
5.3.3.2 Maximum Economic Yield MEY Maximum Economic Yield merupakan produksi yang maksimum secara
ekonomi. Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa effort pada rezim pengelolaan sole owner MEY lebih rendah dari rezim open access dan
kondisi lestari MSY, yaitu masing-masing untuk hasil standarisasi ke alat tangkap muroami sebanyak 459 trip per tahun dan hasil standarisasi ke alat
tangkap bubu sebanyak 4,308 trip. Rente yang diperoleh dari rezim pengelolaan MEY merupakan rente yang tertinggi dibandingkan dengan pengelolaan open
access dan MSY, yaitu untuk hasil standarisasi ke alat tangkap muroami sebesar Rp2,901.70 juta dan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu sebesar
Rp48,298,967.49 juta. Rente ekonomi pada kondisi Maximum Economic Yield MEY disebut juga sebagai rente sole owner berada kondisi maksimum. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tingkat produksi ini tingkat upaya penangkapan sudah dilakukan secara efisien, sehingga diperoleh hasil tangkapan yang lebih baik dan
diikuti oleh perolehan rente yang maksimum. Nilai manfaat rente dari rezim pengelolaan sumberdaya perikanan ikan ekor kuning dapat dilihat pada Tabel 18
dan 19.
Pada Gambar 37 dan 38 menunjukkan perbandingan dari berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dengan hasil yang distandarisasikan
ke alat tangkap muroami dan hasil standarisasi ke alat tangkap bubu di Kepulauan Seribu.
Gambar 37 menunjukkan tingkat rente tertinggi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning dengan hasil standarisasi ke alat tangkap muroami
pada pengelolaan rezim MEY sebesar Rp2,901.70 juta lebih besar dibandingkan
dengan rezim pengelolaan MSY sebesar Rp2,900.67 juta. Pada kondisi MEY
tersebut, rente yang diperoleh adalah yang tertinggi atau disebut rente Maximum Economic Yield MEY atau sole owner berada kondisi maksimum, karena total
penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Implikasi dari pemanfaatan sumberdaya yang terkendali itu, terlihat dari effort yang dibutuhkan
untuk mencapai titik MSY mau pun kondisi open access. Artinya rezim pengelolaan sole owner terlihat lebih bersahabat dengan sumberdaya dan
lingkungan dibandingkan dengan kondisi E
MSY
.
Gambar 37 Perbandingan rezim pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning dari hasil standarisasi ke alat tangkap muroami
Gambar 38 menunjukkan tingkat rente maksimal pemanfaatan sumberdaya ikan ekor kuning dengan hasil standarisai ke alat tangkap bubu
diperoleh pada pengelolaan rezim MSY dan MEY memiliki tingkat rente yang sama, yaitu sebesar Rp48,298,967.49
juta. Kondisi MEY atau kondisi optimal secara statik berperan penting dalam penentuan keseimbangan pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara lestari baik aspek biologi dan ekonominya.
- 500.00
1,000.00 1,500.00
2,000.00 2,500.00
3,000.00 3,500.00
- 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00 900.00
1,000.00
MEY OAY
MSY R
e nt
e E
k onomi
Ca tc
h, Ef