Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota dan Non

319.90 per Kg. Biaya tertinggi ditanggung oleh pedagang pengecer sebesar Rp 655.00 per Kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh saluran 2 sebesar Rp 1 243.90 per Kg. Biaya terbesar ditanggung oleh Gapoktan yaitu sebesar Rp 664.90 per Kg. Saluran 3 menanggung biaya pemasaran paling tinggi dibandingkan dengan saluran 1 dan 2 yaitu sebesar Rp 1 555.95 per Kg. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang grosir yaitu sebesar Rp 758.81 per Kg. Tabel 24. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Lembaga Pemasaran Saluran 1 RpKg Saluran 2 RpKg Saluran 3 RpKg GAPOKTAN a. Biaya C 664.90 664.90 664.90 b. Keuntungan π 335.10 335.10 335.10 c. Rasio πC 0.50 0.50 0.50 Pedagang Grosir a. Biaya C - - 758.81 b. Keuntungan π - - 4 241.19 c. Rasio πC - - 5.59 Pedagang Pengecer a. Biaya C 655.00 579.00 132.23 b. Keuntungan π 3 345.00 4 921.00 4 867.77 c. Rasio πC 5.11 8.50 36.81 Total a. Biaya C 1 319.90 1 243.90 1 555.95 b. Keuntungan π 3 680.10 5 256.10 8 444.05 c. Rasio πC 2.79 4.23 5.43 Peninjauan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran suatu saluran menjelaskan apabila keuntungan dan biaya pemasaran setiap lembaga pemasaran semakin merata, maka secara teknis operasional sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Dari hasil analisis tidak didapatkan nilai keuntungan dan biaya yang merata, nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan tertinggi terdapat pada saluran 3 sebesar 5.43. Maka untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5.43. Hal ini terjadi karena pada saluran 3 diperoleh total keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan saluran lainnya. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi di tingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengecer Jakarta pada saluran 3 sebesar 36.81, artinya setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 36.81. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Jakarta pada saluran 3 memperoleh keuntungan tertinggi dan mengeluarkan biaya pemasaran terendah dibandingkan keuntungan dan biaya pemasaran lembaga pemasaran lainnya. Rasio terendah terdapat pada anggota Gapoktan untuk semua saluran, yaitu sebesar 0,50, artinya setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan Rp 0.50. Hal ini terjadi karena Gapoktan memperoleh keuntungan terendah dibandingkan keuntungan lembaga pemasaran lainnya.

7.3.2. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting

Non Angota Gapoktan Berdasarkan Tabel 25, pada saluran 1 diketahui bahwa biaya pemasaran cabai merah keriting yang dikeluarkan sebesar Rp 960.55 per Kg. Biaya tertinggi dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp 632.82 per Kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan saluran 2 sebesar Rp 205.69 per Kg. Biaya pemasaran pada saluran 2 merupakan biaya yang hanya dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer pada saluran 2 mengeluarkan biaya pemasaran yang tinggi karena banyaknya perlakuan pembiayaaan yang dilakukan oleh pedagang ini, seperti biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sewa kios, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya retribusi, biaya listrik, dan biaya komunikasi. Jumlah cabai merah keriting yang dijual pedagang pengecer lebih sedikit dibandingkan pedagang grosir sehingga biaya pemasaran menjadi lebih tinggi. Hasil analisis tidak menunjukkan nilai keuntungan dan biaya yang merata, asio keuntungan terhadap biaya pemasaran terendah terdapat pada pedagang pengecer Bogor pada saluran 1 sebesar 3.42, artinya untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3.42. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Bogor pada saluran 1 mengeluarkan biaya pemasaran tertinggi dibandingkan keuntungan lembaga pemasaran lainnya. Tabel 25. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Lembaga Pemasaran Saluran 1 RpKg Saluran 2 RpKg Pedagang Grosir a. Biaya C 327.73 - b. Keuntungan π 1 672.27 - c. Rasio πC 5.10 - Pedagang Pengecer Bogor a. Biaya C 632.82 205.69 b. Keuntungan π 2 167.18 3794.31 c. Rasio πC 3.42 18.45 Total a. Biaya C 960.55 205.69 b. Keuntungan π 3 839.45 3794.31 c. Ra sio πC 4.00 18.45 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi di tingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengecer Bogor pada saluran 2 sebesar 18.45, artinya untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 18.45. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Bogor pada saluran 2 memperoleh keuntungan tertinggi dan mengeluarkan biaya pemasaran terendah dibandingkan keuntungan dan biaya pemasaran lembaga pemasaran lainnya.

VIII. PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN

8.1. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non

Anggota Gapoktan Pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 26 dan Lampiran 5. Tabel 26. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 RpHaMT Uraian Anggota Non Anggota Penerimaan 81 826 107.56 112 067 952.25 Biaya Tunai 28 245 544.66 28 505 700.01 Biaya Diperhitungkan 6 529 930.31 7 938 070.81 Biaya Total 34 775 474.97 36 443 770.81 Pendapatan atas Biaya Tunai 53 580 562.90 83 562 252.24 Pendapatan atas Biaya Total 47 050 632.59 75 624 181.44 RC Ratio atas Biaya Tunai 2.90 3.93 RC Ratio atas Biaya Total 2.35 3.08 Sumber: Data Diolah 2014 Pendapatan atas biaya tunai baik usahatani cabai merah keriting anggota maupun non anggota Gapoktan menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. RC ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, artinya secara finansial usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. RC ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, artinya secara ekonomi usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menguntungkan. Pendapatan dan RC ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Hal ini dikarenakan harga jual cabai merah keriting usahatani non anggota Gapoktan lebih tinggi dibandingkan harga jual cabai merah keriting usahatani anggota Gapoktan sehingga penerimaan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih besar.

8.2. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non

Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Status penguasaan lahan di lokasi penelitian pada usahatani cabai merah keriting usahatani anggota dan non anggota Gapoktan dibedakan menjadi pemilik dan penyewa. Pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan status penguasaan lahan bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani cabai merah keriting pemilik dan penyewa lahan pada anggota dan non anggota Gapoktan. Terdapat empat strata dalam analisis pendapatan ini, yaitu 1 usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan penggarap pemilik, 2 usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan penggarap penyewa, 3 usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap pemilik, dan 4 usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap penyewa. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan status penguasaan lahan per musim tanam disajikan pada Tabel 27 dan Lampiran 6. Tabel 27. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Tahun 2014 RpHaMT Uraian Anggota Non Anggota Millik Sewa Millik Sewa Penerimaan 90 823 052.83 78 827 125.80 109 515 151.52 113 025 252.53 Biaya Tunai 16 583 333.33 32 121 174.39 18 108 777.78 32 141 783.53 Biaya Diperhitungkan 8 029 243.31 5 726 347.08 6 513 232.07 8 409 324.97 Biaya Total 24 612 576.65 37 847 521.47 24 622 009.85 40 551 108.50 Pendapatan atas Biaya Tunai 74 239 719.50 4 670 5951.42 91 406 373.74 80 883 468.99 Pendapatan atas Biaya Total 66 210 476.19 40 979 604.34 84 893 141.66 72 474 144.02 RC Ratio atas Biaya Tunai 5.48 2.45 6.05 3.52 RC Ratio atas Biaya Total 3.69 2.08 4.45 2.79 Sumber: Data Diolah 2014 Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah keriting dari keempat strata menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. RC

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani saluran pemasaran cabai merah keriting (Kasus di Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

0 13 118

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran cabai merah keriting di desa Sindangmekar kecamatan Wanaraja kabupaten Garut, Jawa Barat

0 8 123

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran (Studi kasus: gapoktan rukun tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

10 63 146

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 13 141

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 11 110

Analisis Pendapatan dan Pola Pemasaran Usahatani Anggrek Vanda douglas (Studi Kasus: Petani Anggota dan Non Anggota "Gapoktan Bersatu" Desa RAwakalong, Kecamatan Gunungg Sindur, Kabupaten Bogor)

4 36 110