Definisi Operasional METODE PENELITIAN

cabai merah keriting di Desa Citapen antara lain Furadan, Confidor, Curacron, Decis, Antracol, Supergro, Gandasil, dan obat sejenis lainnya. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma yang dapat mengambil makanan yang seharusnya hanya diserap oleh tanaman cabai merah keriting saja. Penyiangan dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali dalam masa proses produksi cabai merah keriting. Tenaga kerja yang digunakan pada proses pemeliharan tanaman cabai merah keriting biasanya dilakukan sendiri dengan bantuan tiga hingga empat orang tenaga kerja. 5. Panen dan Pasca Panen Panen cabai merah keriting dapat dimulai pada saat tanaman berumur seratus hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dapat dilakukan selang enam hingga sepuluh hari sekali. Rata-rata cabai merah keriting dapat dipanen hingga 34 kali pemetikan. Produksi cabai merah keriting setiap panen hasilnya tidak selalu sama. Pada awal hingga panen ke-7, hasil panen belum optimal. Pada panen ke-8 akan menunjukkan kenaikan produksi hingga panen ke-12 yang akan mencapai produksi optimal. Kemudian jumlah produksi akan stabil hingga panen ke-20, dan akan menurun dengan lambat sampai habis masa produksinya. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari dan tenaga kerja yang digunakan untuk memetik adalah tenaga kerja wanita. Setelah cabai merah keriting dipeti, dilakukan penyortiran dengan memisahkan cabai merah keriting yang busuk atau patek, kemudian cabai merah keriting yang sudah disortir dikemas ke dalam karung plastik berukuran 50 Kg.

VI. KARAKTERISTIK USAHATANI, PEDAGANG, LEMBAGA DAN SALURAN PEMASARAN, SERTA FUNGSI PEMASARAN CABAI

MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN 6.1. Deskripsi Peran Gapoktan Rukun Tani Petani yang bergabung dengan Gapoktan pada awalnya mengeluarkan biaya untuk Simpanan Pokok sebesar Rp 50 000.00 serta membayar Simpanan Wajib sebesar Rp 5 000.00 per bulan. Petani yang telah bergabung dengan Gapoktan dapat menikmati peran yang diberikan oleh Gapoktan. Gapoktan berperan memberikan beberapa fasilitas bagi para anggota. Fasilitas yang paling dirasakan oleh petani anggota secara berturut-turut adalah informasi harga cabai merah keriting di tingkat petani yang transparan dan jelas. Petani diberi informasi mengenai harga jual yang sedang berlaku di Pasar Induk Kemang, Kota Bogor. Peran lainnya adalah pembayaran hasil panen cabai merah keriting yang lancar. Pembayaran yang dilakukan Gapoktan adalah secara tunai satu hari setelah cabai merah keriting dijual ke pasar. Adanya bantuan pinjaman modal usahatani juga merupakan salah satu peran yang diberikan Gapoktan bagi para anggotanya. Dalam pengembalian modal hasil peminjaman terhadap Gapoktan, petani anggota Gapoktan dikenakan tambahan biaya jasa sebesar 1.8 persen dari modal yang dipinjam, namun pada penelitian ini tidak ada petani yang meminjam modal kepada Gapoktan. Peran lainnya adalah Gapoktan selalu menyediakan fasilitas pengangkutan hasil panen, berupa mobil pick up, serta adanya kemudahan memperoleh input produksi dari Gapoktan. Petani dapat membeli input produksi tertentu di Gapoktan, seperti benih dan pupuk namun petani anggota lebih memilih membeli input di luar Gapoktan karena sistem pembayaran pembelian input di Gapoktan adalah dengan mengurangi jumlah pembayaran hasil panen petani yang akan dipasarkan oleh Gapoktan. Gapoktan juga memberikan keuntungan kepada anggotanya melalui pembagian dana Sisa Hasil Usaha SHU sebesar 50 persen dari total dana SHU yang dimiliki oleh Gapoktan. Dana SHU yang dibagikan pada setiap akhir tahun ini tidak memberikan manfaat bagi kegiatan usahatani anggota Gapoktan karena biasanya Gapoktan memberikannya dalam bentuk bingkisan sembako yang terdiri dari beras, sirup, kue kering, dan sejumlah uang yang nominalnya tidak besar sehingga langsung digunakan petani untuk kebutuhan rumah tangganya.

6.2. Karakteristik Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non

Anggota Gapoktan Karakteristik umum usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota diklasifikasikan menurut umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan status penguasaan lahan. Karakteristik petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahatani dan mempengaruhi pendapatan petani. Karakteristik pedagang yang membeli cabai merah keriting dari Desa Citapen diklasifikasikan menurut umur dan pengalaman berdagang pedagang. Karakteristik pedagang akan mempengaruhi keputusan pedagang dalam melakukan aktivitas berdagang dan keuntungan yang diterimanya.

6.2.1. Umur Petani Cabai Merah Keriting

Menurut Survei Tenaga Kerja Nasional Sakernas, umur petani dapat diklasifikasikan berdasarkan umur produktif yang terbagi menjadi empat kelompok, di antaranya adalah usia muda 10 Tahun hingga 29 Tahun, usia dewasa 30 Tahun hingga 44 Tahun, usia tua 45 Tahun hingga 59 Tahun, dan usia lanjut lebih dari 60 Tahun. Usia muda menandakan usia belum produktif, usia dewasa menandakan usia produktif, serta usia tua dan lanjut menandakan usia tidak produktif. Sebaran umur petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Petani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Kategori Umur No Umur Petani Tahun Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Orang Orang 1 10-29 0.00 0.00 2 30-44 6 75.00 8 72.73 3 45-59 1 12.50 2 18.18 4 ≥ 59 1 12.50 1 9.09 Total 8 100.00 11 100.00 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa lebih dari 70 persen kelompok umur petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan didominasi oleh petani pada kisaran umur 30 Tahun hingga 44 Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berada pada usia produktif untuk bekerja, sehingga memungkinkan petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan produksi outputnya.

6.2.2. Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting

Pengalaman bertani petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 10. Pengalaman bertani petani cabai merah keriting anggota Gapoktan mayoritas berada pada skala 6 Tahun hingga 10 Tahun dan 11 Tahun hingga 15 Tahun dengan persentase yang sama yaitu sebesar 37.5 persen. Sementara pengalaman bertani petani cabai merah keriting non anggota Gapoktan mayoritas berada pada skala 6 Tahun hingga 10 Tahun sebesar 45.45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani anggota maupun non anggota Gapoktan memiliki pengalaman yang relatif lama. Pengalaman yang lebih lama akan membantu petani melakukan usahatani yang lebih baik, sehingga produksi meningkat. Tabel 10. Sebaran Petani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting No Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting Tahun Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Orang Orang 1 ≤ 5 0.00 2 18.18 2 6-10 3 37.50 5 45.45 3 11-15 3 37.50 4 36.36 4 ≥ 16 2 25.00 0.00 Total 8 100.00 11 100.00 Sumber: Data Primer, 2014

6.2.3. Luas Lahan Usahatani Cabai Merah Keriting

Luas lahan usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tersebar ke dalam tiga strata luas lahan yaitu luas lahan yang kurang dari 0.3 Ha, luas lahan antara 0.3 Ha hingga 0.6 Ha, dan luas lahan yang lebih dari 0.6 Ha. Sebaran usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tahun 2014 berdasarkan luas lahan disajikan pada Tabel 11. Luas lahan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan lebih banyak pada skala kurang dari 0.3 Ha dan skala 0.3 Ha hingga 0.6 Ha, sementara luas lahan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih banyak berada pada skala 0.3 Ha hingga 0.6 Ha dan skala lebih dari 0.6 Ha. Hal ini berarti bahwa luas lahan usahatani non anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan anggota Gapoktan. Petani dengan lahan sempit akan berdampak pada produksi yang rendah, sehingga pendapatan yang diterima petani rendah. Tabel 11. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan Ha Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Orang Orang 1 0.3 3 37.50 3 27.27 2 0.3-0.6 3 37.50 4 36.36 3 0.6 2 25.00 4 36.36 Total 8 100.00 11 100.00 Sumber: Data Primer, 2014

6.2.4. Status Penguasaan Lahan

Status penguasaan lahan usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen terdiri dari penggarap pemilik dan penggarap penyewa. Sebaran usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tahun 2014 berdasarkan status penguasaan lahan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Status Penguasaan Lahan No Status Penguasaan Lahan Anggota Gapoktan Non Anggota Gapoktan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Orang Orang 1 Milik Sendiri 2 25.00 3 27.27 2 Sewa 6 75.00 8 72.73 Total 8 100.00 11 100.00 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa lebih dari 70 persen petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan memiliki status sebagai penyewa dalam penguasaan lahannya. Petani dengan status penguasaan lahan sewa mengindikasikan bahwa biaya usahatani cabai merah keriting masih tinggi karena petani harus mengeluarkan biaya sewa lahan. Petani juga harus bisa memanfaatkan lahan sebaik-baiknya dalam batas waktu penyewaan lahan.

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani saluran pemasaran cabai merah keriting (Kasus di Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

0 13 118

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran cabai merah keriting di desa Sindangmekar kecamatan Wanaraja kabupaten Garut, Jawa Barat

0 8 123

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran (Studi kasus: gapoktan rukun tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

10 63 146

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 13 141

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 11 110

Analisis Pendapatan dan Pola Pemasaran Usahatani Anggrek Vanda douglas (Studi Kasus: Petani Anggota dan Non Anggota "Gapoktan Bersatu" Desa RAwakalong, Kecamatan Gunungg Sindur, Kabupaten Bogor)

4 36 110