Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

3. Saluran pemasaran adalah pola yang terbentuk dari sekumpulan lembaga pemasaran yang terlibat dan saling bergantung dalam proses penyaluran cabai merah keriting. 4. Fungsi pemasaran adalah segala kegiatan dan perlakuan yang dilakukan lembaga pemasaran dalam proses penyaluran cabai merah keriting. 5. Petani cabai merah keriting merupakan pemilik tanaman cabai merah keriting yang berada di Desa Citapen. 6. Gapoktan adalah pedagang yang melakukan pembelian cabai merah keriting dari petani anggota Gapoktan dan menyalurkan baik kepada pedagang grosir maupun pedagang pengecer di Pasar Induk Kemang Kota Bogor. 7. Pedagang grosir adalah pedagang yang melakukan pembelian cabai merah keriting dari petani langsung maupun Gapoktan dan menyalurkan kepada pedagang pengecer. 8. Pedagang pengecer adalah pedagang yang melakukan pembelian dari Gapoktan maupun pedagang grosir dan biasanya dalam jumlah tidak terlalu besar, karena cabai merah keriting ini disalurkan langsung kepada konsumen akhir. 9. Harga di tingkat petani adalah harga yang diterima oleh petani dalam menjual cabai merah keriting dinyatakan dalam RpKg. 10. Harga di tingkat konsumen adalah harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam membeli cabai merah keriting dinyatakan dalam RpKg. 11. Biaya pemasaran adalah biaya yang dibayarkan dalam mendistribusikan cabai merah keriting dari Desa Citapen sampai ke konsumen akhir dinyatakan dalam RpKg. 12. Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani yang dinyatakan dalam RpKg. 13. Keuntungan pemasaran adalah selisih antara marjin pemasaran dengan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam RpKg. 14. Farmer’s share adalah bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan konsumen akhir dinyatakan dalam persentase . 15. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran adalah perbandingan keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari pemasaran cabai merah keriting. 16. Total penerimaan usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari hasil penjualan cabai merah keriting dinyatakan dalam satuan satuan rupiah per hektar per musim tanam RpHaMT. 17. Biaya usahatani adalah biaya yang dibayarkan petani dalam mengusahakan cabai merah keriting dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam RpHaMT. 18. Pendapatan usahatani adalah selisih dari penerimaan usahatani cabai merah keriting dengan biaya usahatani dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam RpHaMT. 19. RC ratio adalah ukuran efisiensi pendapatan yang dilihat dari nilai perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usahatani.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Keadaan Geografis Desa Citapen

Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Citapen terletak di bawah kaki Gunung Pangrango dengan luas wilayah 286 660 Ha. Desa Citapen berada pada ketinggian antara 450 M DPL hingga 800 M DPL dataran tinggi dengan suhu rata-rata antara 20°C hingga 32°C. Letak dan suhu di Desa Citapen ini mendukung bagi pertanian cabai merah keriting karena cabai merah keriting dapat ditanam di dataran tinggi pada suhu antara 24°C hingga 27°C. Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen digunakan untuk berbagai fungsi. Penggunaan lahan di Desa Citapen pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5. Penggunaan lahan untuk perkebunan dan sawah memiliki proporsi terbesar dalam penggunaan lahan di Desa Citapen. Tabel 5. Penggunaan Lahan di Desa Citapen Tahun 2013 No Penggunan Lahan Luas Ha 1 Perumahanpemukiman 56.01 2 Tanah Darat 56.00 3 Sawah 56.00 4 Perkebunan 84.00 5 Jalan 5.00 6 Pemakamankuburan 4.50 7 Perkantoran 0.05 8 Lapangan olahraga 1.10 9 Tanah bangunan pendidikan 1.50 10 Tanah bangunan peribadatan 4.50 11 Tanah pengangonan 3.60 Sumber: Profil Desa Citapen, 2014

5.2. Keadaan Penduduk Desa Citapen

Berdasarkan kondisi sosial demografi, Desa Citapen memiliki jumlah penduduk sampai pada akhir bulan Desember 2013 sebanyak 8 838 jiwa. Jumlah ini terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4 554 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4 284 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga KK sebanyak 2 411 KK. Dilihat dari jumlah penduduk dewasa, mayoritas penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif. Kondisi tersebut menguntungkan Desa Citapen karena jumlah penduduk angkatan kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang menjadi tanggungan. Akan tetapi, meskipun mayoritas penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif, di Desa ini masih banyak penduduk yang dikategorikan penduduk miskin. Tercatat ada sebanyak 476 KK miskin atau sekitar 19.74 persen KK miskin dari jumlah total KK yaitu 2 411 KK. Secara lebih lengkap informasi mengenai kondisi sosial secara umum Desa Citapen disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi dan Jumlah Penduduk di Desa Citapen Tahun 2013 Karakteristik Penduduk Jumlah Jumlah penduduk Jiwa 8 838 Jumlah penduduk laki-laki Jiwa 4 554 Jumlah penduduk perempuan Jiwa 4 284 Jumlah KK KK 2 411 Jumlah KK miskin KK 476 Sumber: Profil Desa Citapen, 2014 Mata pencaharian penduduk di Desa Citapen yang paling dominan adalah buruh pabrik, diikuti dengan pengrajinpenjahitjasa dan pedagang. Secara lebih lengkap data mata pencaharian penduduk Desa Citapen disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang Persentase 1 Petani 98 3.64 2 Buruh Tani 145 5.11 3 Pedagang 300 11.14 4 Pegawai Negeri 291 10.81 5 TNIPOLRI 1 0.04 6 PensiunanPurnawirawan 4 0.15 7 Pegawai Swasta 311 11.55 8 Buruh Pabrik 1147 42.61 9 PengrajinPenjahitJasa 490 18.20 10 Bengkel 50 1.86 Jumlah 2692 100.00 Sumber: Profil Desa Citapen, 2013 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah buruh tani di Desa Citapen lebih banyak dibandingkan petani pemilik. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani adalah sebanyak 145 orang atau sebesar 5.11 persen dari total angkatan kerja, petani milik sebanyak 95 orang atau sebesar 3.64 persen dari total angkatan kerja. Jumlah buruh tani yang masih banyak menunjukkan bahwa kepemilikan lahan sawah di Desa Citapen tidak tersebar merata, dengan kata lain kepemilikan lahan hanya dimiliki sebagian kecil penduduk. Salah satu permasalahan ekonomi yang terjadi di Desa Citapen adalah rendahnya pendapatan yang diperoleh warga dan pengangguran. Hal ini dikarenakan sedikitnya lapangan kerja, kurangnya keterampilan atau pendidikan dan permodalan. Kondisi ini juga disadari sebagai akibat dari tingkat pendidikan warga yang masih rendah. Secara lebih lengkap data tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase 1 Tidak tamat SD 125 1.78 2 Tamat SDSederajat 1825 25.98 3 Tamat SMPSederajat 1130 16.09 4 Tamat SMASederajat 1008 14.35 5 Tamat Akademi D1D2D3 23 0.33 6 Tamat Perguruan Tinggi S1 27 0.38 Jumlah 7025 160.67 Sumber: Profil Desa Citapen, 2014

5.3. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting

Produksi cabai merah keriting di Desa Citapen melalui beberapa tahap. Tahap-tahap produksi terdiri dari penyiapan lahan, penyemaian benih dan pembibitan, penanaman, pemeliharan, hingga pemanenan dan pasca panen. 1. Persiapan Lahan Tahap pertama yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, plastik mulsa, dan sampah lainnya. Setelah itu tanah dibajak dengan menggunakan alat cangkul dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah agar tetap gembur. Kedalaman tanah yang dicangkul berkisar antara 30 cm hingga 40 cm agar akar tanaman dapat dengan leluasa memperoleh zat hara yang ada di dalam tanah. Setelah tanah gembur, dibentuk bedengan setinggi 30 cm, dengan lebar bedengan 120 cm serta panjang yang disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani. Jarak antar bedengan 30 cm hingga 40 cm dengan tujuan agar jarak antar tanaman tidak terlalu rapat dan dapat dilalui petani. Selanjutnya tanah gembur dicampur dengan kapur dolomit dengan tujuan memperoleh tanah dengan kisaran PH 5.6 – 6.8. Pemupukan dasar juga dilakukan pada bedengan yang telah terbentuk dengan memasukkan pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah organisme tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Jumlah pupuk kandang yang diberikan sebanyak 6.7 Ton per Ha. Tanah bedengan diaduk secara merata dan dibiarkan selama dua minggu. Persiapan lahan ini biasanya menggunakan tenaga kerja pria sebanyak dua orang hingga tiga orang pada lahan di bawah satu hektar. 2. Penyemaian Benih dan Pembibitan Penyemainan benih cabai merah keriting dilakukan lebih awal dari proses persiapan lahan. Benih cabai merah keriting disemai di dalam polybag yang sebelumnya telah diisi dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuuk NPK, serta furadan. Polybag berisi benih cabai merah keriting disimpan dalam tempat persemaian tersendiri yang bagian atasnya diberi naungan bambu yang ditutupi plastik transparan. Untuk mendapatkan bibit yang siap tanam, dilakukan perawatan pada semaian di antaranya adalah penyiraman serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore jika cuaca sangat panas. Jika cuaca baik atau turun hujan, maka penyiraman dilakukan satu kali di pagi hari. Saat bibit berumur 10 hingga 15 hari dilakukan penyemprotan pupuk daun dengan dosis rendah sebanyak 0.5 gramliter air. Selain itu penyemprotan pestisida dilakukan dengan konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit. Saat umur bibit sudah mencapai 20 hari, maka bibit sudah siap dipindahkan ke lahan untuk ditanam. 3. Penanaman Bibit cabai merah keriting ditempatkan di tengah lubang tanam. Selanjutnya dimasukkan dan ditimbun media tanam hingga padat. Hal ini bertujuan untuk membuat tanaman menjadi lebih kokoh. Waktu penanaman yang baik dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 –09.00 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB. Setelah bibit ditanam, penyiraman dapat langsung dilakukan. Tenaga kerja yang digunakan biasanya lima orang dalam waktu satu hari. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama masa proses produksi cabai merah keriting berlangsung. Kegiatan pemeliharaan tanaman cabai merah keriting meliputi pemasangan ajir, penyiraman, perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan susulan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemasangan ajir bertujuan untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh. Pemasangan ajir dilakukan saat umur cabai merah keriting mencapai empat minggu. Penyiraman dilakukan pada awal pertumbuhan saat cabai merah keriting menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Pada awal pertumbuhan, penyiraman dilakukan setiap hari, terutama pada musim kemarau, namun setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, penyiraman berikutnya dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca. Perempelan tunas dan bunga pertama dilakukan pada saat tanaman berumur tujuh hingga 20 hari untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah. Sepuluh hari setelah penanaman, dapat dilakukan pemupukan susulan pada tanaman cabai merah keriting. Pemupukan susulan dilakukan untuk menyuburkan tanaman agar tumbuh dengan baik. Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan daun dan tunas adalah pupuk dengan kadar Nitrogen yang tinggi, sedangkan pada saat pertumbuhan bunga dan buah digunakan pupuk daun yang memiliki kadar Phospor dan Kalium yang tinggi. Proses pemupukan dilakukan dengan teknik ‘kocoran’ larutan hasil campuran pupuk dengan air pada dosis tertentu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan obat-obatan dan penyiangan gulma. Untuk menghadapi penyakit pada tanaman cabai merah keriting seperti serangan penyakit busuk buah, bercak daun, cendawan tepung dilakukan penyemprotan obat-obatan yang terdiri dari insektisida dan fungisida sebanyak dua minggu sekali. Jika serangan hama dan penyakit lebih banyak dari biasanya, maka penyemprotan dilakukan satu hingga dua kali dalam seminggu. Jenis obat-obatan yang biasa digunakan oleh petani cabai merah keriting di Desa Citapen antara lain Furadan, Confidor, Curacron, Decis, Antracol, Supergro, Gandasil, dan obat sejenis lainnya. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma yang dapat mengambil makanan yang seharusnya hanya diserap oleh tanaman cabai merah keriting saja. Penyiangan dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali dalam masa proses produksi cabai merah keriting. Tenaga kerja yang digunakan pada proses pemeliharan tanaman cabai merah keriting biasanya dilakukan sendiri dengan bantuan tiga hingga empat orang tenaga kerja. 5. Panen dan Pasca Panen Panen cabai merah keriting dapat dimulai pada saat tanaman berumur seratus hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dapat dilakukan selang enam hingga sepuluh hari sekali. Rata-rata cabai merah keriting dapat dipanen hingga 34 kali pemetikan. Produksi cabai merah keriting setiap panen hasilnya tidak selalu sama. Pada awal hingga panen ke-7, hasil panen belum optimal. Pada panen ke-8 akan menunjukkan kenaikan produksi hingga panen ke-12 yang akan mencapai produksi optimal. Kemudian jumlah produksi akan stabil hingga panen ke-20, dan akan menurun dengan lambat sampai habis masa produksinya. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari dan tenaga kerja yang digunakan untuk memetik adalah tenaga kerja wanita. Setelah cabai merah keriting dipeti, dilakukan penyortiran dengan memisahkan cabai merah keriting yang busuk atau patek, kemudian cabai merah keriting yang sudah disortir dikemas ke dalam karung plastik berukuran 50 Kg.

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani saluran pemasaran cabai merah keriting (Kasus di Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

0 13 118

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran cabai merah keriting di desa Sindangmekar kecamatan Wanaraja kabupaten Garut, Jawa Barat

0 8 123

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

7 111 205

Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 15 229

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani sayuran (Studi kasus: gapoktan rukun tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

10 63 146

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 13 141

Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 11 110

Analisis Pendapatan dan Pola Pemasaran Usahatani Anggrek Vanda douglas (Studi Kasus: Petani Anggota dan Non Anggota "Gapoktan Bersatu" Desa RAwakalong, Kecamatan Gunungg Sindur, Kabupaten Bogor)

4 36 110