persen. Meskipun demikian, 60 persen jenis bangunan di Kelurahan Kamal merupakan bangunan permanen dan 40 persen merupakan bangunan non-
permanen. Potensi wilayah Kelurahan Kamal dikatakan kurang memadai. Hal ini
disebabkan oleh belum adanya kantor pos, telekomunikasi, dan jaringan air perpipaan PDAM. Data mengenai sarana infrastruktur sosial ekonomi dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
Jumlah sarana infrastruktur sosial ekonomi di Kelurahan Kamal
Jenis Sarana Sosial Ekonomi Jumlah unit
Bidang Perekonomian a. Pasar Tradisional
1 b. Mini Market
6 Lingkungan Hidup
a. Komposting 2
b. IRB 311
Lembaga Sosial Masyarakat a. RTRW
102 RT10 RW b. LMK
10 c. Karang Taruna
9 Bidang Pendidikan
a. TK 5
b. SD 17
c. SMP 12
d. SMA 5
Bidang Kesehatan a. Puskesmas
2 b. Poskindu
3 c. Klinik
13 d. Bidan
15 e. Posyandu
23 f. BKB PAUD
14 g. Dokter Umum
20 h. Kader Jumantik
102 i. DKS
58
Sumber : Data Paparan Lurah Kamal, 2013 Keterangan: LMK
= Lembaga Musyawarah Kelurahan BKB PAUD
= Bina Keluarga Berencana Pendidikan Anak Usia Dini Kader Jumantik = Kader Juru Pemantau Jentik
5.1.2 Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih
Kondisi lingkungan terkait sumberdaya air di Kelurahan Kamal saat ini cukup mengkhawatirkan. Lokasi yang merupakan kawasan industri dan
berdekatan dengan laut menimbulkan banyak masalah. Potensi masalah atau
kerawanan yang terjadi di Kelurahan Kamal adalah banjir, kemacetan, kebakaran, pencurian, kerawanan sosial, penyakit demam berdarah, dan penurunan kualitas
lingkungan. Inti masalah di Kelurahan Kamal adalah air tanah yang tercemar akibat
adanya industri sejak tahun 1985 yang membuang limbah B3 di sekitar pemukiman, serta lokasi Kelurahan Kamal yang sangat berdekatan dengan laut
sehingga air tanah terasa asin, keruh, dan berbau. Seluruh wilayah Kelurahan Kamal belum mendapatkan akses air perpipaan PDAM, maka masyarakat
mengandalkan pemenuhan kebutuhan air dari sumber yang ada. Air tanah yang tidak layak untuk dikonsumsi terpaksa digunakan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena belum terpasangnya jaringan air perpipaan PDAM. Air tanah hanya dapat digunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus saja,
sedangkan untuk keperluan memasak dan minum, masyarakat terpaksa harus membeli air keliling, air minum dalam kemasan AMDK, atau air minum isi
ulang AMIU dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan jika mereka berlangganan air PDAM.
Wilayah dengan kondisi paling buruk di Kelurahan Kamal dialami oleh RW 01 dan RW 03. Warga RW 01 setiap hari harus merasakan banjir rob ketika
air laut pasang pada sore atau malam hari karena lokasinya paling dekat dengan laut dibanding RW lainnya, sedangkan RW 03 tepatnya RT 004 dan RT 005
merasakan kondisi air tanah paling buruk. Kemungkinan kondisi air tanah yang tercemar diakibatkan oleh limbah pabrik yang dulu telah lama berdiri.
Menurut Bapak Egar Warman selaku Ketua RW 03 Kelurahan Kamal, beliau serta masyarakat sudah melaporkan permintaan pemasangan jaringan air
perpipaan kepada PT. Palyja sejak tahun 2006, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari PT. Palyja. Warga Kelurahan Kamal sudah bertahun-tahun
mendambakan air perpipaan PDAM karena wilayah perbatasan Kelurahan Kamal, yaitu Tangerang sudah terpasang jaringan air perpipaan PDAM. Padahal
Kelurahan Kamal merupakan kelurahan dalam Provinsi DKI Jakarta yang seharusnya lebih maju dibandingkan dengan Tangerang. Alasan belum
terpasangnya jaringan air perpipaan di Kelurahan Kamal oleh PT. Palyja adalah pipa utama harus membelah jalan tol.
Selama ini, warga Kelurahan Kamal bergantung pada air keliling atau air yang mereka beli dari kios air yang mendapatkan pasokan dari PT. Palyja. PT.
Palyja mengirim air ke kios-kios air yang berada pada tiap RW di Kelurahan Kamal dengan menggunakan mobil tangki penampungan air. Selanjutnya,
masyarakat membeli dengan cara memesan kepada pengurus kios air, lalu air diantarkan ke rumah masing-masing pemesan dengan menggunakan gerobak
keliling, atau jika ingin mendapatkan harga yang lebih murah dapat membeli langsung dari kios air. Harga air keliling dikenakan Rp 500 per pikul yaitu setara
dengan 40 liter jika konsumen membeli langsung dari kios air dan beragam dari Rp 2.000 hingga Rp 6.000 per pikul untuk harga air keliling yang diantarkan ke
rumah-rumah warga. Hal itu dirasakan oleh warga RW 01-09, sedangkan di RW 10, yakni Perumahan Citra 5, telah memiliki akses air pribadi non-PDAM.
Perumahan Citra 5 merupakan salah satu proyek dari salah satu developer besar di Indonesia, yaitu Ciputra Group. Proyek perumahan ini mulai
dikembangkan pada tahun 1984 dengan nama proyek Citra 1 dan terus berkembang sampai dengan proyek Citra 7, namun hanya Perumahan Citra 5 yang
berada di Kelurahan Kamal, tepatnya di RW 10. Perumahan Citra 1 sampai Citra 7 memiliki total luas lahan sebesar 450 Ha dengan total hunian 12.000 Kepala
Keluarga KK. Perumahan Citra memiliki fasilitas lengkap, salah satunya adalah Pengolahan Air Bersih Water Treatment Plant. Ciputra Group membangun
Water Treatment Plant secara mandiri untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakat yang tinggal di Perumahan Citra, maka warga Perumahan Citra 5 di
RW 10 tidak perlu membeli air keliling seperti yang dilakukan oleh warga RW 01-09.
Water Treatment Plant Perumahan Citra mendapat pasokan air baku dari Sungai Cisadane. Air dari Water Treatment Plant mengalir ke rumah-rumah
warga RW 10 selama 20 jam setiap hari dengan volume 1.310 m
3
per 20 jam. Tingkat kebocoran Water Treatment Plant adalah sebesar 15-20 persen. Hal itu
dapat disebabkan oleh galian fondasi atau pekerjaan rumah warga yang sedang di renovasi, pergeseran tanah, pergerakan akar pohon, dan sebagainya. Jika
permintaan air oleh warga melebihi kapasitas produksi Water Treatment Plant,