Kebaruan Penelitian Pola Konsumsi, Pengeluaran dan Willingness to Pay Rumah Tangga terhadap Layanan Air Bersih

X = Barang atau produk X = Jumlah barang X pada harga awal Px X 1 = Jumlah barang X pada harga akhir Px 1 Gambar 1 menunjukkan bahwa seseorang yang dihadapkan pada kondisi awal dengan harga Px , konsumen mengkonsumsi barang X sebesar X dan membelanjakan sejumlah Px ·X . Penurunan harga yang terjadi dari Px ke Px1, mengakibatkan konsumen mengkonsumsi barang X lebih banyak, yaitu sebesar X 1 dan membelanjakan sejumlah Px 1 ·X 1 . Hal ini mengakibatkan perubahan surplus konsumen. Surplus konsumen awal dengan harga Px dan konsumsi sebesar X ditunjukkan oleh bidang Px AC. Penurunan harga dari Px ke Px 1 mengakibatkan peningkatan kesejahteraan atau surplus konsumen yang ditunjukkan oleh bidang Px ABPx 1 .

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Keterbatasan air baku dan masalah investasi menyebabkan PT. Palyja belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat di wilayah pelayanannya, yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Selatan serta sebagian Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Salah satu daerah yang belum terjangkau layanan air bersih perpipaan PT. Palyja adalah Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Kelurahan Kamal terbagi atas daerah terjangkau layanan air perpipaan dan daerah tanpa layanan air perpipaan. Daerah yang telah memiliki layanan air perpipaan Water Treatment Plant di Kelurahan Kamal adalah perumahan yang berada pada RW 10, sedangkan daerah yang belum memiliki layanan air perpipaan Water Treatment Plant maupun PDAM adalah RW 01-09. Hal ini mengakibatkan warga Kelurahan Kamal di RW 01-09 kesulitan mengakses air bersih. Warga RW 01-09 harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mendapatkan air bersih dari hydran atau pedagang air keliling. Harga yang dibayarkan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan tarif pemakaian air yang ditetapkan oleh PAM Jaya kepada pelanggan layanan air perpipaan. Warga Kamal juga memiliki sumber air lain selain jaringan air perpipaan dan hydran atau air keliling, yaitu air tanah dan air minum dalam kemasan atau air refill. Air tanah digunakan untuk keperluan mandi, cuci, kakus, sedangkan air minum dalam kemasan atau air refill digunakan untuk keperluan memasak dan minum. Volume penggunaan dari tiap sumber tentunya berbeda, maka perlu dilakukan identifikasi volume penggunaan air dari masing-masing sumber beserta harganya. Identifikasi sumber dan volume penggunaan air dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan tabulasi sehingga menghasilkan pola konsumsi air bersih rumah tangga responden. Masalah selanjutnya yang dapat dianalisis adalah berapa besar pengeluaran konsumsi air dari total pendapatan. Metode yang digunakan adalah analisis pendapatan. Hasil yang didapat akan memberikan perbandingan antara pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga RW 01-09 dengan rumah tangga RW 10. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa proporsi pengeluaran konsumsi air dari total pendapatan rumah tangga RW 01-09 lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga RW 10. Penyebabnya adalah harga air yang dibayarkan oleh rumah tangga non-pelanggan air perpipaan lebih besar dan pendapatan rumah tangga non-pelanggan lebih kecil bila dibandingkan dengan rumah tangga pelanggan air perpipaan. Untuk mengatasi sulitnya akses air bersih yang dirasakan oleh warga RW 01-09 Kelurahan Kamal, PT. Palyja perlu membangun jaringan air bersih perpipaan. Menurut informasi yang didapat dari Kelurahan Kamal, masyarakat beserta pengurus kelurahan telah meminta kepada PT. Palyja untuk memasang jaringan air perpipaan, namun sampai saat ini belum terealisasikan. Hal ini menunjukkan bahwa warga RW 01-09 sebenarnya mampu untuk membayar sambungan baru jaringan air perpipaan. Penulis ingin mengestimasi nilai keinginan membayar masyarakat Kelurahan Kamal untuk memperoleh jaringan air perpipaan dengan menggunakan metode Analisis Willingness to Pay WTP sehingga menghasilkan nilai WTP biaya pemasangan baru jaringan air perpipaan serta tarif pemakaian air. Layanan air perpipaan menggambarkan kesejahteraan masyarakat karena masyarakat memiliki kemudahan dalam mengakses sumber air bersih yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis melakukan Analisis Kesejahteraan dengan mengukur berapa besar surplus konsumen yang dirasakan oleh warga RW 01-09 Kelurahan Kamal jika mendapatkan layanan air perpipaan. Tujuan-tujuan tersebut selanjutnya digunakan untuk rekomendasi kebijakan pipanisasi air bersih oleh PT. Palyja di RW 01-09 Kelurahan Kamal untuk mengatasi permasalahan sulitnya akses air bersih. Gambar alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.