57
BAB V GERAKAN PETANI BANJARANYAR
5.1 Organisasi Gerakan
Bergabungnya gerakan petani Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan SPP membawa sejumlah konsekuensi. Konsekuensi tersebut berupa
pembubaran Panitia Pembebasan Tanah Banjaranyar, kepatuhan pada segala tata pertaturan di dalam SPP, mekanisme penerimaan anggota, dan kesediaan untuk
mengikuti aksi – aksi atau demonstrasi yang dilakukan oleh SPP. Pada tanggal 26 April 1999, warga Banjaranyar membentuk Panitia
Pembebasan Tanah Banjaranyar. Organisasi ini merupakan wadah perjuangan warga Banjaranyar untuk mendapatkan hak atas tanah di lahan eks-perkebunan
AGRIS NV. Pasca bergabungnya warga Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan SPP, Panitia Pembebasan Tanah Banjaranyar dibubarkan dan
digantikan dengan Organisasi Tani Lokal OTL Banjaranyar. Bergabungnya gerakan Banjaranyar dengan Serikat Petani Pasundan SPP ditandai dengan ikrar
bersama di Garut pada tahun 2000, yang diikuti oleh warga Banjaranyar dan petani lain dari wilayah Ciamis, Garut, Tasik.
Oraganisai Tani Lokal OTL Banjaranyar merupakan salah satu dari organisasi petani lokal yang berada dibawah Serikat Petani Pasundan SPP. OTL
berdiri ditingkatan desa dengan tujuan menjaga kesinambungan gerakan massa di tingkat akar rumput. Selain bertujuan untuk menanamkan nilai – nilai gerakan,
OTL juga merupakan sarana penghubung atau jalur informasi antara anggota SPP di desa dengan kesekertariatan SPP di Kota Ciamis. OTL inilah yang kemudian
mempermudah sekertariat SPP untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi desa dan segala permasalahan yang ada di dalam masyarakat desa.
Menurut Agustiana, Sekjen SPP, pendirian OTL baik itu di Desa Banjaranyar ataupun di desa – desa lainnya bertujuan untuk menjaga massa pada
tingkat akar rumput agar tetap teguh pada garis perjuangan SPP. Pendefinisian garis perjungan SPP dijabarkan melalui 9 kewajiban anggota SPP, yaitu :
1. Wajib memiliki rasa solidaritas baik sesama anggota maupun sesama manusia tanpa memandang suku.
58 2. Wajib mengikuti dan membangun sikap bergotong royong.
3. Wajib ikut melaksanakan musyawarah dalam pengambilan keputusan
organisasi. 4. Wajib iman dan takwa terhadap Allah SWT.
5. Wajib menjaga lingkungan hidup dan kelestarian alam. 6. Wajib berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang layak.
7. Wajib menjadi pemimpin masyarakat yang arif dan bijaksana. 8. Wajib mencari ilmu dan membangun kepintaran dan kecerdasan.
9. Wajib memperjuangkan kebenaran dan keadilan yang hakiki. Organisasi Tani Lokal berada pada lapisan yang paling bawah. Pada
lapisan atas terdapat terdapat Kongres Dewan Pimpinan OTL sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Kongres akan memberikan mandat penuh kepada seorang
Sekertaris Jendral Sekjen untuk menjalankan organisasi. Di dalam menjalankan roda organisasi Sekjen akan dibantu oleh tiga orang Koordinator, tiga orang
deputi atau wakil dan tiga orang kepala divisi. Tiga orang koordinator yang dibagi berdasarkan wilayah kerja, yaitu
Koordinator wilayah Garut, Koordinator wilayah Tasik, dan Koordinator wilayah Ciamis. Tetapi khusus untuk wilayah Kabupaten Ciamis, wilayah kerja dibagi
kembali menjadi tiga yaitu Ciamis tengah, Ciamis Selatan, dan Ciamis Utara. Hal ini disebabkan karena banyaknya kasus sengketa lahan yang ada di wilayah
Kabupaten Ciamis. OTL Banjaranyar berada di bawah Koordinator wilayah Ciamis, tepatnya Ciamis Tengah.
Tiga orang kepala divisi dibagi berdasarkan fungsi pendukung oraganisasi, seperti divisi penguatan organisasi, divisi pengolahan sumberdaya hutan, dan
divisi informasi dan telekomunikasi. Secara struktural keberadaan divisi masuk ke dalam kesekertariatan Sekjen. Pada perkembangannya, guna memenuhi
kebutuhan organisasi keberadaan divisi mengalami beberapa penyesuaian. Hingga saat ini, terdapat dua divisi baru, yaitu divisi pengembangan ekonomi masyarakat
dan divisi hukum yang kemudian berkembangan menjadi Lembaga Bantuan Hukum LBH SPP.
59 Pertanggungjawaban sekertariat SPP, dalam hal ini Sekjen SPP kepada
Dewan Pimpinan OTL, seharusnya dilakukan satu kali setiap dua tahun. Hal ini merujuk pada profile SPP yang dikeluarkan pada tahun 2001. Tetapi, hingga saat
ini pertanggungjawaban tersebut belum pernah dilakukan. Pada prakteknya, mekanisme pertanggungjawaban dilakukan melalui temu OTL yang dilakukan
setiap tiga bulanan di sekretariat SPP. Lama waktu kepengurusan seorang Sekjen tidak diketahui secara pasti. Semenjak berdirinya SPP pada tahun 2000 hingga
dilakukannya penelitian ini pada tahun 2010, Sekjen Serikat Petani Pasundan SPP tetap dipegang oleh Agustiana.
Gambar 4. Struktur Organisasi Serikat Petani Pasundan SPP
Organisasi Tani Lokal OTL Banjaranyar beranggotakan warga masyarakat Desa Banjaranyar. Hingga saat ini tercatat, terdapat 190 Kepala
Keluarga KK yang terdaftar sebagai anggota dari OTL Banjaranyar. Apabila ada seseorang yang berkeinginan untuk menjadi anggota, maka orang tersebut wajib
memenuhi beberapa persyaratan atau disebut sebagai tata tertib anggota, yaitu : 1.
Mendaftarkan diri pada dewan pimpinan Organisasi Tani Lokal setempat dan direkomendir oleh Koordinator Dewan Pimpinan Organisasi Tani
Lokal.
Kongres Dewan Pimpinan OTL
Kesekretariatan Sek.Jen
Koord DPP Kab Garut
Koord DPP Kab Tasikmalaya
Koord DPP Kab Ciamis
Koord. DPP
Wilayah Koord.
DPP
Wilayah
Koord. DPP
Wilayah Koord.
DPP Wilayah
Koord. DPP
Wilayah Koord.
DPP Wilayah
DPP OTL
DPP OTL
DPP OTL
DPP OTL
DPP OTL
DPP OTL
A n g g o t a
60 2.
Melaksanakan agenda dan program yang telah diputuskan secara parsitipatif oleh musyawarah Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal.
3. Membayar iuran wajib anggota yang diputuskan secara musyawarah yang
besarnya ditetapkan oleh musyawarah Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal masing-masing.
4. Memiliki kartu anggota Serikat Petani Pasundan.
5. Menjaga nama baik Serikat Petani Pasundan.
6. Menjalin silahturahmi dengan sesama anggota dan pimpinan Organisasi
Tani Lokal dan sesama anggota lainnya 7.
Memperjuangkan hak untuk membangun kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, dan budaya bagi anggota.
8. Memelihara dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup yang berkeadilan
dan kesetaraan. 9.
Berjuang membangun kepintaran dan kecerdasan. 10. Berjuang merebut keadilan dan kecerdasan.
11. Meningkatkan kebersamaan dan gotong-royong.
12. Melaksanakan 9 Sembilan Wajib SPP. 13. Mengontrol dan mengawasi kinerja Dewan Pimpinan Organisasi Tani Lokal
masing-masing. 14.
Hal-hal yang belum tercantum dari poin 1 sampai dengan poin 13 akan diatur dan dimusyawarahkan dikemudian hari.
Hal ini jelas berbeda dengan organisasi yang sebelumnya dibetuk oleh warga Banjaranyar, yaitu Panitia Pembebasan Tanah PPT. Di dalam PPT tidak
dikenal adanya persyaratan khusus untuk masuk menjadi anggota organisasi. Seluruh warga Banjaranyar yang berkeinginan bergabung dengan PPT, cukup
61 datang dan ikut aktif di dalam setiap rapat dan kegiatan PPT. Maka, dengan
sendirinya orang tersebut sudah menjadi anggota PPT. OTL Banjaranyar dipimpin oleh seorang ketua yang dibantu sekertaris
OTL dan bendahara OTL. Mekanisme pemilihan ketua OTL di Desa Banajaranyar dilakukan secara musyawarah. Seluruh anggota OTL berhak mencalonkan
siapapun, asalkan orang tersebut merupakan anggota SPP. Setelah seorang ketua terpilih menjadi ketua OTL, barulah kemudian ketua OTL diberikan hak untuk
dapat memilih sekertaris dan bendahara. Keberadaan ketua OTL tidak hanya bertugas untuk menjalankan amanah organisasi, tetapi juga bertindak sebagai
pemersatu dari para anggota OTL. Butir – butir peraturan baik itu 9 wajib anggota ataupun tata tertib
anggota, tidak ditetapkan oleh OTL Banjaranyar sendiri. Seluruh peraturan yang ada dimusyawarahkan di dalam rapat Dewan Pimpinan OTL Serikat Petani
Pasundan SPP. Setelah disepakati oleh seluruh anggota Dewan Pimpinan OTL SPP, maka peraturan tersebut akan disebarkan keseluruh anggota, untuk segera
dilaksanakan. Sistem keanggotaan yang ada di OTL Banjaranyar memang merujuk pada
pada sistem keanggotaan yang ada di Serikat Petani Pasundan SPP. Hal ini merupakan salah satu konsekuensi yang harus ditanggung gerakan petani
Banjaranyar ketika bergabung dengan SPP. Di dalam tubuh SPP terdapat dua macam keanggotaan yaitu anggota dan pendamping. Kedua tipe anggota tersebut
diperlakukan sama, dalam artian keduanya memiliki kewajiban untuk mentaati 9 wajib anggota, tata tertib anggota, dan segala keputusan Dewan Pimpinan OTL
SPP. Anggota merupakan para petani yang berada di desa dalam wilayah kerja
dan berada di bawah koordinasi OTL. Pendamping adalah para mahasiswa yang ikut andil dalam perjuangan petani. Secara struktural, pendamping SPP berada di
dalam kesekertarian Sekjen dan bertanggungjawab langsung kepada Sekjen SPP. Sebagian besar pendamping merupakan mahasiswa yang berasal dari universitas
yang ada tiga Kabupaten di Priyangan Timur, yaitu Garut, Ciamis, Tasik. Pendamping inilah yang kemudian bertugas mengadvokasi para petani dan
menyadarkan petani prihal hak dan kewajiban mereka, khususnya hak petani atas
62 tanah. Meskipun, tidak jarang pada prakteknya para pendamping ini harus juga
belajar bercocok tanam kepada para petani.
5.2 Strategi Gerakan