66 “SPP itu tidak akan mendukung salah satu calon... kalo orang
– orangnya saya gak bisa jamin ya... kan urusan masing – masing... tapi bagi calon bupati yang tidak mendukung
perjuangan SPP... dijamin gak bakal didukung sama SPP... saya juga yakin gak bakal menang tuh...” Agustiana, Sekjen
Serikat Petani Pasundan
Intervensi keranah politik praktis, berangkat dari kesadaran bahwa perjuangan perebutan hak – hak petani atas tanah sulit berhasil bila tidak ada
dukungan dari pemerintah. Gerakan petani merupakan sarana yang digunakan untuk dapat memaksa pemerintah memperhatikan hak – hak petani. Di dalam
prosesnya SPP, termasuk OTL Banjaranyar di dalam nya, memilih untuk tidak hanya memaksa dan menunggu kebaikan Pemerintah tetapi juga berperan aktif
dalam terhadap jalannya pemerintahan.
“dulu waktu susno jadi Kapolda, kan kita dituduh makar. Dosa tuh dia... makanya sekarang blangsak gitu... kalo mau
makar, ngapain kita dukung puying jadi anggota DPRD. Kita ini mau ingetin pemerintah kalo petani itu ada, petani itu
susah... kalo diingetin susah ya kita masuk dong... biar bisa ngingetinnya tiap hari.” Jek, Koordinator Wilayah Ciamis
Serikat Petani Pasundan
5.3 Kepemimpinan
Selayaknya yang dinyatakan oleh Scott 1971, kepemimpinan merupakan salah satu syarat penting terbentuknya gerakan petani. Marx 1875
menganalogikan petani seperti kentang di dalam keranjang, yang meskipun bersatu susungguhnya terpisah antara satu dengan yang lain. Petani membutuhkan
perwakilan yang berasal dari kelas yang berbeda untuk menyatukan dan menyatakan diri mereka ke dalam sebuah kelas. Perwakilan inilah yang kemudian
bertugas untuk memimpin dan membantu mereka, guna melawan kelas – kelas penindas.
Rabu 2 Juni 2010, pukul dua siang Oman kembali kerumah. Pria berusia 57 tahun ini telah lima jam berada di ladang. Ladang yang berisi tanaman cokelat
kakao, kopi, singkong, pisang, dan dua buah balong kolam ikan dirawatnya setiap hari dengan bantuan istri dan beberapa orang tetangga. Tubuh tua Oman
sudah tidak lagi mampu bekerja sehari penuh di ladang. Sesekali ia mengeluhkan
67 kondisi tubuhnya yang mudah sekali lemas. Terlebih lagi penyakit chikungunya
yang dideritanya dalam tiga minggu terakhir membuat seluruh persendiannya sering terasa sakit, terutama pada waktu malam hari.
Penampilan Oman dirasa kurang meyakinkan untuk menjadi seorang pemimpin gerakan petani. Ia bukanlah seorang orator ulung yang dapat membuat
orang – orang terpukau ketika berpidato. Oman lebih banyak diam ketika aksi demonstrasi ataupun pertemuan dengan para pemangku kepentingan. Siapa yang
menyangka, lelaki ini telah berhasil membakar semangat warga Banajaranyar untuk merebut tanah eks-perkebunan AGRIS NV.
Tahun 1998, Oman mengajak beberapa warga untuk membabat tanaman jati yang ditanam Perhutani di lahan eks-perkebunan. Kejatuhan rezim Orde Baru
menciptakan momentum dan menumbuhkan keberanian diantara warga Banjaranyar untuk melawan. Kemampuan Oman dalam mempengaruhi orang lain
ketika berbicara secara langsung, membuat aksi pembabatan pohon jati semakin mudah dilakukan. Ia berusaha menyadarkan warga bahwa di dalam tanah eks-
perkebunan, juga terdapat hak mereka.
“tanah ada didepan mata masa digarap aja gak boleh... kalo warga disini udah pada kaya sih gak papa.. tapi ini kan
susah... mau idup aja mesti ke kota... ngegarap juga bukan buat dijual.. buat idup aja...” Oman, Petani Panggarap
Oman dipandang sebagai seorang yang gigih dan berpengetahuan luas. Pengalamannya selama lebih dari 25 tahun menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil
PNS, cukup membuat ia mengetahui kondisi diluar desa. Warga Banjaranyar sering datang ke rumah Oman untuk bertanya prihal banyak hal, seperti soal tanah
garapan, permasalahan seputar pertanian, hingga sekolah yang baik untuk anak – anak mereka.
Berdasarkan tipe – tipe kepemimpinan, kepemimpinan Oman dapat digolongkan kedalam tipe kepemimpinan paternalistik. Oman dihormati di desa
sebagai seorang tetua desa, bukan hanya karena sudah cukup berumur, tetapi juga karena dipandang sebagai orang yang mampu memberi suri tauladan. Pada saat
pembentukan Panitia Persiapan Tanah Banjaranyar, Oman ditunjuk sebagai ketua.
68 Ia adalah penggagas aksi pembabatan pohon jati Perhutani, Oman jugalah yang
menyusun strategi selama pembabatan berlangsung. Pada saat gerakan petani Banjaranyar meleburkan diri kedalam Serikat
Petani Pasundan, oman kembali ditunjuk menjadi Ketua Organisasi Tani Lokal OTL Banjaranyar. Tidak banyak perubahan pada gaya kepemimpinan Oman. Ia
lebih sebagai “bapak” bagi para anggota OTL. Pertemuan rutin anggota ia buat sedemikian rupa sehingga tidak terasa membosankan bagi anggota. Persoalan –
persoalan yang dibahas tidak melulu mengenai tanah garapan dan strategi aksi perlawanan. Para anggota diberikan ruang untuk menyampaikan keluh kesah dan
segala permasalahan pribadi mereka. Selain membuka ruang untuk para anggota disetiap pertemuan rutin, ia
juga menjadikan rumahnya sebagai rumah bagi semua orang. Apabila ada yang tidak tersampaikan pada pertemuan rutin, setiap anggota OTL bisa
menyampaikannya di rumah Oman. Hampir setiap hari selepas bekerja di ladang, Oman selalu kedatangan tamu, baik para anggota ataupun orang luar desa. Letak
rumah Oman berada di tengah jalur penghubung antara Kota Banjarsari dengan Desa Pasawahan dan Desa Bangunkarya. Sehingga, para anggota ataupun
pendamping SPP dari desa lain sering kali singgah di rumah Oman. Bergabungnya gerakan petani Banjaranyar, juga dapat dikatakan sebagai
pertemuan dua orang pemimpin. Oman yang merupakan pemimpin gerakan petani pada tingkat desa bertemua dengan Agustiana yang merupakan pemimpin gerakan
petani ditingkat daerah, yaitu Priyangan Timur. Kedua orang ini mempunyai tipe kepemimpinan yang berbeda. Apabila Oman memiliki gaya kepemimpinan yang
paternalistik, maka Agustiana merupakan sosok pemimpin yang kharismatik. Nama Agustiana mulai dikenal oleh penduduk Priyangan Timur dan
sekitarnya, pasca terjadinya kerusuhan Tasik pada tahun 1997. Ia dan beberapa orang lainnya ditangkap oleh pihak Kepolisian dan dituduh sebagai dalang dari
kerusuhan Tasik. Setelah keluar dari penjara, dengan memanfaatkan momentum reformasi, Agustiana dan beberapa aktivis mahasiswa melakukan pengorganisiran
petani di wilayah Ciamis, Garut, dan Tasik. Pengorganisiran ini difokuskan pada aksi perebutan hak atas tanah, baik itu di lahan perkebunan ataupun Perhutani.
69 Agustiana merupakan pemimpin yang memiliki begitu banyak pengikut.
Balas jasa, kekaguman, gigih, dan perhatian dengan nasip petani, merupakan beberapa contoh dari kesan yang disampaikan anggota SPP terhadap sosok
Agustiana. Loyalitas anggota SPP terhadap sosok Agustiana, bahkan terlihat pada kehidupan sehari – hari. Sebagai contoh, pada minggu pertama bulan Juni 2010,
Agustiana menjalankan ibadah umroh. Pukul 10.00 sebelum sebelum berangkat ke Arab Saudi, Agustiana mengirimkan pesan singkat kepada Koordinator
wilayah Ciamis, Garut, dan Tasik. Pesan tersebut berisikan permohonan izin pamit ke tanah suci dan permohonan doa untuk keselamatan selama beribadah.
Beberapa saat kemudian, kooordinator mengirimkan pesan tersebut kepada seluruh ketua OTL di wilayah kerjanya masing – masing. Pada malam harinya di
Desa Banjaranyar, pukul 19.10 tidak kurang dari 40 orang anggota OTL Banjaranyar datang ke rumah Oman dengan berpakaian muslim lengkap. Mereka
semua datang dengan tujuan untuk mendoakan Agustiana agar selamat selama menjalankan ibadah umroh.
Permasalahan justru timbul pada regenerasi dari kepemimpinan didalam tubuh Serikat Petani Pasundan SPP. Loyalitas yang begitu besar kepada
Agustiana, membuat seakan – akan sosok Agustiana tidak tergantikan sebagai seorang pemimpin. Bagi seluruh anggota SPP, khususnya yang berada
dikesekertariatan Sekjen dan OTL Banjaranyar, beranggapan bahwa tidak ada satu orang pun anggota SPP yang pantas menggantikan Agustiana.
“Agustiana mah kasep, pinter, ulet... punya istri berapa juga dia mah pantes – pantes aja... coba liat... mau Bupati, BPN,
DPRD, semua juga nurut ama dia... dan yang paling penting... dia itu peduli sama nasip petani... gak ada ganti nya...”
Oman, Petani Penggarap “saya juga bingung kalo ditanya siapa gantinya kang agus...
gak ada sih kayaknya... susah nyari orang konsisten kayak dia gitu... kalo sekarang, baru dampingin satu desa ajah.. udah
mau jadi anggota dewan.” Hermawan, Pendamping Serikat Petani Pasundan
“gak tau... gak ada yang pantes gantiin kayaknya sih... lagian juga yang laen kan sadar diri... beda derajat gitu...” Wati,
Petani Penggarap
70
BAB VI KELANGSUNGAN GERAKAN PETANI BANJARANYAR