22
darah normal dan merupakan keadaan yang mendahului kejadian diabetes mellitus.
Telah lama dibuktikan bahwa intoleransi glukosa dan kejadian hipertensi mempunyai hubungan yang sangat erat. Modan dkk 1984
mengemukakan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara intoleransi glukosa dan hipetensi yang mempunyai nilai p 0.001.
10. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal merupakan faktor risiko penyakit hipertensi sekunder Heuther dan McCance, 2012. Perubahan struktur dan fungsi
ginjal akan berkolaborasi dan menghasilkan aktivasi sistem simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron sehingga akan menyebabkan
terjadinya retensi cairan. Aktivasi sistem simpatis, sistem renin angiotensin aldosteron, retensi cairan serta peningkatan reabsorbsi natrium
akan menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat gagal ginjal yang disebabkan oleh peningkatan reabsorbsi natrium
dan progresifitas hiperfiltrasi Lilyasari, 2007.
D. Sensitivitas
Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil positif dan benar sakit Budiarto dan Dewi,
2003. Sensitivitas merupakan proporsi subyek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif positif benar dibanding seluruh subyek yang sakit positif
benar + negatif semu atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik positif bila
23
dilakukan pada sekelompok subjek yang sakit Sastroasmoro dan Ismael, 2014.
Sensitifitas memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk mendeteksi suatu penyakit Sastroasmoro dan Ismael, 2014. Hal ini berkaitan
dengan pernyataan berapa kemampuan suatu alat diagnosis atau suatu pemeriksaan untuk menghasilkan hasil positif. Nilai sensitivitas semakin baik
apabila persentase semakin tinggi. Adapun langkah untuk menentukan nilai sensitivitas adalah dengan uji
diagnostik tabel dua kali dua menggunakan rumus a : a + c Dahlan, 2009. sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Tabel uji diagnostik dua kali dua
Baku Emas Positif
Negatif Indeks
Positif a
b a + b
Negatif c
d c + d
a + b b + d