45
B. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini merupakan responden penelitian Riskesdas 2013 yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya, didapatkan jumlah data responden akhir yang dianalisis
yaitu sebanyak 221.909 responden pria dan 216.433 responden wanita. Namun sebelum melakukan analisis peneliti merasa perlu untuk
mengetahui karakteristik data responden. Sehingga dilakukan analisis univariat terhadap variabel usia, IMT serta tekanan darah responden
untuk selanjutnya dibahas sebagai pertimbangan kesesuaian hasil analisis.
Responden dalam penelitian ini mempunyai rentang usia 18 tahun sampai dengan 125 tahun dengan rata-rata 39,02 tahun pada responden
pria. Sedangkan rentang usia pada responden wanita adalah 18 tahun sampai dengan 110 dengan rata-rata 38,14 tahun. Adapun rata-rata IMT
responden pria pada penelitian ini adalah sebesar 22,06 kgm
2
sedangkan rata-rata IMT responden wanita adalah 23,00 kgm
2
. Berdasarkan status tekanan darah, responden dalam penelitian ini
dibedakan atas tekanan darah normal dan tekanan darah prahipertensi. Dari total responden pria, proporsi responden yang berstatus
prahipertensi sebesar 63,1. Sedangkan pada responden wanita proporsi responden berstatus prahipertensi lebih sedikit, yakni 54,4
responden yang berstatus prahipertensi. Namun dari kedua sampel baik pria maupun wanita menunjukkan proporsi status prahipertensi lebih
46
dari 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh total sampel berstatus prahipertensi dan harus waspada untuk mencegah
terjadinya hipertensi. Pada dasarnya hasil analisis karakteristik responden dalam
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Departement of Community Health Addis Ababa di Etiopia yang
meneliti hubungan antara IMT dengan tekanan darah di tiga negara yang salah satunya ialah Indonesia. Dalam penelitian tersebut diperoleh rata-
rata IMT pria Indonesia merupakan nilai rata-rata tertinggi dibandingkan rata-rata IMT pria di vietnam dan etiopia. Adapun rata-
rata IMT pria Indonesia dalam penelitian tersebut adalah sebesar 21.17. dalam penelitian tersebut juga mengemukakan bahwa prevalensi
hipertensi baik pada wanita maupun pria terdapat di negara Indonesia.
C. Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai
Prediktor Prahipertensi pada Pria
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai titik potong 22 kgm
2
mempunyai nilai sensitivitas paling optimal di antara rentang nilai titik potong IMT 22 kgm
2
sampai 27 kgm
2
pada pria dewasa di Indonesia. Pada pria dewasa di Indonesia, titik potong IMT 22 kgm
2
mempunyai nilai sensitivitas sebesar 52,7. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik potong IMT 22 kgm
2
dapat menyaring pria yang benar- benar berstatus prahipertensi sebanyak 52,7 dari seluruh sampel pria
dewasa pada penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia.
47
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Triwinarto dkk 2012 yang mengemukakan bahwa pada titik potong IMT 22-23 kgm
2
merupakan titik potong yang terbaik untuk digunakan sebagai penentu risiko hipertensi pada pria. Hasil penelitian juga sejalan dengan hasil
penelitian Harahap 2004 yang menunjukkan bahwa pada titik potong IMT 23 kgm
2
mempunyai risiko 2,1 kali lebih terkena hipertensi dibandingkaan dengan mereka yang mempunyai IMT 23 kgm
2
. Di sisi lain, hasil penelitian ini berbeda dengan nilai titik potong
yang digunakan di Indonesia. Hingga saat ini, titik potong IMT masih menggunakan titik potong 27 kgm
2
untuk menentukan status obesitas yang berisiko. Berdasarkan hasil analisis peneliti, hasil hitung nilai
sensitivitas pada titik potong IMT 27 kgm
2
pada pria hanya sebesar 9,2 yang berarti bahwa titik potong IMT 27 kgm
2
hanya dapat menyaring responden pria yang benar-benar berstatus prahipertensi
sebanyak 9,2. Berdasarkan
nilai sensitivitas
yang diperoleh,
peneliti berpendapat bahwa titik potong IMT 22 kgm
2
lebih baik dari pada titik potong 27 kgm
2
jika digunakan sebagai prediktor prahipertensi pada pria, mengingat nilai sensitivitas menunjukkan persentase responden
yang benar-benar berstatus prahipertensi dari total responden pria. Dengan menggunakan titik potong IMT 22 kgm
2
, reseponden yang benar benar berstatus prahipertensi dapat lebih banyak disaring
dibandingkan dengan titik potong 27 kgm
2
. Dengan kata lain, jika menggunakan titik potong IMT 22 kgm
2
sebagai alat prediksi awal