48
prahipertensi, responden dengan status prahipertensi semu akan lebih sedikit dibandingkan menggunakan titik potong IMT 27 kgm
2
. Sehingga titik potong 22 lebih tepat digunakan sebagai alat prediksi
awal prahipertensi pada pria di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain, secara etnis Indonesia
merupakan golongan etnis asia yang notabene mempunyai bentuk frame tubuh yang relatif lebih kecil dibanding dengan etnis eropa
ataupun latin. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bell dkk dari departemen nutrisi, sekolah kesehatan masyarakat, University of North
Carolina yang meneliti tiga etnis yaitu Cina, Filipina dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada dasarnya dari ketiga etnis tersebut
mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada IMT yang lebih tinggi. Akan tetapi terdapat perbedaan pada etnis Cina terkait hubungan
IMT dan hipertensi, pada level IMT kurang dari 25 hubungan antara IMT dan hipertensi lebih kuat pada pria maupun wanita. Sehingga,
peneliti berasumsi bahwa pada etnis Asia termasuk Indonesia pada IMT yang lebih rendah mempunyai hubungan yang lebih kuat terhadap
kejadian hipertensi. Dengan
demikian, berdasarkan
penelitian ini,
peneliti berpendapat jika seseorang pria dewasa ≥ 18 tahun memiliki IMT 22
direkomendasikan untuk melakukan kontrol tekanan darah secara rutin untuk mencegah terjadinya hipertensi. Dengan deteksi dini
prahipertensi inilah kasus hipertensi dapat ditanggulangi.
49
D. Nilai Sensitivitas Titik Potong Indeks Massa Tubuh sebagai
Prediktor Prahipertensi pada Wanita
Hasil analisis pada sampel wanita menunjukkan nilai titik potong yang tidak berbeda dengan hasil analisis pada pria yaitu menunjukkan
titik potong 22 kgm
2
mempunyai nilai sensitivitas paling optimal di antara rentang nilai titik potong IMT 22 kgm
2
sampai 27 kgm
2
. Pada wanita dewasa di Indonesia, titik potong IMT 22 kgm
2
mempunyai nilai sensitivitas sebesar 61,4. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik
potong IMT 22 kgm
2
dapat menyaring wanita yang benar-benar berstatus prahipertensi sebanyak 61,4 dari seluruh sampel wanita
dewasa pada penelitian Riskesdas 2013 di Indonesia. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai sensitivitas
paling optimal sebagai prediktor prahipertensi terdapat pada titik potong yang lebih rendah dari penelitian triwinarto dkk 2012. Penelitian
Triwinarto dkk 2012 mengungkapkan titik potong terbaik untuk risiko hipertensi pada wanita adalah pada nilai titik potong 23-24 kgm
2
. Namun, tidak begitu menyimpang dengan hasil penelitian Harahap dkk
2005 yang mengungkapkan bahwa pada titik potong IMT 23 kgm
2
mempunyai risiko 2,1 kali lebih terkena hipertensi dibandingkaan dengan mereka yang mempunyai IMT 23 kgm
2
. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena perbedaan tingkat baku
emas tekanan darah yang digunakan, dimana dalam penelitiain ini kategori yang digunakan adalah status prahipertensi yang secara teoritis
lebih rendah dibandingkan dengan status hipertensi.
50
Di sisi lain, hasil analisis pada sampel wanita juga berbeda jauh dengan nilai titik potong yang digunakan di Indonesia. Hingga saat ini,
titik potong IMT menggunakan titik potong 27 kgm
2
untuk menentukan status obesitas yang berisiko tanpa membedakan titik potong IMT
berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan hasil analisis peneliti, hasil hitung nilai sensitivitas pada titik potong 27 kgm
2
hanya sebesar 18,8 yang mana hal tersebut berarti bahwa titik potong IMT 27 kgm
2
pada wanita hanya mampu menyaring 18,8 responden dengan status
prahipertensi dari keseluruhan responden wanita. Tidak berbeda dengan hasil pada responden pria, berdasarkan
nilai sensitivitas yang diperoleh peneliti berpendapat bahwa titik potong IMT 22 kgm
2
lebih baik dari pada titik potong 27 kgm
2
jika digunakan sebagai prediktor prahipertensi pada wanita, mengingat nilai sensitivitas
menunjukkan persentase responden yang benar-benar berstatus prahipertensi dari total responden wanita.
Dengan menggunakan titik potong IMT 22 kgm
2
, reseponden yang benar benar berstatus prahipertensi dapat lebih banyak disaring
dibandingkan dengan titik potong 27 kgm
2
. Dengan kata lain, jika menggunakan titik potong IMT 22 kgm
2
sebagai alat prediksi awal prahipertensi pada wanita, responden dengan status prahipertensi semu
akan lebih sedikit dibandingkan menggunakan titik potong IMT 27 kgm
2
. Sehingga titik potong 22 lebih tepat digunakan sebagai alat prediksi awal prahipertensi pada wanita di Indonesia.
51
Hasilnya, sama halnya dengan kasus pada pria, peneliti juga berpendapat bahwa
seorang wanita dewasa usia ≥ 18 tahun yang memiliki IMT 22 diharapkan untuk melakukan kontrol tekanan darah
secara rutin guna mencegah kejadian hipertensi. Dengan demikian, deteksi dini prahipertensi dapat dilakukan.
52
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata usia responden pria adalah 39,02 tahun dan rata-rata IMT pada responden pria adalah 22,06 kgm
2
, sedangkan rata-rata usia responden wanita adalah 38,14 tahun dan rata-rata IMT pada
responden wanita adalah 23,00 kgm
2
. Sementara itu, proporsi status prahipertensi pada pria sebesar 63,1 dan proporsi prahipertensi pada
wanita sebesar 54,4. 2. Nilai titik potong IMT dengan nilai sensitivitas paling optimal sebagai
prediktor prahipertensi pada pria dan wanita usia ≥ 18 tahun di
Indonesia adalah pada titik potong 22 kgm
2
. B.
Saran
1. Bagi peneliti lain : Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, penelitian yang lebih
lanjut akan lebih baik apabila juga mempertimbangkan nilai diagnostik lain seperti nilai spesifisitas, rasio kemungkinan negatif ataupun rasio