ayam kampung. Persaingan juga terjadi diantara peternak ayam sehingga peternakan ayam petelur semakin banyak Rasyaf, 2001
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap peternakan ayam ras Indonesia, salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah dengan dibentuknya
Keputusan Presiden No.22 tahun 1990 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras yang menggantikan Keputusan Presiden No. 50 tahun 1981. Ringkasan dari
keputusan tersebut antara lain 1 meningkatkan kesempatan berusaha, ekspor dan kesejahteraan rakyat melalui usaha peternkana ayam ras dan 2 Menteri Pertanian
membimbing dan membina peternakan ayam ras petelur dan pedaging Rasyaf, 2001
2.1.2. Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Tujuan umum suatu peternakan adalah mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan bahan lain yang berasal dari hewan atau ternak Pulungan dalam
Wahidin, 2003. Sementara.peternakan ayam ras didefinisikan dalam Kepres No.22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras
pedaging, tidak termasuk pembibitan. Ayam ras petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien untuk
menghasilkan telur. Bangsa yang termasuk kelas ini dapat dikenal karena mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat cepat dewasa cepat bertelur dan
tidak mempunyai sifat mengeram lagi. Kebanyakan atau hampir semuanya mempunyai kaki yang bersih artinya tidak berbulu dan cuping telinganya
berwarna putih.
Tipe ayam ras petelur pada umumnya dibagi menjadi dua macam Rasyaf, 2001 yaitu:
1. Tipe Ayam Petelur Ringan Tipe ayam ini sering disebut juga dengan ayam petelur putih. Ayam petelur
ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut mungil. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini banyak dijual di
Indonesia dengan berbagai nama. Sebagai ayam petelur, ayam tipe ringan ini khusus diciptakan untuk bertelur saja sehingga semua kemampuannya diarahkan
kepada kemampuan bertelur saja, karena itulah daging yang dihasilkan sedikit. Ayam petelur tipe ringan ini sangat senditif terhadap cuaca panas dan keributan
yang akan berakibat kepada penurunan jumlah produksi telur 2. Tipe Ayam Petelur Medium
Tubuh ayam tipe ini berukuran sedang lebih besar dari ayam petelur tipe ringan. Ayam ini berwarna coklat, telur yang dihasilkannya cukup banyak, selain itu
juga menghasilkan daging yang cukup banyak, sehingga ayam ini disebut sebagai ayam tipe dwiguna.
2.1.3. Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang dikenal bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti asam-asam amino yang lengkap dan seimbang, vitamin serta mempunyai daya cerna yang tinggi. Telur ayam mengandung protein 12,8
persen, telur bebek 13,1 persen dan telur puyuh 10,3 persen dapat dilihat pada Tabel 7. Selain itu telur mengandung aneka vitamin seperti vitamin A, B, D, E,
dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup Haryoto, 1996.
Tabel 7. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram No
Zat Gizi Telur Ayam
Telur Bebek Telur Puyuh
1 Kalori Kal
162.00 189.00
149.80 2
Protein g 12.80
13.10 10.30
3 Lemak g
11.50 14.30
10.60 4
Karbohidrat g 0.70
0.80 3.30
5 Kalsium mg
54.00 56.00
49.00 6
Fosfor mg 180.00
175.00 198.00
7 Besi mg
2.70 2.08
1.40 8
Vit A UI 900.00
1,230.00 2,741.00
9 Vit B mg
0.10 0.18
- 10
Air g 74.00
70.00 -
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryato, 1996 Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning
telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat
mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang dilindungi oleh kulit
telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis Haryoto, 1996.
Menurut Rasyaf 1987 telur unggas digunakan sebagai makanan manusia karena cukup lezat dan bergizi tinggi. Berkat kepandaian manusia maka telur
dapat dikeluarkan tanpa calon bibit sehingga hanya mengandung makanan saja yang sekarang ini dikenal sebagai telur konsumsi.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu