2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Nofialdi 1997 dengan judul “Efisiensi, Skala Produksi dan Resiko Usaha Peternakan Rakyat Kecil Ayam Ras Petelur di Kabupaten 50 Kota,
Sumatera Barat” menyimpulkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi efisiensi peternakan ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota adalah harga pakan
karena biaya harga pakan merupakan proporsi terbesar dari keseluruhan biaya produksi, dan terdapat perbedaan efisiensi pada perbedaan skala perusahaan.
Usaha peternakan ayam ras petelur adalah usaha yang mengandung resiko,dimana fluktuasi harga faktor produksi mempengaruhi resiko pada biaya produksi dan
resiko keuntungan. Tingkat resiko pada biaya dan keuntungan dapat ditanggulangi oleh beberapa faktor sosial ekonomi peternak seperti pengalaman beternak, lama
pendidikan dan tingkat komersialisasi usaha. Pengendalian fluktuasi harga faktor produksi untuk pengembangan skala yang ekonomis akan lebih efektif melalui
pembangunan kesatuan manajemen wilayah secara kelompok atau koperatif. Surya 2004 meneliti tentang “Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur
Ayam Ras di Kelurahan Serua, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Propinsi Jawa Barat”. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa nilai imbangan antara
penerimaan dengan biaya tunai dan total, Masing-masing peternakan lebih besar dari satu RC rasio 1. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seluruh
peternakan ayam ras petelur di Kelurahan Serua yang diteliti merupakan usaha yang menguntungkan. Selain itu saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan
Serua terdiri dari 13 pola saluran pemasaran dengan farmer’s share pada setiap
saluran pemasaran berkisar antara 82,43 sampai dengan 98,88. Secara
keseluruhan saluran pemasaran yang terbentuk tersebut cukup baik, karena harga yang diterima produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar.
Penelitian lain yang menggunakan metode penelitian yang sama dengan penelitian ini dilakukan oleh Hadiningrum 2006 yai
tu “Strategi Pengembangan Usahaternak Domba Tawakkal Dusun Cimande Hilir Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perusahaan disarankan untuk mempertahankan kualitas produk dan pelanggan yang ada dengan tata
laksana manajemen produksi yang baik. Kemudian meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar menjadi prioritas strategi yang kedua.
Memperthankan hubungan baik dengan masyarakat sekitar usahaternak sebagai prioritas strategi ketiga dan prioritas yang terakhir menciptakan suatu kerjasama
dengan masyarakat sekitar usahaternak dalam pengadaan input produksi. Purba 2006 dengan metode yang juga sama meneliti tentang “ Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Studi Kasus di PT. Lembu Jantan Perkasa, menyimpulkan bahwa urutan strategi pengembangan
bisnis berdasarkan prioritas tertinggi untuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan adalah : 1 Mempertahankan kontinuitas sapi
potong dengan mengembangkan pembibitan atau dengan menyediakan sapi bakalan hasil breeding sendiri TAS = 5,233, 2 Membangun atau membuat
kandang feedlot sendiri TAS = 5,179, 3 Meningkatkan dan mempertahankan kerjasama atau hubungan yang baik dengan pelanggan tetap melalui promosi
harga, misalnya diskon serta memberikan pelayanan yang lebih baik TAS = 4,946, 4 Memanfaatkan peluang pasar dan memperluas jaringan pemasaran
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi TAS =
4,431 dan 5 Membuka satu divisi baru yaitu divisi daging neat division dengan membuka atau menyewa RPH TAS = 4,365
Penelitian terdahulu tersebut mempunyai beberapa implikasi penting terhadap penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Nofialdi 1997 dapat
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi, menentukan kondisi skala usaha dan skala produksi dan menjelaskan kondisi resiko biaya dan
keuntungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi resiko pada peternakan ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota
Penelitian yang dilakukan oleh Surya 2004 menunjukan bahwa peternakan ayam ras petelur di daerah penelitian merupakan usaha yang
menguntungkan. Selain itu juga penelitan ini menunjukan beberapa saluran pemasaran dengan masing-masing nilai marjin pemasarannya. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Hadiningrum 2006 dan Purba 2006 menjelaskan penerapan konsep manajemen strategi dalam pengembangan usaha
dengan komoditas masing-masing domba dan sapi potong. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan SWOT, kemudian
dilanjutkan dengan matriks QSP untuk memutuskan strategi utama.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Ada beberapa konsep pemikiran yang melandasi penelitian ini. Konsep- konsep pemikiran tersebut merupakan teori yang mendukung penelitian ini secara
konseptual. Adapun konsep-konsep pemikiran tersebut terdiri dari konsep-konsep pemikiran manajemen strategis.
3.1.1. Konsep manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan,pengorganisasian,pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pengggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan Stoner dalam Sianturi S, 2008. Manajemen merupakan seni dalam mengelola
sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen mengacu pada lima fungsi dasar yaitu perencanaan planning, pengorganisasian
organizing, penyusunan staf staffing, kepemimpinan leading, dan pengendalian controlling.
3.1.2. Konsep Strategi
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan lingkungan yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan Jauch dan Glueck, dalam Fitri,
2003. Strategi juga berarti cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang David, 2004