Rencana Aksi rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa bumi Aceh Tanggal 2 Juli 2013 95
dilakukan penilaian terhadap kesesuaian antara rencana dengan realisasi pelaksanaan pekerjaan serta pembahasan permasalahan yang dihadapi
oleh setiap instansi penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi. Dengan metode ini diharapkan terdapat solusi yang seragam terhadap
permasalahan serupa yang dihadapi oleh setiap instansi penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi.
3 Monitoring ke Kabupaten Pemantauan kepada penerima dana di tingkat KabupatenKota ini
dilakukan apabila dari hasil pemantauan terhadap laporan bulanan dan pemantaun di tingkat provinsi terdapat permasalahan yang harus
dicarikan solusinya secara langsung kepada pihak-pihak terkait di tingkat kabupatenkota. Dengan demikian, pematauan ke KabupatenKota ini
bersifat kasuistik saja tidak secara rutin. 4 Monitoring ke Lapangan
Pemantauan berupa kunjungan dan peninjauan langsung ke lapangan dilakukan, apabila masih diperlukan penanganan permasalahan
secara bersama sampai ke lokasi, setelah melakukan pemantauan melalui laporan bulanan, pemantauan ke provinsi dan pemantauan ke
kabupatenkota. Dari hasil kunjungan ke lapangan ini diharapkan penyelesaian permasalahan dapat ditindaklanjuti.
b. Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Pusat Organisasi tim monitoring dan evaluasi di tingkat pusat terdiri dari:
1 Penanggungjawab : Kepala BNPB 2 Ketua Tim
: Deputi Bidang Rehab Rekons 3 Wakil Ketua
: Salah satu Direktur BAPPENAS 4 Sekretaris
: Kasubdit Kedeputian Rehab Rekons 5 Koordinator sektor : Esselon III KL
6 Koordinator Unit : disesuaikan pelaksana sektor
7 Anggota Pelaksana : Pada masing-masing Sektor
Rencana Aksi rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa bumi Aceh Tanggal 2 Juli 2013 96
2. Monitoring dan Evaluasi di tingkat ProvinsiKabupaten
Monitoring dan evaluasi di tingkat ProvinsiKabupatenKota, dilaksanakan sendiri oleh penanggung jawab programkegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
Pemerintah ProvinsiKabupatenKota penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana maupun dengan menetapkan suatu Tim Monitoring dan
Evaluasi. a. Penanggung Jawab ProgramKegiatan di ProvinsiKabupatenKota
Mekanisme monitoring dan evaluasi di tingkat pengelola kegiatan dan dana bantuan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, ditetapkan sendiri oleh
Pemerintah Daerah. b. Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat ProvinsiKabupatenkota
Organisasi tim monitoring dan evaluasi tingkat ProvinsiKabupatenKota terdiri dari:
1 Penanggungjawab : Sekretaris Daerah selaku ex officio Kepala BPBD
2 Ketua Tim : Kepala Bappeda
3 Sekretaris : Kepala Pelaksana BPBD
4 Koordinator sector : Kepala SKPD terkait
5 Koordinator Unit : Pada unit masing-masing sektor SKPD
6 Anggota Pelaksana : Pada masing-masing Sektor SKPD
F. KESINAMBUNGAN PEMULIHAN PASCA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN MANAJEMEN BERBASIS PENGURANGAN RISIKO
BENCANA
Pasca pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi perlu disusun suatu strategi yang dikaitkan dengan siklus perencanaan dan penganggaran reguler guna
memastikan kesinambungan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pembangunan “normal” sesuai kewenangan instansi terkait. Sesuai amanat Undang-undang
Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah juga perlu mengupayakan untuk melaksanakan:
1 Perencanaan penanggulangan bencana, melalui pengenalan dan pengkajian ancaman bencana, melakukan kajian analisis risiko bencana, melakukan
analisis kerentanan dan Kapasitas daerah dan masyarakat dalam
Rencana Aksi rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa bumi Aceh Tanggal 2 Juli 2013 97
penanggulangan bencana, identifikasi tindakan pengurangan risiko bencana dan penyusunan dokumen RPB dan RAD PRB;
2 Pengurangan faktor-faktor penyebab risiko bencana, melalui pengendalian dan pelaksanaan penataan ruang melalui reviu tata ruang berbasis mitigasi
bencana, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam RPJMD, RKPD, RKA-SKPD dan RTRW;
3 Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana dan Kesiapsiagaan melalui penyelenggaraan pendidikan pengurangan risiko
bencana ke dalam sistem pendidikan formal dan informal dan penyelenggaraan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat di daerah
rawan bencana; 4 Mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dari sumber APBD secara
memadai. 5 Berdasarkan potensi bencana, pencegahan dan pengurangan risko bencana,
mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah melalui mekanisme perijinan dan persyaratan teknis pembangunan sesuai kewenangan lembaga yang terkait.