Hipotesis Ikhtisar KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teoritis

dengan dan 3.30 Sementara itu model relasi penawaran dinamik dari persamaan 3.23 adalah, dengan , dan 3.31

3.3. Hipotesis

Aktivitas lobi oleh kelompok produsen dapat meningkatkan produksi melalui pengaruhnya terhadap harga output maupun biaya faktor. Kebijakan kuota dan tarif impor gula meningkatkan harga gula di dalam negeri sehingga produsen mendapatkan insentif untuk meningkatkan produksi. Namun tidak seperti pada pasar kompetitif, pada struktur pasar oligopolistik dengan market power produsen berproduksi pada perceived MR = MC yang menghasilkan output lebih kecil dibandingkan output pasar kompetitif namun produsen mendapatkan rente ekonomi karena menerima harga di atas harga paritas impor. Sementara itu importir menerima rente ekonomi sebagai akibat pembatasan jumlah importir karena importir membeli dengan harga dunia dan menjualnya di pasar domestik dengan harga lebih tinggi. Hal ini tidak sulit dilakukan karena importir gula umumnya adalah prosesor dan produsen gula yang mendapat lisensi impor melalui fasilitas importir produsen dan importir terdaftar. Oleh karena itu, berdasarkan proposisi tersebut diajukan tiga hipotesis untuk diuji kebenarannya. 1. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas lobi yang dilakukan para produsen gula dengan tingkat swasembada yang dicapai. 2. Terdapat hubungan positif antara aktivitas lobi produsen dengan biaya sosial perburuan rente. 3. Terdapat hubungan negatif antara pencapaian swasembada dengan besarnya rente ekonomi.

3.4. Ikhtisar

Pada Bab 3 dibangun kerangka pemikiran yang dibagi menjadi kerangka teoritis dan kerangka konseptual. Pada bagian pertama disajikan kristalisasi teori yang secara umum telah diulas pada bab sebelumnya yang menjadi landasan berfikir untuk penelitian ini. Bagian ini diawali dengan uraian mengenai proses pembuatan kebijakan dan keterkaitan antar elemen yang menjadi domain ilmu ekonomi dengan elemen yang menjadi domain ilmu politik. Dalam memberikan penjelasan terhadap proses pembuatan kebijakan ini terdapat dua pilihan teori ekonomi politik yang tersedia yaitu voting model dan interest group model. Ketika kebijakan pergulaan cenderung protektif sementara jumlah produsen gula relatif kecil maka hal ini mengindikasikan kebijakan pergulaan tidak tepat didekati melalui electoral channel. Oleh karena itu bagian ini menguraikan secara rinci kerangka kerja model kelompok kepentingan yang oleh Becker disebut dengan pressure group model sementara Gardner menggunakan istilah lobbying model. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan istilah model Becker-Gardner sebagai operasionalisasi dari model kelompok kepentingan seperti dilakukan oleh Sarker, et al. 1993. Ketika kerangka teoritis model kelompok kepentingan secara umum telah diperoleh maka ia kemudian digunakan untuk membangun kerangka pemikiran penelitian. Setelah kerangka pemikiran penelitian yang sekaligus menjadi model teoritis telah dibangun maka pada bagian berikutnya disajikan kerangka konseptual penelitian sebagai cara mengoperasionalkan model teoritis tersebut. Pada bagian ini disajikan berbagai kerangka konseptual penelitian untuk memberikan penjelasan terhadap kompleksitas pergulaan nasional. Secara spesifik, interaksi antara produsen dan konsumen gula dijelaskan pada sistem ekonomi dalam kaitannya dengan produsen dan konsumen kebijakan pada sistem politik. Untuk menjelaskan bekerjanya pasar kebijakan pada sistem politik maka diperkenalkan variabel bobot politik sebagai proksi dari kemampuan lobi berbagai kelompok kepentingan di industri gula. Namun karena penentuan bobot politik memerlukan informasi mengenai elastisitas permintaan dan penawaran gula pada struktur pasar gula dalam negeri yang oligopolistik maka dibangun model permintaan dan penawaran gula berdasarkan model oligopolistik Bresnahan-Lau. Persoalan muncul karena data ekonomi rentang waktu time series yang digunakan umumnya bersifat non stasioner pada level namun stasioner pada beda pertama. Oleh karena itu untuk menghindari hasil estimasi yang semu spurious maka model oligopolistik Bresnahan-Lau dimodifikasi menjadi bentuk dinamik melalui mekanisme perbaikan kesalahan error correction mechanism.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber yaitu: 1 harga produsen, harga konsumen, harga dunia, produksi, impor, jumlah cadangan stock, luas tanam, produktivitas gula berasal dari FAO Food and Agriculture Organization, USDA United States Department of Agriculture, BPS Badan Pusat Statistik, DGI Dewan Gula Indonesia, Kementrian Pertanian, dan berbagai sumber elektronik lainnya seperti Journal dan koran; 2 Nilai tukar, GDP Gross Domestic Product, jumlah penduduk, checks and balances berasal dari WB World Bank, IMF International Monetary Fund, dan Bank Indonesia. Data rentang waktu yang digunakan adalah periode 1980-2009, dengan penekanan analisis pada periode pasca reformasi yaitu setelah keluarnya Surat Keputusan Menperindag 643MPPKep92002 yang kemudian diperbarui dengan SK Menperindag No. 527MPPKep92004 mengenai Ketentuan Impor Gula KIG dan. Keppres 572004 tentang Penetapan Gula sebagai barang dalam pengawasan.

4.2. Uji Ketidakstasioneran dan Akar Unit

Karena sebagian besar data ekonomi time series tidak stasioner maka dilakukan pengujian ketidakstasioneran untuk menentukan teknik analisis berikutnya yang paling tepat. Dalam penelitian ini digunakan uji Dickey-Fuller DF dan Augmented Dickey-Fuller ADF untuk mengetahui apakah data mengandung akar unit data tidak stasioner atau tidak mengandung akar unit data stasioner. Misalkan