Distribusi Rente Ekonomi RENTE EKONOMI DAN SWASEMBADA GULA

Selanjutnya pada tahun 2009 pemerintah menurunkan besaran tarif dari Rp. 790 menjadi Rp. 400 per kilogram yang menyebabkan penerimaan pajak pemerintah menurun sementara rente ekonomi importir meningkat. Gambar berikut menyajikan volume impor gula Indonesia antara tahun 2003-2009. Berkembangnya industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku menyebabkan impor gula rafinasi cenderung meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2007 ketika Indonesia tercatat sebagai negara importir gula rafinasi terbesar di dunia. Namun sejalan dengan bertambahnya jumlah pabrik gula rafinasi dan efektifnya aktivitas lobi dari AGRI maka sejak tahun 2008 pemerintah hanya mengizinkan impor gula untuk kebutuhan industri dalam bentuk gula mentah untuk dimurnikan menjadi gula rafinasi guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar di dalam negeri.

8.3. Distribusi Rente Ekonomi

Dengan memperhitungkan peran BUMN PTPN IX, X, XI, PT RNI, BULOG, dan PPI dalam importasi gula sekitar 10 maka tabel berikut menunjukkan negarapemerintah merupakan penerima rente ekonomi terbesar dari regulasi yang mengatur pergulaan nasional 32.7, diikuti oleh petani tebu 30.71, importir produsen 20.48 dan PG swasta 16.11. Namun demikian penelitian Yustika 2008 mengindikasikan bahwa sebagian rente yang diterima petani tebu 50 hilang dalam bentuk biaya transaksi sehingga berdasarkan temuan tersebut distribusi rente yang diterima petani menjadi 15.4 persen. Tabel 32. Distribusi Rente Ekonomi Gula yang Diterima Berbagai Kelompok Kepentingan di Indonesia dan Dead Weight Loss Tahun 2003-2009 Tahun Total Rent milyar rupiah Distribusi rente ekonomi DWL Milyar Rupiah Negara 1 Petani 2 PG Swasta Importir 3 2003 5 075 31.96 27.27 13.73 27.03 124.54 2004 3 501 37.02 32.62 20.28 10.08 60.53 2005 7 024 32.13 28.40 14.86 24.60 137.03 2006 4 357 37.48 33.17 16.96 12.39 54.98 2007 13 145 25.29 27.23 12.31 35.16 303.93 2008 5 107 32.23 37.18 17.82 12.79 65.30 2009 10 681 16.96 29.13 16.81 37.12 157.31 Rata-rata 6 984 30.44 30.71 16.11 22.74 129.09 Sumber: diolah dari berbagai sumber Keterangan: 1 Penjumlahan rente PG BUMN dan penerimaan pajak impor 2 Setengahnya hilang dalam bentuk biaya transaksi 3 Termasuk impor yang dilakukan BUMN IT gula sekitar 10 dari volume Tabel tersebut menunjukkan bahwa negarapemerintahlah yang paling berkepentingan terhadap kebijakan pergulaan yang protektif tersebut karena ia merupakan penerima rente terbesar 30.44 + 2.27 = 32.7, sementara petani tebu yang harus dilindungi ternyata merupakan kelompok yang menerima rente ekonomi gula paling sedikit 15.4 karena tingginya biaya transaksi. Selain mengakibatkan terjadinya transfer surplus dari konsumen ke importir dan pemerintah, kebijakan tarif dan kuota impor menyebabkan terjadinya kemakmuran yang hilang welfare loss. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kehilangan kemakmuran pasca keluarnya SK Menperindag 6432002 nilainya rata-rata mencapai 129 milyar rupiah per tahun.

8.4. Biaya Sosial Perburuan Rente