Rente dari Aktivitas Impor

Dari sisi luas areal diketahui bahwa selama periode tersebut luas areal tebu juga meningkat dari 335 ribu hektar menjadi 443 ribu hektar dimana peningkatan tersebut dikarenakan bertambahnya luas areal tebu rakyat milik petani dari semula 172 ribu hektar menjadi 255 ribu hektar Gambar 35. Sementara itu areal tebu milik PG swasta cenderung tetap sebagai akibat belum tersedianya infrastruktur dan kesulitan memperoleh lahan Hak Guna Usaha HGU terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini mengindikasikan peningkatan share gula dari PG swasta lebih disebabkan oleh peningkatan produktivitas Oleh karena itu alternatif yang paling mungkin untuk lebih mempercepat peningkatan produksi adalah melalui penggunaan varietas unggul yang memiliki produktivitas tinggi intensifikasi.

8.2. Rente dari Aktivitas Impor

Evolusi kebijakan perdagangan gula dengan pemberlakuan tarif dan kuota impor memberikan peluang bagi terjadinya aktivitas perburuan rente. Hal ini Sumber: Ditjen Perkebunan diolah Gambar 35. Perkembangan Luas Areal Tebu Indonesia Tahun 2003-2009 dikarenakan produsen gula melakukan lobi terhadap pembuat keputusan agar kebijakan tarif dan kuota tetap dipertahankan. Selain itu kebijakan pemerintah menghapuskan importir umum dan hanya memberikan izin impor gula kepada Impotir Produsen IP dan Importir Terdaftar IT sejak tahun 2002 sesuai dengan SK Menperindag 6432002 yang diperbarui dengan SK No. 5272004 telah menciptakan peluang tambahan bagi aktivitas mencari rente karena pemegang IP dan IT umumnya adalah pemilik pabrik gula yang juga mendapatkan perlindungan dari tarif dan kuota impor. Bhagwati 1982 menggunakan konsep perburuan rente untuk kegiatan ini dengan istilah Directly Unproductive Profit- seeking DUP activity. Berdasarkan konsep ini para pemburu rente melakukan tariff-seeking lobbying dengan tujuan mendapatkan policy transfer benefit yang walaupun menciptakan profit namun tidak menambah output ataupun jasa yang masuk dalam fungsi utilitas konvensional. Tabel berikut menyajikan distribusi rente yang diterima pemerintah dan importir antara tahun 2003-2009. Tabel 31. Rente Ekonomi yang Diterima Importir dan Pemerintah Indonesia Tahun 2003-2009 Tahun Rente Ekonomi Milyar rupiah Total Importir Pemerintah 2003 2 383 1 372 1 011 2004 1 223 353 870 2005 3 277 1 728 1 549 2006 1 639 540 1 099 2007 6 943 4 622 2 320 2008 1 809 653 1 156 2009 4 949 3 965 984 Rata-rata 3 175 1 890 1 284 Sumber: diolah dari berbagai sumber Tabel tersebut menunjukkan bahwa rente ekonomi yang diakibatkan aktivitas impor sekitar Rp. 3.2 triliun per tahun yang sebagian merupakan penerimaan pajak impor sedangkan pemegang IP dan IT menerima rata-rata Rp. 1.9 triliun per tahun antara tahun 2003-2009. Selain itu pada tahun 2007 rente ekonomi yang diterima importir mencapai titik tertinggi yaitu sebesar Rp. 4.6 triliun. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut harga gula dunia mengalami penurunan namun pada saat yang sama harga gula di dalam negeri meningkat dari tahun sebelumnya seperti terlihat pada gambar 36 berikut. Selain itu pada saat yang sama volume impor mencapai angka tertinggi yang mencapai 2.6 juta ton. Rente ekonomi kemudian menurun pada tahun 2008 karena sebab yang sebaliknya yaitu harga gula domestik menurun sementara harga gula dunia meningkat dan volume impor turun menjadi 1.5 juta ton Gambar 37. Sumber: diolah dari berbagai sumber Gambar 36. Perkembangan Harga Gula di Indonesia Tahun 2003-2009 Sumber: FAO diolah Gambar 37. Perkembangan Impor Gula Indonesia Tahun 2003-2009 Selanjutnya pada tahun 2009 pemerintah menurunkan besaran tarif dari Rp. 790 menjadi Rp. 400 per kilogram yang menyebabkan penerimaan pajak pemerintah menurun sementara rente ekonomi importir meningkat. Gambar berikut menyajikan volume impor gula Indonesia antara tahun 2003-2009. Berkembangnya industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku menyebabkan impor gula rafinasi cenderung meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2007 ketika Indonesia tercatat sebagai negara importir gula rafinasi terbesar di dunia. Namun sejalan dengan bertambahnya jumlah pabrik gula rafinasi dan efektifnya aktivitas lobi dari AGRI maka sejak tahun 2008 pemerintah hanya mengizinkan impor gula untuk kebutuhan industri dalam bentuk gula mentah untuk dimurnikan menjadi gula rafinasi guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar di dalam negeri.

8.3. Distribusi Rente Ekonomi