HASIL PENELITIAN Gambaran Kesimetrisan Lengkung Gigi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berdasarkan Jenis Kelamin

24 orang 73 memiliki asimetri lengkung gigi dalam batas normal dan 9 orang 27 memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis. Asimetri dapat terjadi pada lengkung gigi dengan sisi kanan atau kiri yang lebih lebar. Besarnya prevalensi asimetri lengkung gigi pada sisi kanan dan kiri dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Prevalensi kesimetrisan lengkung gigi sisi kanan dan kiri pada mahasiswa FKG USU Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Frekuensi orang Persentase Frekuensi orang Persentase Asimetri kanan 9 69 3 33 Asimetri kiri 4 31 6 67 Total 13 100 9 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok laki-laki, dari 13 sampel penelitian yang memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis, sebanyak 9 orang 69 memiliki asimetri lengkung gigi dengan sisi kanan yang lebih lebar dan 4 orang 31 memiliki asimetri lengkung gigi dengan sisi kiri yang lebih lebar. Sedangkan pada kelompok perempuan menunjukkan bahwa dari 9 orang sampel penelitian yang memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis, sebanyak 3 orang 33 memiliki asimetri lengkung gigi dengan sisi kanan yang lebih lebar dan sebanyak 6 orang 67 memiliki asimetri lengkung gigi dengan sisi kiri yang lebih lebar. Lengkung gigi maksila dan mandibula dapat mengalami asimetri dalam batas normal atau asimetri secara klinis. Asimetri tersebut dapat terjadi pada salah satu lengkung gigi maksila atau mandibula saja, dan dapat juga terjadi pada keduanya. Prevalensi asimetri lengkung gigi pada maksila dan madibula dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Prevalensi kesimetrisan lengkung gigi maksila dan mandibula pada mahasiswa FKG USU Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Maksila Mandibula Maksila Mandibula Freku- ensi orang Persen- tase Freku- ensi orang Persen- tase Freku- ensi orang Persen- tase Freku- ensi orang Persen- tase Asimetri dalam batas normal 4 31 1 8 4 44 Asimetri klinis 9 69 12 92 5 56 9 100 Total 13 100 13 100 9 100 9 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 13 mahasiswa laki-laki yang memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis, sebanyak 4 orang 31 ditemukan maksila mengalami asimetri dalam batas normal, dan sebanyak 9 orang 69 ditemukan maksila mengalami asimetri secara klinis. Kemudian sebanyak 1 orang 8 ditemukan mandibula mengalami asimetri dalam batas normal dan sebanyak 12 orang 92 ditemukan mandibula mengalami asimetri secara klinis. Sedangkan pada kelompok perempuan menunjukkan bahwa dari 9 orang yang memiliki asimetri lengkung gigi secara klinis, sebanyak 4 orang 44 ditemukan maksila mengalami asimetri dalam batas normal, dan sebanyak 5 orang 56 ditemukan maksila mengalami asimetri secara klinis. Kemudian pada mandibula, tidak ada 0 ditemukan mandibula yang mengalami asimetri dalam batas normal dan sebanyak 9 orang 100 ditemukan mandibula mengalami asimetri secara klinis.

BAB 5 PEMBAHASAN

Dalam diagnosis perawatan ortodonti, pemeriksaan kesimetrisan wajah merupakan prosedur wajib untuk memperoleh hasil perawatan ortodonti yang memuaskan dari segi fungsi dan estetika. Keadaan ini juga berkaitan dengan kestabilan hasil perawatan. Tujuan utama seseorang mencari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki beberapa aspek yang berhubungan dengan dentofasial atau penampilan wajah. 27 Kesimetrisan wajah dipengaruhi oleh faktor skeletal, dental, fungsional, dan jaringan lunak. Evaluasi kesimetrisan lengkung gigi merupakan bagian dari analisis dental. Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi kesimetrisan lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU menggunakan fotometri model studi. Populasi penelitian berasal dari mahasiswa FKG USU yang belum pernah mendapat perawatan ortodonti dan memiliki gigi permanen lengkap serta tidak pernah mengalami riwayat trauma. Besar sampel penelitian 66 orang, terdiri dari 33 mahasiswa laki-laki dan 33 mahasiswa perempuan. Asimetri lengkung gigi dapat ditemui pada individu dengan oklusi normal, walaupun sebenarnya lebih banyak ditemukan pada kondisi maloklusi. Pada subjek dengan wajah simetris juga dapat ditemukan asimetri lengkung gigi. 8 Pemeriksaan oklusal lengkung gigi dengan menggunakan fotometri model studi biasanya dapat dilakukan untuk mengetahui asimetri lengkung gigi selain pemeriksaan langsung pada model. 4 Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran asimetri lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU. Hasil pemeriksaan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengetahui asimetri lengkung gigi yang ada pada dirinya agar diperoleh diagnosis lebih awal sehingga dapat meminimalisasi kebutuhan perawatan ortodonti yang lebih kompleks dikemudian hari. Dampak asimetri lengkung gigi yang bersifat intermaksila atau intramaksila, kemungkinan dapat mengganggu struktur dan fungsi dari sendi temporomandibula. 11 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang 60 mengalami asimetri lengkung gigi dalam batas normal dan sebanyak 13 orang 40 mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis, pada kelompok laki-laki. Sedangkan sebanyak 24 orang 73 mengalami asimetri lengkung gigi dalam batas normal, dan sebanyak 9 orang 27 mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis, pada kelompok perempuan. Dari tabel 1 dapat dilihat prevalensi laki-laki yang mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis lebih tinggi dibandingkan prevalensi perempuan yang mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Ghasemianpour dkk., tentang asimetri dentofasial tahun 2004 pada siswa SMA di Timur Laut usia 14-17 tahun yang menyatakan bahwa 46,4 laki-laki dan 44,6 perempuan mengalami asimetri. 15 Hal ini disebabkan karena dimensi lengkung gigi laki-laki nilainya lebih tinggi dibandingkan perempuan. 29 Zubair dkk., juga mengatakan bahwa lengkung gigi laki-laki pada umumnya mengalami pertumbuhan lebih besar dan masa pertumbuhannya lebih lama dibandingkan lengkung gigi pada perempuan. 8 Kemudian Shresta dkk., dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa dimensi lengkung gigi laki-laki lebih besar dibandingkan lengkung gigi perempuan. 16 Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan asimetri lengkung gigi seperti kebiasaan mengunyah satu sisi, kebiasaan menghisap ibu jari, dan kehilangan kontak karena adanya pencabutan gigi. 4 Pada gigi yang hilang cendrung terjadi pergeseran migrasi gigi tetangga mengisi ruang yang kosong tersebut. Ketika kehilangan gigi terjadi unilateral, maka hal ini akan menyebabkan asimetri. 28 Selain itu, tingkat kesadaran akan perawatan ortodonti juga dapat mempengaruhi terjadinya asimetri. Penelitian Carlos dkk., tentang kebutuhan perawatan ortodonti pada populasi dewasa muda di Spanyol menyatakan bahwa perempuan lebih menyadari dirinya membutuhkan perawatan ortodonti 23,9 dibandingkan laki-laki 14,4. Perawatan ortodonti dini bertujuan untuk mencegah terjadinya asimetri yang lebih parah dikemudian hari. 12,31 Tabel 2 menunjukkan sebanyak 9 orang 69 mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis dengan sisi kanan yang lebih lebar dan sebanyak 4 orang 31 mengalami asimetri lengkung gigi secara klinis dengan sisi kiri yang lebih lebar, pada