semakin besar. Tingkat suku bunga, dummy lama menempati tempat tinggal dan dummy pendapatan lain diluar usaha berpengaruh negatif sehingga peluang
pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah analisis deskriptif melalui
crosstabulations menggunakan software SPSS 13 dan analisis statistik melalui analisis model
binary probit pada software E-views 4.1. Priarnani 2005 melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pola pengembalian kredit pembinaan peningkatan pendapatan petani nelayan kecil Studi kasus di kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pengalaman usaha, frekuensi pembinaan, tabungan sukarela dan lama menempati tempat tinggal berpengaruh
positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin besar. Pengalaman ketua, umur, frekuensi angsuran, pendapatan kotor usaha bersama,
realisasi kredit, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jenis usaha bersama, pengalaman kredit dan pendapatan lain diluar usaha bersama berpengaruh negatif
sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah analisis deskriptif melalui perhitungan
rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi persentase dalam Minitab 13.20 dan analisis pendugaan model melalui regresi log-linier berganda.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi karakteristik debitur. Perumusan hipotesis tersebut adalah :
1. Usia debitur X
1
H : Usia debitur diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Usia debitur diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 2. Jenis kelamin X
2
H : Jenis kelamin diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 3. Status X
3
H : Status diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Status diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
4. Pendidikan X
4
H : Pendidikan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Pendidikan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 5. Lama menempati tempat tinggal X
5
H : Lama menempati tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit. H
1
: Lama menempati tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
6. Kepemilikan tempat tinggal X
6
H : Kepemilikan tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit. H
1
: Kepemilikan tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
7. Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV X
7
H : Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga tidak berpengaruh
terhadap pengembalian kredit. H
1
: Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
8. Jumlah tanggungan keluarga X
8
H : Jumlah tanggungan keluarga diduga tidak berpengaruh terhadap
pengembalian kredit. H
1
: Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
9. Pinjaman lain X
9
H : Pinjaman lain diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Pinjaman lain diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 10. Pengalaman usaha X
10
H : Pengalaman usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian
kredit. H
1
: Pengalaman usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 11. Omzet usaha X
11
H : Omzet usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Omzet usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 12. Agunan X
12
H : Agunan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
H
1
: Agunan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 13. Suku bunga X
13
, H
: Suku bunga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H
1
: Suku bunga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 14. Jangka waktu kredit X
14
H : Jangka waktu kredit diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian
kredit. H
1
: Jangka waktu kredit diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB, telah menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. LKBB cocok diberikan untuk
wirausaha dengan segmen menengah ke bawah. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi tersebut karena LKBB memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan
perbankan seperti prosedur pembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya aspek ikatan emosional keanggotaan, serta pendekatan lebih personal dari
pegawai LKBB. Walaupun terkadang LKBB mengenakan suku bungaimbalan hasil pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan lembaga perbankan.
Salah satu lembaga keuangan yang dapat memenuhi permintaan kredit bagi UMKM adalah GKV karena kemudahan yang diberikan dalam proses
pemberian kredit, seperti kemudahan dalam proses kelengkapan administrasi pengajuan kredit sehingga birokrasinya tidak berbelit. Sisi lain dari lembaga
keuangan komersial relatif tidak tertarik untuk mengembangkan mekanisme kredit bagi debitur kecil karena nilai transaksinya yang kecil dan lokasi yang tersebar.
Dengan demikian, kebutuhan modal atau kredit yang diperlukan UMKM dapat dipenuhi oleh GKV Bogor.
Permasalahan yang dihadapi GKV adalah tingginya tingkat overdue debitur yang terjadi dalam setahun ini. Overdue merupakan indikasi awal
penyebab terjadinya kredit bermasalah. Permasalahan ini secara langsung berpengaruh pada menurunnya keuntungan GKV. Pada penelitian ini akan
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menyebabkan terjadinya kredit bermasalah oleh debitur GKV.
Berdasarkan penyaluran kredit yang dilakukan GKV diduga terjadinya ketidaklancaran dalam pengembalian kredit oleh debitur disebabkan oleh faktor
karakteristik debitur. Besarnya pengaruh masing-masing faktor dapat dilihat setelah diolah dengan analisis regresi logistik. Hasil analisis akan dijadikan
sebuah implikasi manajerial dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh GKV Bogor seperti yang terlihat dalam Gambar 3 berikut ini: