menimbulkan ketidaklancaran pengembalian kredit pada golongan usia tersebut karena sakit dan kondisi usaha yang hampir bangkrut.
b. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin Tabel 4. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin
NO Jenis Kelamin
Satuan Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi
Dapat Mengangsur Tidak Dapat
Mengangsur
Jumlah orang
Proporsi Jumlah
orang Proporsi
1 Perempuan
43 58.90
41 50.62
84 54.55
2 Laki-laki
30 41.10
40 49.38
70 45.45
Jumlah 73
100.00 81
100.00 154
100.00
Pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa secara umum debitur berjenis kelamin perempuan mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak
84 orang 54,55. Proporsi debitur perempuan menunggak dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar 58,90 dan proporsi debitur perempuan menunggak
dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar 50,62. Hal ini berarti bahwa kemampuan laki-laki dalam pengembalian kredit lancar lebih baik dari
perempuan.
c. Pola pengembalian kredit berdasarkan status Tabel 5. Pola pengembalian kredit berdasarkan status
NO Status Satuan
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah
Proporsi Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur
Jumlah orang
Proporsi Jumlah
orang Proporsi
1 Lajang
6 8.22
5 6.17
11 7.14
2 Menikah
57 78.08
70 86.42
127 82.47
3 Janda Duda
10 13.70
6 7.41
16 10.39
Jumlah 73
100.00 81
100.00 154
100.00
Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan status menikah mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 127 orang 82,47.
Proporsi debitur dengan status menikah yang menunggak dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar 78,08 dan proporsi debitur yang menunggak dalam
kategori tidak dapat mengangsur sebesar 86,42. Berdasarkan wawancara,
debitur dengan status menikah mengalami masalah dalam pengembalian kredit karena pengeluaran yang harus dikeluarkan dalam rumah tangga cukup banyak.
d. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 6. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan
NO Pendidikan
Tingkatan Karakteristik Pengembalian Tunggakan
Jumlah Proporsi
Dapat Mengangsur Tidak Dapat
Mengangsur
Jumlah orang
Proporsi Jumlah
orang Proporsi
1 SD
3 4.11
1 1.23
4 2.60
2 SMP
3 4.11
5 6.17
8 5.19
3 SMU
44 60.27
58 71.60
102 66.23
4 AkademiUniversitas
23 31.51
17 20.99
40 25.97
Jumlah 73
100.00 81
100.00 154
100.00
Pada Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang mengalami penunggakan tergolong dalam lulusan pendidikan jenjang SMU sebanyak 102
orang 66,23. Proporsi debitur lulusan SMU yang menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak 60,27 dan proporsi debitur lulusan
SMU yang menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak 71,60. Berdasarkan data, permasalahan dengan debitur lulusan SMU karena
pada dasarnya mayoritas populasi adalah lulusan SMU.
e. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal Tabel 7. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat
tinggal
NO Lama Menempati
Tempat Tinggal Tahun
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah
Proporsi Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur
Jumlah orang
Proporsi Jumlah
orang Proporsi
1 1 – 10
29 39.73
38 46.91
67 43.51
2 11 – 20
15 20.55
22 27.16
37 24.03
3 21 – 30
17 23.29
5 6.17
22 14.29
4 31
12 16.44
16 19.75
28 18.18
Jumlah 73
100.00 81
100.00 154
100.00
Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa debitur yang mengalami penunggakan menempati tempat tinggal dalam kurun waktu 1-10 tahun sebanyak
67 orang 43,51. Proporsi debitur yang menempati tempat tinggal dalam kurun waktu 1-10 tahun dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat
mengangsur sebanyak 39,73 dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak 46,91. Berdasarkan temuan dan wawancara,
permasalahan terjadi karena penggunaan pinjaman bukan untuk usaha.
f. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal