Prosedur Pengembalian Kredit Kolektibilitas Kredit

debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit PK. Perubahan kondisi kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya. 3. Restructuring, yaitu dengan cara : a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity, yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan sejumlah dana dari pemilik. Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 4. Kombinasi, merupakan perpaduan dari ketiga jenis metode yaitu kombinasi antara Restructuring dengan Reconditioning atau Rescheduling dengan Restructuring. Kombinasi 3-R, dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, dianggap perlu apabila bank dapat melakukannya. 5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila debitur sudah benar- benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. Eksekusi, jika semua usaha penyelamatan yang diuraikan di atas sudah dicoba namun debitur masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara antara lain: 1 Menyerahkan kewajiban kepada BUPN Badan Usaha Piutang Negara, 2 Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri perkara perdata.

2.2.11 Prosedur Pengembalian Kredit

Prosedur pengembalian kredit adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh peminjam untuk melunasi hutangnya atau mengangsur hutangnya kepada pihak yang memberikan pinjaman dalam hal ini adalah pihak lembaga pembiayaan sesuai dengan perjanjian pelunasan kredit yang telah disepakati. Penagihan adalah rangkaian aktivitas yang bertujuan menjaga kelancaran pembayaran angsuran dari konsumen yang dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga kerugian perusahaan dapat diminimalisir. Dalam menilai suatu sistem penagihan kredit berhasil, maka dikaitkan dengan tingkat pengembalian kredit dari debitur yang dapat digolongkan menjadi lancar yaitu tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, bermasalah yaitu kurang lancar atau menunggak tetapi masih dapat membayar, serta macet yaitu menunggak dan sudah tidak mampu membayar sehingga pihak bank dapat mengambil alih agunan collateral. Maksud dari pengelompokan kredit di atas adalah untuk memudahkan lembaga pembiayaan dalam melakukan pengawasan terhadap fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur sehingga setiap keadaan kredit dapat diikuti secara baik.

2.2.12 Kolektibilitas Kredit

Kolektibilitas kredit kualitas kredit merupakan kemampuan debitur untuk mengembalikan dana yang dipinjam dari bank baik pinjaman pokok maupun bunga kreditnya pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Penggolongan kolektibilitas kualitas kredit dapat diukur melalui ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Berdasarkan tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit, Bank Indonesia menggolongkan kolektibilitas kredit ke dalam lima kategori : a. Kredit lancar pass Kredit lancar adalah kredit yang pelunasan angsuran pokok dan atau bunga dilakukan tepat waktu tidak menunggak. b. Kredit dalam perhatian khusus special mention Kredit yang mengalami penunggakan angsuran baik pokok maupun bunga yang belum melampaui 90 hari. c. Kredit kurang lancar sub-standart Kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga setelah 90 hari. d. Kredit diragukan doubtful Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga melampaui 180 hari. e. Kredit macet loss Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga melampaui 270 hari. Parameter debitur yang mengalami penunggakan di GKV Bogor : 1. Kategori penunggak yang masih mampu mengangsur adalah debitur yang masih mampu mengangsur setiap bulannya walaupun melewati jatuh tempo dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari. 2. Kategori penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur adalah debitur yang jaminannya diambil alih oleh kreditur karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya dengan masa keterlambatan antara 30-60 hari.

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu