Dilihat dari nilai P sebesar 0,002 α 10 artinya, X
13
suku bunga berpengaruh nyata terhadap Y, tolak H
= tidak berpengaruh dan terima H
1
= berpengaruh. Berdasarkan nilai odds ratio 5,176 artinya debitur yang merasa
bahwa suku bunga GKV rendah memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 5,176 kalinya dibandingkan dengan debitur yang
merasa bahwa suku bunga GKV tinggi, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Tabel 18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata tidak significant terhadap
pengembalian kredit
Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Tidak Significant No
Variabel Koefisien
P-Value Odds Ratio
1 Usia X
1
-0,030 0,207
0,970 2
Jenis kelamin X
2
-0,180 0,675
0,835 3
Status X
3
0,911 Status X
3
1 -0,303
0,771 0,738
Status X
3
2 0,067
0,931 1,059
4 Tingkat pendidikan X
4
-1,182 0,697
Tingkat pendidikan X
4
1 -0,351
0,332 0,307
Tingkat pendidikan X
4
2 0,131
0,727 0,704
Tingkat pendidikan X
4
3 -0,543
0,826 1,140
Tingkat pendidikan X
4
4 0,027
0,510 0,581
5 Kepemilikan tempat tinggal X
6
0,429 Kepemilikan tempat tinggal X
6
1 -0,349
0,681 0,706
Kepemilikan tempat tinggal X
6
2 0,266
0,773 1,304
6 Jarak rumah dengan GKV X
7
0.075 0,212
1,078 7
Jumlah tanggungan keluarga X
8
0.010 0,946
1,010 8
Pengalaman usaha X
10
-0,007 0,787
0,993 9
Omset usaha X
11
0.000 0,738
1,000 10
Agunan X
12
0,201 Agunan X
12
1 2,484
0,108 11,995
Agunan X
12
2 0,422
0,844 1,525
11 Jangka Waktu Pengembalian Kredit X
14
-0,001 0,991
0,999
4.7. Metode Analisis 5C the five of credit
Analisa untuk penyaluran kredit yang sifatnya konsumsi lebih mudah dibandingkan dengan analisa penyaluran kredit yang digunakan untuk modal kerja
atau investasi seperti yang dikelola oleh GKV Bogor. Kreditur membutuhkan penilaian kredit dalam bentuk suatu analisa kredit yang dapat menentukan resiko
yang ada atau simulasi ke depannya atas pinjaman yang diberikan pada calon debitur.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat overdue keterlambatan pembayaran angsuran disebabkan karena karakteristik
debitur itu sendiri, penilaian kredit yang tidak sesuai dengan prinsip 5C dan lainnya. Hasil temuan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya sehingga hal ini menjadi suatu permasalahan GKV.
Tabel 19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C
NO Analisis 5C
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah
Proporsi Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur
Jumlah orang
Proporsi Jumlah
orang Proporsi
1 Character
21 28.77
29 35.80
50 32.47
2 Capacity
27 36.99
18 22.22
45 29.22
3 Capital
7 9.59
12 14.81
19 12.34
4 Collateral
8 10.96
9 11.11
17 11.04
5 Condition
10 13.70
13 16.05
23 14.94
Jumlah 73
100.00 81
100.00 154
100.00
Pada Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas debitur yang mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 50 orang 32,47.
Proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan capacity dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak 36,99 dan proporsi debitur
yang bermasalah berdasarkan character dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak 35,80. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan
wawancara dan kuisioner dengan divisi collection penagihan. Debitur yang memiliki character tidak baik biasanya tidak mementingkan
kelancaran pembayaran angsuran dengan adanya unsur kesengajaan sehingga menghambat pengembalian kredit. Watak debitur ini berkaitan dengan
integritasnya, dalam arti bahwa debitur yang memiliki watak yang baik masih memiliki kemauan untuk membayar kreditnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari
wawancara, pengalaman kredit dan informasi dari lingkungan sosial. Debitur yang bermasalah dalam capacity tidak memiliki kemampuan
membayar kembali angsuran sesuai dengan perjanjian kredit karena terjadinya berbagai kesalahan dalam analisa pengajuan kredit seperti kesalahan analisa
kelayakan kredit baik dari segi usaha maupun manajerial sehingga laba yang didapatkan tidak dapat memenuhi keseluruhan pengembalian kredit .
4.8. Implikasi Manajerial