Metode Analisis 5C the five of credit

Dilihat dari nilai P sebesar 0,002 α 10 artinya, X 13 suku bunga berpengaruh nyata terhadap Y, tolak H = tidak berpengaruh dan terima H 1 = berpengaruh. Berdasarkan nilai odds ratio 5,176 artinya debitur yang merasa bahwa suku bunga GKV rendah memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 5,176 kalinya dibandingkan dengan debitur yang merasa bahwa suku bunga GKV tinggi, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Tabel 18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata tidak significant terhadap pengembalian kredit Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Tidak Significant No Variabel Koefisien P-Value Odds Ratio 1 Usia X 1 -0,030 0,207 0,970 2 Jenis kelamin X 2 -0,180 0,675 0,835 3 Status X 3 0,911 Status X 3 1 -0,303 0,771 0,738 Status X 3 2 0,067 0,931 1,059 4 Tingkat pendidikan X 4 -1,182 0,697 Tingkat pendidikan X 4 1 -0,351 0,332 0,307 Tingkat pendidikan X 4 2 0,131 0,727 0,704 Tingkat pendidikan X 4 3 -0,543 0,826 1,140 Tingkat pendidikan X 4 4 0,027 0,510 0,581 5 Kepemilikan tempat tinggal X 6 0,429 Kepemilikan tempat tinggal X 6 1 -0,349 0,681 0,706 Kepemilikan tempat tinggal X 6 2 0,266 0,773 1,304 6 Jarak rumah dengan GKV X 7 0.075 0,212 1,078 7 Jumlah tanggungan keluarga X 8 0.010 0,946 1,010 8 Pengalaman usaha X 10 -0,007 0,787 0,993 9 Omset usaha X 11 0.000 0,738 1,000 10 Agunan X 12 0,201 Agunan X 12 1 2,484 0,108 11,995 Agunan X 12 2 0,422 0,844 1,525 11 Jangka Waktu Pengembalian Kredit X 14 -0,001 0,991 0,999

4.7. Metode Analisis 5C the five of credit

Analisa untuk penyaluran kredit yang sifatnya konsumsi lebih mudah dibandingkan dengan analisa penyaluran kredit yang digunakan untuk modal kerja atau investasi seperti yang dikelola oleh GKV Bogor. Kreditur membutuhkan penilaian kredit dalam bentuk suatu analisa kredit yang dapat menentukan resiko yang ada atau simulasi ke depannya atas pinjaman yang diberikan pada calon debitur. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat overdue keterlambatan pembayaran angsuran disebabkan karena karakteristik debitur itu sendiri, penilaian kredit yang tidak sesuai dengan prinsip 5C dan lainnya. Hasil temuan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sehingga hal ini menjadi suatu permasalahan GKV. Tabel 19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C NO Analisis 5C Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah Proporsi Dapat Mengangsur Tidak Dapat Mengangsur Jumlah orang Proporsi Jumlah orang Proporsi 1 Character 21 28.77 29 35.80 50 32.47 2 Capacity 27 36.99 18 22.22 45 29.22 3 Capital 7 9.59 12 14.81 19 12.34 4 Collateral 8 10.96 9 11.11 17 11.04 5 Condition 10 13.70 13 16.05 23 14.94 Jumlah 73 100.00 81 100.00 154 100.00 Pada Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas debitur yang mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 50 orang 32,47. Proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan capacity dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak 36,99 dan proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan character dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak 35,80. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan wawancara dan kuisioner dengan divisi collection penagihan. Debitur yang memiliki character tidak baik biasanya tidak mementingkan kelancaran pembayaran angsuran dengan adanya unsur kesengajaan sehingga menghambat pengembalian kredit. Watak debitur ini berkaitan dengan integritasnya, dalam arti bahwa debitur yang memiliki watak yang baik masih memiliki kemauan untuk membayar kreditnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari wawancara, pengalaman kredit dan informasi dari lingkungan sosial. Debitur yang bermasalah dalam capacity tidak memiliki kemampuan membayar kembali angsuran sesuai dengan perjanjian kredit karena terjadinya berbagai kesalahan dalam analisa pengajuan kredit seperti kesalahan analisa kelayakan kredit baik dari segi usaha maupun manajerial sehingga laba yang didapatkan tidak dapat memenuhi keseluruhan pengembalian kredit .

4.8. Implikasi Manajerial