5. Condition Penilaian kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan
datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai sebaiknya
memliliki prospek baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah semakin kecil. Kondisi dapat dilihat dari segi legalisasi keberadaan usaha.
Kondisi perekonomian menyangkut tingkat pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi, angka inflasi, jumlah penganguran, purchasing power parity
daya beli, penerapan kebijakan moneter, iklim dunia usaha yaitu regulasi pemerintah dan situasi ekonomi internasional yang tengah berkembang.
2.2.7 Pengawasan Kredit
Pada saat kredit sudah diberikan kepada debitur maka sudah menjadi kewajiban lembaga pembiayaan untuk mengawasi kelancaran terselesaikannya
kredit tersebut hingga lunas. Menurut Fahmi dan Lavianti , 2009, ada dua bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan
yaitu: 1. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur. Tujuannya
adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari. Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga
tahap survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan calon debitur.
2. Pengawasan dengan model represif control Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah
diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap
pinjamannnya secara tepat waktu.
2.2.8 Prosedur Penyaluran Perkreditan
Prosedur pemberian dan penilaian kredit dalam lembaga keuangan secara umum tidak jauh berbeda. Hal yang mendasari perbedaan tersebut terletak dari
prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-
masing lembaga pembiayaan. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan
hukum perusahaan. Secara lebih jelas prosedur pengembalian kredit dapat dilihat dari gambar berikut ini :
2.2.9 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah
GKV menghadapi pembiayaan bermasalah yang mengakibatkan keterlambatan dalam pengembaliannya, sama halnya dengan lembaga
keuangan umumnya. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah yaitu :
1. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha bussines cycle hal ini diluar kontrol seperti sakit, lama menempati tempat tinggal, alam, dan
kematian. 2. Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara melakukan kegiatan usaha yang sehat.
Penilaian analisis 5C rekomendasi kredit
Entry data
Penyimpanan arsip Kelengkapan berkas
Realisasi kredit Tandatangan kontrak
Persetujuan pencairan kredit
Pembuatan perjanjian kredit
Pemberian keputusan Approval
Permohonan kredit
Gambar 2. Prosedur pemberian kredit
3. Fraud penyalahgunaan maksudnya adalah ketidakjujuran debitur dalam memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan usahanya, posisi
keuangan, hutang piutang, persediaan dll. Penyebab-penyebab kredit bermasalah mengakibatkan GKV berhati-hati
dalam menyalurkan kreditnya, terutama pada usaha skala kecil. Penyebab pembiayaan bermasalah menurut Tjoekam dalam Setianingsih 2008 adalah :
1. Manajemen tidak kompeten, keterbatasan pengetahuan atas usaha, waktu yang diberikan tidak cukup, penyertaan pada usaha lain dan ketamakan.
2. Industri, mudah dimasuki oleh pengusaha lain, muncul pesaing baru, teknologi tertinggal, market share menurun.
3. Produk, permintaan menurun, mutu tidak stabil, pelanggan utama pindah, tidak dapat bersaing baik kualitas maupun kuantitas.
4. Ekonomi, kehidupan perekonomian yang lesu, pasar lokal dan internasional menurun, kebijakan uang yang sangat ketat.
Menurut Bank Indonesia kredit macet merupakan suatu kejadian apabila sudah diusahakan oleh bank dengan membayarkan perpanjangan atau
kelonggaran, utang debitur tetap tidak terbayarkan. Hal senada dapat diartikan juga apabila debitur tidak membayarkan hutangnya seperti ketentuan yang
tercantum pada perjanjian sebelumnya Fahmi dan Lavianti, 2010. Sutojo dalam Priarnani, 2000 mengelompokan kredit bermasalah
menjadi 3 golongan yaitu : 1. Faktor internal bank meliputi penyelenggaraan analisis kredit yang tidak
tepat, pimpinan yang terlalu agresif dalam menyalurkan kredit, lemahnya sistem pemantauan kredit dan kredibilitas debitur, campur tangan
pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit, pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang
tajam dan tambahan jaminan kredit. 2. Ketidaklayakan debitur dapat dilihat dari ketidaklancaran pembayaran dan
pelunasan kredit yang dipengaruhi oleh penghasilan tetap. Apabila terjadi gangguan terhadap penghasilan tetap tersebut maka terganggu pula pola
pembayaran kreditnya.
3. Faktor eksternal meliputi penurunan kondisi ekonomi moneter negara atau sektor usaha, lama menempati tempat tinggal alam, peraturan pemerintah
yang memberikan kemudahan sektor asing untuk masuk sehingga dapat mematikan sektor dalam negeri yang belum mampu bersaing serta
melemahnya kurs mata uang asing terhadap rupiah. 4. Angka kredit bermasalah yang cukup tinggi tidak hanya merugikan para
pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para pemilik dana yang sebagian besar adalah anggota masyarakat, daari berbagai
lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan merusak sendi perekonomian suatu negara.
Menurut Kasmir 2008, kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Pihak perbankan kreditur Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti dalam mengecek
kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Selain itu dapat terjadi juga
akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga analisa datanya tidak objektif.
2. Pihak debitur Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur diakibatkan 2 hal yaitu :
a. Adanya unsur kesengajaan. Artinya debitur sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan
dengan sendirinya macet. b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya debitur memiliki kamauan
untuk membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah force major.
2.2.10 Penanganan Kredit Bermasalah