Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur Sejarah Lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Timur Di Betawi sekarang

BAB II PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

A. Sejarah dan Susunan Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur

1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur

Pengadilan Agama Jakarta Timur, dibentuk dan berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 4 1967 tertanggal 17 januari 1967. Pendirian Pengadilan Agama Di Wilayah Hukum Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta. Pada saat munculnya sebutan Pengadilan Agama Jakarta Timur di wilayah hukum DKI Jakarta, bermula dari sebuah proses. Ketika lembaga Pengadilan Agama di wilayah hukum DKI Jakarta diberi nama dengan sebutan “ Pengadilan Agama Jakarta Timur lalu pada saat yang bersamaan lahir pula Pengadilan Agama lain yang berkedudukan di 4 empat wilayah hukum DKI Jakarta dalam lingkungan Pengadilan Agama Jakarta Timur, yaitu: a. Pengadilan Agama Jakarta Selatan b. Pengadilan Agama Jakarta Barat c. Pengadilan Agama Jakarta Utara, dan d. Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Untuk sebutan “Pengadilan Agama Jakarta Timur” adalah cerminan di dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 4 tahun 1967 tanggal 17 Januari 1967 tentang Perubahan Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama dalam Daerah Khusus Ibukota Jaarta Raya. Secara nyata pula dalam keputusan tersebut ditegaskan bahwa 21 Pengadilan Agama yang terletak di jantung Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki keistimewaan yaitu doubleperan ganda dan atau dua sisi yaitu di satu sisi sebagai “Kantor Induk” dari 4 empat Pengadilan Agama yang berada di 4 empat wilayah yuridiksi yang mengelilinginya, sedangkan pada sisi lain dalam operasionalnya adalah juga Pengadilan Agama yang berkedudukan di wilayah kekuasaan “ Kota Jakarta Pusat”.

2. Sejarah Lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Timur Di Betawi sekarang

Jakarta Sebagai kelanjutan dari sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap peradilan agama, pada tahun 1828 dengan ketetapan Komisaris Jenderal tanggal 12 Maret 1828 nomor 17 khusus untuk Jakarta Betawi di tiap-tiap distrik dibentuk satu majelis distrik yang terdiri dari : a. Komandan Distrik sebagai Ketua b. Para penghulu masjid dan Kepala Wilayah sebagai anggota Majelis Ada perbedaan semangat dan arti terhadap Pasal 13 Staatsblad 1820 Nomor 22, maka melalui resolusi tanggal 1 Desember 1835 pemerintah di masa itu mengeluarkan penjelasan Pasal 13 Staatsblad Nomor 22 tahun 1820 sebagai berikut: “Apabila terjadi sengketa antara orang-orang Jawa satu sama lain mengenai soal-soal perkawinan, pembagian harta dan sengketa-sengketa sejenis yang harus diputus menurut hukum Islam, maka para “pendeta” memberi keputusan, tetapi gugatan untuk mendapat pembiayaan yang timbul dari keputusan para “pendeta” itu harus diajukan kepada pengadilan- pengadilan biasa”. Penjelasan ini dilatar belakangi pula oleh adanya kehendak dari pemerintahan Hindia Belanda untuk memberlakukan politik konkordansi dalam bidang hukum, karena beranggapan bahwa hukum Eropa jauh lebih baik dari hukum yang telah ada di Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1838 di Belanda diberlakukan Burgelij Wetboek BW. Akan tetapi dalam rangka pelaksanaan politik konkordansi itu, Mr. Scholten vanOud Haarlem yang menjadi Ketua Komisi penyesuaian undang-undang Belanda dengan keadaan istimewa di Hindia Belanda membuat sebuah nota kepada pemerintahnya, dalam nota itu dikatakan bahwa : “Untuk mencegah timbulnya keadaan yang tidak menyenangkan mungkin juga perlawanan jika diadakan pelanggaran terhadap agama orang Bumi Putera, maa harus diikhtiarkan sedapat-dapatnya agar mereka itu dapat tinggal tetap dalam lingkungan hukum agama serta adat istiadat mereka”. Di daerah khusus Ibukota Jakarta, berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1967 lahir Peradilan Agama Jakarta dan diadakan perubahan kantor- kantor cabang Pengadilan Agama dari 2 kantor cabang menjadi 4 kantor cabang, antara lain : a. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur b. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan c. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat d. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

3. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur Dalam