Diagnosa HIV Cara Penularan

e. Candidias oral yang sering kambuh merupakan tanda yang muncul pertama pada infeksi HIV f. Hepatosplenomegali pembesaran kelenjar getah bening dan hati g. Gangguan neurologis seperti keterlambatan perkembangan mental, infeksi otak dan oportunistik bersamaan dengan penurunan imunitas AIDS merupakan gejalagambaran klinis infeksi HIV yang berat. Karena kebanyakan AIDS pada anak mendapat infeksi secara congenital dari ibu, maka kebanyakan penyakit AIDS pada anak terlihat pada anak-anak kecil masa bayi. Lima puluh persen didiagnosa pada umur kurang dari 1 tahun dan 82 pada umur kurang dari 3 tahun. Gejala klinis yang ditemukan pada anak agak berbeda dengan apa yang terdapat pada orang dewasa. Infeksi dengan bakteri atau virus lebih sering ditemukan dan jenis mikroorganismenya sesuai dengan pemaparannya. Sarkoma Kaposi hampir tidak ditemukan pada anak. Kebanyakan anak dengan AIDS menunjukkan gambarangejala spesifik yang juga ditemukan pada penyakit lain seperti gagal tumbuh kembang, berat badan menurun, panas, anemia, limfadenopati, hepatosplenomegali, pembesaran kelenjar parotis, kandidiasis mulut dan diare Tjokronegoro, 1992.

2.5.5. Diagnosa HIV

Diagnosis ditunjukkan pada dua hal yaitu pada keadaan terinfeksi HIV dan dalam keadaan AIDS. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan langkah – langkah penting dalam menghadapi kedua keadaaan itu, baik dari sudut epidemiologi, pengobatan – perawatan – konseling maupun prognosis. Universitas Sumatera Utara a. Diagnosis dini infeksi HIV Ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari gejala- gejala klinis atau dari adanya perilaku resiko tinggi individu tertentu. untuk dignosis HIV ada beberapa tes yaitu ELISA dengan sensitifitasnya 98,1 – 100, Wester Blot dengan sensitifitas 99 - 100, dan PCR Polymerase Chain Reaction antara lain digunakan untuk tes pada bayi, menetapkan status individu yang seronegatif ,pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi, tes konfirmasi untuk HIV-2. Dari beberapa tes tersebut yang paling lazim digunakan adalah tes ELISA. b. Diagnosis AIDS AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV, Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan HIV selanjutnya menunjukan infeksi – infeksi dan kanker opurtunistik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC juga termasuk : enselopati sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dengan hitungan CD4 200ml CD4 menetapkan dimana infeksi HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS Djoerban, 2001.

2.5.6 Cara Penularan

Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui: 1. Transmisi seksual, penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama Universitas Sumatera Utara laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual penetrasi vaginal, anal anusdubur, oral mulut antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut ke penis zakar atau mulut ke vagina, merupakan risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang melal ui ”pintu masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan atau penyakit gigi dan mulut yang diderita. 2. Transmisi non seksual, ada dua yaitu transmisi parental yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya alat tindik yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan. Sedangkan transmisi transplasental yaitu penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai risiko sebesar 50. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui. Penularan melalui Air Susu Ibu ASI termasuk penularan dengan risiko rendah. Selain itu juga penularan HIVAIDS dapat melalui transfuse darah atau produk darah yang sudah tercemar. Pada penularan HIV dari ibu ke bayi, lebih dari 90 merupakan akibat penularan HIV dari ibu ke bayi selama kehamilan saat bayi dalam uterus, saat dilahirkan atau setelah dilahirkan selama menyusui ASI yang sering dikenal dengan istilah “penularan perinatal”. Jika tidak dilakukan intervensi, sekitar sepertiga ibu Universitas Sumatera Utara dengan HIV positif 25 – 45 akan mengantarkan virus ke janinnya melalui ketiga jalan ini, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini berdasarkan penelitian De Cock, dan kawan-kawan pada tahun 2000 Maryunani, 2009 Tabel 2.1 Waktu dan Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi Waktu Risiko Selama Kehamilan 5 – 10 Selama KelahiranPersalinan 10 – 20 Selama Menyusui ASI 10 – 15 Keseluruhan Risiko Penularan 25 – 45 Sumber: Depkes, 2005

2.5.7. Faktor Risiko Penularan HIV Dari Ibu ke Bayi