Saran Teori Stimulus – Organisme – Respons

6.1.3 Sikap ibu rumah tangga terhadap pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin

di Desa Tanjung Morawa Pekan Kecamatan Tanjung Morawa sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu 49 responden atau 53,8 persen, kategori kurang sebanyak 22 responden atau 24,2 persen dan kategori baik sebanyak 20 responden atau 22,0 persen.

6.1.4 Tindakan ibu rumah tangga terhadap pencegahan penularan HIV dari ibu ke

janin di Desa Tanjung Morawa Pekan Kecamatan Tanjung Morawa sebagian besar berada pada pada kategori kurang yaitu 67 responden atau 73,6 persen, kategori cukup sebanyak 16 responden atau 17,6 persen dan kategori baik sebanyak 8 responden atau 8,8 persen.

6.2. Saran

a. Sebaiknya setiap sarana pelayanan kesehatan yang ada lebih maksimal dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin karena masih banyak masyarakat yang menilai permasalahan ini merupakan hal yang tabu dan menakutkan walaupun sekedar untuk diperbincangkan. b. Sebaiknya dilakukan metode yang lebih efektif untuk menyampaikan informasi kesehatan masyarakat termasuk informasi mengenai pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin selain menggunakan metode penyuluhan dalam bentuk ceramah apalagi jika diadakan pada jam kerja karena dirasa tidak sesuai dengan keadaan masyarakat yang sibuk bekerja. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode penyuluhan melalui media cetak seperti brosur dan melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Universitas Sumatera Utara c. Sebaiknya informasi mengenai HIVAIDS juga diberikan kepada pihak suami agar suami dan istri dapat sama-sama mengerti sehingga dapat saling mendukung dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin. Hal ini juga sejalan dengan saran responden yang merasa bahwa pihak laki – laki juga memiliki peran yang sangat besar dalam mencegah penularan HIV. Salah satu caranya adalah dengan mengintervensi kelompok perwiritan bapak – bapak. d. Kepada LSM yang bergerak dalam bidang ini agar merangkul bidang KIA di Puskesmas untuk bersama-sama menggerakkan program Posyandu dalam mencegah penularan HIV dari ibu ke janin. e. Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti hubungan antara variabel - variabel yang terdapat pada penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan responreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap maupun aktif melakukan tindakan Sarwono, 2007. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Sunaryo, 2004. Skinner 1938 dalam Soekidjo 2003, merumuskan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara Perilaku manusia sebenarnya merupakan pencerminan dari berbagai faktor kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, sikap, motivasi dan sebagainya. Akan tetapi, pada kenyataannya sulit untuk membedakan faktor kejiwaan yang mana menentuan perilaku seseorang. Bila ditelusuri lebih lanjut, faktor kejiwaan tersebut ternyata ditentukan pula oleh berbagai faktor lain, diantaranya ialah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya masyarakat dan sebagainya.

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seseorang

Sunaryo 2004 menyebutkan beberapa faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku dalam diri individu, yaitu : 1. Faktor genetik atau faktor endogen Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetk berasal dari dalam diri individu endogen, antara lain : - Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya. - Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. - Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang memiliki fisik pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus. - Sifat kepribadian, perilaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara - Bakat pembawaan, merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan pengembangan. - Inteligensi, merupakan kemampuan untuk berpikir abstrak sehingga sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku individu. 2. Faktor eksogen atau faktor dari luar indvidu - Faktor lingkungan, menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. - Pendidikan, mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Tujuannya agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. - Agama, sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. - Sosial ekonomi, salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial ; sosial budaya dan ekonomi. - Kebudayaan, ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor-faktor lain - Susunan saraf pusat memegang peranan penting karena merupakan sarana untuk memindahkan energi ysng berasal dari stimulus melalui neuron ke simpul saraf tepi yang seterusnya akan berubah menjadi perilaku. - Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui pancaindra, yang didahului oleh perhatian attention sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya. - Emosi, perilaku individu dapat dipengaruhi emosi. Perilaku individu yang sedang marah, kelihatan mukanya merah.

2.1.3. Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmodjo 1997, perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain. Gambar 2.1. Domain perilaku menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmodjo 1997. 1. Cognitive Domain Ranah Kognitif 3. Affective Domain Ranah Afektif 2. Psychomotor Domain Ranah Psikomotor Perilaku Universitas Sumatera Utara Pengukuran domain perilaku : a. Conitive domain, diukur dari knowledge pengetahuan b. Affective domain, diukur dari attitude sikap c. Psychomotor domain, diukur dari psychomotorpractice keterampilan

2.1.3.1. Pengetahuan

Notoatmodjo 2005, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Waktu penginderaan sampai pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami Comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapar mengintepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain. Universitas Sumatera Utara d. Analisis Analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

2.1.3.2. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya. Sikap memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu: a. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek. b. Menanggapi responding Menanggapi diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Universitas Sumatera Utara c. Menghargai valuing Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga kecenderungan untuk bertindak. d. Bertanggung jawab responsible Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya 2.1.3.3.Tindakan Tindakan adalah kecenderungan untuk bertindak praktik. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu sarana dalam prasarana. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu: a. Persepsi Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. b. Respon terpimpin Individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh. c. Praktik secara mekanisme mechanism Apabila subyek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu dengan benar secara otomatis. d. Adaptasi adoption Universitas Sumatera Utara Adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan yang berkualitas.

2.2. Teori Stimulus – Organisme – Respons

Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan stimulus, baik dari dalam diri individu faktor internal maupun dari luar diri individu faktor eksternal. Skinner 1938 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Perilaku manusia terjadi melalui proses; Stimulus – Organisme – Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”. Berdasarkan teori „S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a Perilaku Tertutup Convert behaviour Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus bersangkutan. b Perilaku Terbuka Overt behaviour Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau disebut juga observable behavior. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Teori S-O-R 2.3. Teori Lawrence Green Lawrence Green 1980, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempunyai potensi dalam memengaruhi perilaku kesehatan seseorang. 1. Faktor predisposisi Predisposing factors Faktor predisposisi adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi seseorang yang merupakan faktor yang memudahkan atau menghambat motivasi pribadi untuk berubah. Berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi, usia, pekerjaan, jenis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor predisposisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, predisposisi juga berarti kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan pengalaman dan norma yg dimilikinya. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun asosiasi positif antara kedua variabel telah dapat dibuktikan melalui studi STIMULUS ORGANISME RESPON TERTUTUP Pengetahuan Sikap RESPON TERBUKA Tindakan Praktik Universitas Sumatera Utara kemasyarakatan yang telah dilakukan. Pengetahuan tentang kesehatan mungkin diperlukan sebelum tindakan kesehatan pribadi akan terjadi, tapi tindakan kesehatan yang diinginkan mungkin tidak akan terjadi kecuali seseorang menerima isyarat cukup kuat untuk memotivasi dia untuk bertindak atas pengetahuan yang dia punya. Mucchielli dalam Lawrence menggambarkan sikap sebagai kecenderungan pikiran atau perasaan relatif konstan terhadap kategori tertentu benda, orang atau situasi. Kirscht menunjukkan bahwa sikap merupakan kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif, yaitu, sikap selalu dapat dinilai dari segi baik dan buruk atau possitive dan negatif. 2. Faktor pemungkin Enabling factors Faktor pemungkin merupakan faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana atau fasilitas, memadai atau tidaknya tenaga atau SDM, dan tingkat pendapatan. 3. Faktor penguat Reinforcing factors Faktor penguat merupakan faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok acuan, panutan atau referensi dan dukungan dari perilaku individu, keluarga dan masyarakat.

2.4. Konsep Dukungan Sosial