5.13 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Hasil CT-Scan
Proporsi penatalaksanaan medis penderita stroke pada usia ≤ 40 tahun
berdasarkan hasil CT-Scan yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Stroke Hemoragik Pada Usia ≤ 40 Tahun
Berdasakan Hasil CT-Scan yang Dirawat Inap Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.16 dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita stroke hemoragik yang mengalami PIS+PSA, dilakukan tindakan konservatif
864,3 dan tindakan operatif 15,7. Dari seluruh penderita stroke hemoragik yang mengalami PSD, dilakukan tindakan konservatif 71,4 dan tindakan
operatif sebesar 28,6. Jika hematoma tunggal dan letaknya dipermukaan korteks, tindakan
operatif dapat dilakukan. Pada semua kasus intrakranial hematoma apabila hematomanya kecil, pengobatan konservatif dapat dipertimbangkan tanpa
memerlukan tindakan operatif Sjabrir, 1994.
84,3
71,4
15,7
28,6
10 20
30 40
50 60
70 80
90
PIS+PSA PSD
Tindakan Konservatif Tindakan Operatif
Universitas Sumatera Utara
Analisis dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 33,3 expected count nya kurang dari 5. Karena tidak
memenuhi syarat uji chi-square, maka dilakukan uji alternatif, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil analisa statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov
diperoleh nilai p0,05, artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna proporsi hasil CT-Scan berdasarkan tindakan medis.
5.14 Hasil CT-Scan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi hasil CT- Scan penderita penderita stroke pada usia ≤ 40 tahun
berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Hasil CT-Scan Penderita Stroke Hemoragik Pada Usia ≤ 40 Tahun Berdasakan Keadaan Sewaktu
Pulang yang Dirawat Inap Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar 5.18 dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita stroke hemoragik yang PBJ+PAPS yang tertinggi mengalami perdarahan
intraserebral PIS sebesar 72,3 dan yang terendah mengalami perdarahan subdurual PSD sebesar 12,8. Dari seluruh penderita stroke hemoragik yang
72,3 80
14,9 16,7
12,8 3,3
10 20
30 40
50 60
70 80
90
PBJ+PAPS meninggal
PIS
PSA PSD
Universitas Sumatera Utara
meninggal yang tertinggi mengalami perdarahan intraserebral sebesar 80,0 dan yang terendah mengalami perdarahan subdural sebesar 3,3.
Kematian otak brain death dapat segera terjadi karena distorsi atau kompresi yang disebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menekan batang
otak Freytag, 1968. Perdarahan di thalamus dapat segera langsung meluas ke bagian atas batang otak dan dapat mengakibatkan kematian jaringan otak seperti
halnya tekanan intrakranial. Perdarahan ke otak dapat terjadi dan merupakan 30 penyebab kematian dengan peningkatan tekanan intrakranial Jellinger, 1980.
Penderita yang pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri antara lain pasien yang sudah diperbolehkan pulang, karena kondisi yang sudah mulai
membaik. Dan pasien yang pulang atas permintaan sendiri karena meminta dipindahkan ke rumah sakit lain.
Perdarahan Intraserebral merupakan penyebab kematian dan kesakitan terbanyak dibandingkan dengan infark serebral dan perdarahan subarakhnoid
PSA, proporsi kesakitan mencapai 10-15 dari semua jenis stroke Hemphill, 1999.
Analisis dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel 50 expected count nya kurang dari 5. Karena tidak
memenuhi syarat chi-square, maka dilakukan penggabungan sel antara PBJ+PAPS, kemudian dilakukan uji alternatif uji Kolmogorov-smirnov. Dari hasil
analisa statistik dengan penggabungan sel diperoleh nilai p0,05, artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna proporsi hasil CT-Scan berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
Universitas Sumatera Utara
5.14 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang