Toksikokinetik Merkuri TINJAUAN PUSTAKA

1. Absorbsi Merkuri dapat diabsorbsi melalui saluran pencernaan, pernafasan, dan kontak kulit. Uap senyawa metil merkuri seperti uap metil merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan hingga 80. Penyerapan metil merkuri dapat juga melalui kulit. Setelah diabsorbsi, merkuri di jaringan mengalami oksidasi membentuk merkuri divalen Hg 2+ yang dibantu oleh enzim katalase untuk mempercepat reaksinya. Merkuri juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Inhalasi terhadap uap merkuri akan diabsorbsi melalui sel darah merah lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen Hg 2+ . Akibatnya sebagian merkuri akan menuju otak yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan Rianto, 2010. Absorbsi merkuri anorganik melalui gastrointestinal kurang dari 15 pada mencit dan 7 pada manusia sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 - 95. Konsentrasi merkuri terbesar ditemukan dalam pajanan merkuri anorganik dan uap merkuri sedangkan merkuri organik mempunyai afinitas yang besar terhadap otak Sari, 2002. 2. Metabolisme Unsur merkuri yang diabsorbsi akan dioksidasi dengan cepat menjadi ion Hg 2+ yang memiliki afinitas terhadap gugus-gugus sulfhidril -SH serta berikatan dengan substrat-substrat yang banyak mengandung gugus tersebut. Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan ginjal. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plasenta. Metil merkuri mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90 merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Senyawa fenil merkuri diubah dengan cepat menjadi merkuri anorganik, sedangkan metil merkuri dimetabolisme secara lambat Rianto, 2010. Metil merkuri yang ada dalam saluran pencernaan akan dikonservasi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus. 3. Ekskresi Sifat ekskresi merkuri oleh tubuh adalah sangat lambat. Dalam percobaan selama 21 hari, anak ayam yang dipelihara hanya mengekskresikan kurang lebih 0,66 dari total merkuri di dalam tubuhnya. Jika dibandingkan antara merkuri organik dan anorganik, maka merkuri anorganik relarif lebih mudah diekskresikan. Ekskresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri, besar dosis merkuri serta waktu paparan. Ekskresi metil merkuri sebesar 90 terjadi melalui feses, baik paparan akut maupun kronis.

D. Pemajanan Merkuri Melalui Air, Udara, dan Ikan

Secara alamiah, bijih merkuri ditemukan pada batu bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak. Merkuri juga diperoleh dari bijih sinabar melalui pemanasan dengan suhu 800 C. Sulfur yang direaksikan dengan oksigen akan melepaskan merkuri dalam bentuk uap yang mudah terkonsentrasi dan menjadi pencemar udara. kemudian merkuri akan mengendap ke lingkungan air, tanah, udara, dan makanan. Manusia menggunakan merkuri dalam berbagai aktivitas industri. Ketika tidak dikendalikan dengan tepat, akan mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Melalui siklusnya, merkuri akan berada di air sehingga dapat mencemari badan air dan biota air antara lain ikan dan kerang-kerangan yang selama ini gemar dikonsumsi oleh masyarakat. Merkuri yang mencemari badan air dapat mempengaruhi kualitas air. Terlebih badan air yang digunakan sebagai bahan baku keperluan sehari-hari misalanya mandi, menggosok gigi, dan memasak. Air sungai yang tercemar merkuri dapat mengkontaminasi ikan secara langsung atau tidak langsung yaitu ikan kecil memakan plankton yang mengandung merkuri dan kemudian ikan kecil tersebut dimakan oleh ikan yang lebih besar. Kerang juga dapat mengakumulasi merkuri di dalam cangkangnya. Selanjutnya ikan dan kerang tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga merkuri akan terakumulasi dalam tubuhnya Cakrawati, 2002. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semua ikan yang tidak terkontaminasi langsung oleh merkuri selama pertumbuhannya masih mengandung merkuri dalam tubuhnya pada konsentrasi yang rendah yaitu 0,0005 - 0,0075 Kusnoputranto, 1996.

E. Biomarker Pajanan Merkuri

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan jumlah yang diabsorbsi atau dosis internal, efek-efek bahan kimia, dan dapat digunakan juga untuk mengetahui apakah berasal dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja. Biomarker dapat digunakan untuk melihat hubungan kausalitas dan dosis respon dalam penilaian risiko, diagnosis klinis, dan monitoring Inswiasari, 2008.