Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

Tabel 5.14 Hubungan Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar Peti Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor Status Gizi Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata 95 CI P-value Normal 0,574 0,448 0,389 – 0,759 0,69 Kurus 0,562 0,489 0,332 – 0,791 Gemuk 0,968 - - Berdasarkan tabel 5.14 diperoleh hasil uji Anova dengan Pvalue sebesar 0,69. Artinya pada alpha 5 tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan Kadar Merkuri dalam Rambut. 4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Tabel 5.15 Hubungan Konsumsi Ikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor Variabel P-value r Konsumsi Ikan dengan Kadar merkuri 0,965 0,007 Berdasarkan Tabel 5.15 diperoleh P-value 0,965. Artinya, Pada alpha 5 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,007. Berdasarkan tabel interval kekuatan Colton diperoleh hasil bahwa nilai korelasi berada dalam range 0,00 – 0,25. Artinya hubungan antara variabel umur dan kadar merkuri mempunyai hubungan sangat lemah. 5. Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Variabel jarak rumah dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 0 jika jarak rumah terhadap tempat pengolahan emas 261 mter, 1 jika jarak rumah terhadap tempat pengo lahan emas ≤ 261 meter. Tabel 5.16 Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor Jarak Rumah Jumlah Persentase Standar Deviasi P-value 261 12 26 0,022 0,000 ≤261 34 74 0,476 Rata – rata kadar merkuri pada responden yang bertempat tinggal 261 meter sebesar 0,505 ppm, sedangkan rata – rata kadar merkuri pada responden yang bertempat tinggal ≤ 261 meter sebesar 0,602 ppm. Berdasarkan tabel 5.16 diperoleh P-value 0,000. Artinya, pada alpha 5 terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jarak rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut.

6. Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Merkuri dalam Rambut

Tabel 5.17 Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar Peti Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor Variabel P-value r Lama tinggal dengan kadar merkuri 0,000 0,675 Berdasarkan tabel 5.17 didapatkan Pvalue yaitu 0,000. Artinya, pada alfa 5 variabel lama tinggal berhubungan dengan kadar merkuri. Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,675. Berdasarkan tabel interval Colton diperoleh hasil bahwa nilai r berada pada interval 0,5 – 0,75. Artinya, korelasi antara variabel lama tinggal dan kadar merkuri mempunyai hubungan kuat. Koefisien korelasi menunjukkan nilai yang positif sehingga hubungan kedua variabel tersebut searah. Artinya semakin lama responden tingal di Desa Malasari, maka semakin tinggi pula kadar merkuri dalam rambut. 78

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang mempunyai kelemahan dalam menentukan hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan kadar merkuri dalam rambut outcome. Hal ini dikarenakan variabel bebas dan terikat dilakukan pengukuran dalam satu waktu yang bersamaan. Sehingga sulit untuk mengetahui yang terlebih dulu terjadi antara faktor risiko dan outcome. Akan tetapi, desain cross sectional telah dapat menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian. 2. Pada variabel konsumsi ikan terdapat kemungkinan bias informasi karena pada saat menjawab pertanyaan tergantung kepada ingatan dan kejujuran responden saja. Selain itu, konsumsi ikan hanya dilihat frekuensinya tidak disertai dengan menghitung berat ikan yang dikonsumsi. 3. Biaya analisa sampel yang cukup mahal sehingga analisa hanya dilakukan satu kali. 4. Pada variabel jarak rumah, peneliti tidak mengukur kecepatan angin pada saat penelitian dilaksanakan.

B. Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari,

Kec. Nanggung, Kab. Bogor Merkuri merupakan salah satu logam berat yang memiliki tingkat toksisitas paling tinggi dibanding dengan logam berat lainnya Sudarmaji dkk, 2006. Selain itu, merkuri mempunyai sifat tidak mudah terurai non degradable sehingga dapat tersebar jauh dari sumber pencemaran namun mudah terabsorbsi. Merkuri yang terabsorbsi oleh manusia baik melalui inhalasi, kontak kulit, maupun asupan makanan akan terakumulasi dalam organ tertentu yang dapat menimbulkan keracunan merkuri. Keracunan merkuri didefinisikan dengan kadar merkuri yang terkandung dalam rambut sebagai biomarker Tabrizian, 2010. Merkuri mempunyai sifat toksik yang tinggi tetapi tidak bisa menimbulkan penyakit dalam waktu singkat melainkan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menimbulkan penyakit kecuali terpapar dalam konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, membutuhkan biomarker berupa rambut untuk mengetahui adanya potensi keracunan merkuri sebagai upaya pencegahan preventive action. PETI adalah pengguna tunggal merkuri secara sengaja yang terbesar dan menyebabkan pencemaran merkuri pada tingkat ekstrem. PETI diketahui sebagai sumber signifikan pajanan merkuri terhadap manusia di tempat kegiatan tersebut berlangsung dan berkontribusi terhadap tingkat pencemaran metil merkuri tinggi pada ikan di badan air sekitar dan hilir dari lokasi PETI Castilhos et al, 2006 dalam Chamid, 2010. Emisi merkuri dari kegiatan PETI merupakan sumber pencemaran merkuri ke atmosfer yang terbesar kedua di dunia UNEP, 2008. Analisa sampel rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor menghasilkan rata-rata kadar merkuri dalam rambut sebesar 0,577 ppm Tabel 5.2. Berdasarkan WHO 2002 ambang batas kadar merkuri pada rambut sebesar 1-2 µgg. Untuk menimbulkan gejala keracunan merkuri yang teringan seperti paraesthesia adalah 88 µgg Tritugaswati, dkk, 1986. Sedangkan Menurut Swedish Expert group bahwa kadar merkuri 30 µgg pada rambut dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan FNIHB, 1970. Rata – rata kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari masih relatif rendah dan tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan WHO. Namun demikian, kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari perlu diwaspadai karena salah satu sifat dari logam merkuri adalah akumulatif. Logam merkuri akan terakumulasi di dalam tubuh yaitu terjadi inhibisi enzim dan kerusakan sel sehingga lambat laun akan mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu keracunan merkuri yang menyebabkan cacat dan kematian. Ketika kadar merkuri dalam tubuh rendah, akan berubah menjadi tinggi jika paparan terhadap merkuri masih terus terjadi. Selain itu, merkuri merupakan logam yang tidak dibutuhkan keberadaannya di dalam tubuh sama sekali walaupun dalam kadar yang sangat kecil. Hal ini berbeda dengan mineral-mineral lainnya seperti Fe, Mg, Ca, dan sebagainya. Mineral-mineral tersebut dibutuhkan tubuh dalam kadar tertentu dan akan menimbulkan gangguan jika kadarnya melebihi kadar yang dibutuhkan. Efek dari paparan merkuri yang terjadi terus menerus adalah gangguan syaraf meskipun organ lain juga terlibat seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, hati, imunitas, kulit, dan ginjal. Keracunan merkuri menimbulkan gangguan CNS seperti ataxia, pandangan menyempit, pendengaran menurun, dan neurophaty Risher dkk, 2002 dalam Inswiasri, 2011. Ditambah lagi, penyerapan merkuri ke dalam tubuh berlangsung sangat cepat. Metil merkuri dapat diserap secara langsung melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80 . Uap merkuri dapat menembus membran paru-paru. Apabila terserap ke tubuh, merkuri akan terikat dengan protein sulfurhidril seperti sistein dan glutamine yang terkandung dalam rambut. Di dalam darah, 90 dari metil merkuri diserap ke dalam eritrosit dan metil merkuri juga dijumpai dalam rambut. Menurut Irving, et al 1975 dalam Mahaffey 2005 jumlah merkuri yang dimasukkan ke dalam akar rambut adalah berbanding dengan kepekatan merkuri di dalam darah. Semua komponen merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal Roger et al, 1984. Kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI tidak terlalu tinggi dapat disebabkan kegiatan pengolahan emas tidak dilakukan setiap hari. Masyararakat yang mempunyai pekerjaan sebagai gurandil atau pengolah emas akan melakukan pengolahan emas jika barang mentah bijih emas tersedia. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengolah disebutkan bahwa intensi