EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI POSTER

pangan dan obat-obatan di Indonesia dan melalui manajer tokolah izin kerjasama penyebaran poster keamanan pangan di lakukan sebelumnya. Korelasi Spearment Uji korelasi Spearment untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan saling ketergantungan antara dua variabel hanya dilakukan untuk pertanyaan yang mempunyai nilai koefisien kontingensi agak kuat. Hasil uji korelasi untuk pertanyaan yang mempunyai nilai koefisien kontingensi agak kuat dapat dilihat pada Lampiran 21. Berdasarkan Lampiran 21 dapat dilihat pengujian korelasi untuk variabel bebas usia hanya dilakukan untuk 1 variabel pertanyaan. Pada variabel bebas jenis pekerjaan dilakukan untuk 5 variabel pertanyaan, sedangkan untuk variabel bebas tingkat pengeluaran perbulan dilakukan dikorelasikan 8 variabel pertanyaan. Untuk kategori variabel bebas jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak dilakukan pengujian korelasi, karena nilai koefisien kontingensi untuk semua variabel pertanyaan dari keduanya menunjukkan hubungan yang lemah seperti dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 10.

D. EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI POSTER

Dinilai berdasarkan audience coverage, banyak poster yang telah tersebar belum tertempel di tempat-tempat yang bisa diakses banyak orang. Responden tidak mengalami kesulitan dalam mengintepretasikan gambar perumpamaan, isi dan susunan kalimat pada poster, sehingga hambatan penerimaan pesan dari segi substansi poster bahasa, gambar, tulisan bisa dianggap kecil. Tingkat pengujian efektivitas poster berdasarkan audience response, communication impact dan process of influence dapat diketahui melalui penentuan sikap setelah melihat dan mengamati poster. Sikap dibentuk dari apa yang diketahui oleh audience, serta apa yang disukai dan yang tidak disukai. Menurut Taylor 1991, sikap adalah persepsi individu berdasarkan pengetahuan dan proses orientasi tindakan dengan tujuan objek atau kejadian. Sikap hanya merupakan salah satu pengaruh pada perilaku. Sikap menurut Schiffman, et al 1994, adalah ekspresi perasaan yang menggambarkan preferensi seseorang atau ketidaksukaan seseorang pada suatu obyek. Obyek sikap didefinisikan sebagai produk, kategori produk, jasa, kepemilikan, kegunaan produk, harga, media dan atau pengecer. Dalam hal ini poster dapat dianggap sebagai suatu produk sedangkan audience adalah konsumen yang akan bertindak dengan adanya produk berupa poster. Komponen sikap adalah kepercayaan cognitive, perasaan affective, dan intensi perilaku conative. Kepercayaan meliputi apa yang dipercayai dan diketahui seseorang sehingga membentuk persepsi terhadap obyek poster. Perasaan meliputi perasaan seseorang mengenai perilaku obyek, lebih berdasar emosi seseorang. Intensi perilaku meliputi aksi atas perilaku seseorang menuju perilaku obyek. Penentu dasar dari sikap adalah kepercayaan dan perasaan, sedangkan intensi perilaku merupakan gambaran lebih nyata dari sikap, sehingga perilaku audience lebih mudah diprediksi melalui intensi perilaku. Sikap dapat Beberapa sifat penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap dan sifat dinamis sehingga dapat berubah bersama waktu. Sikap dapat berbeda dalam beberapa dimensi, antara lain valensi, yang menunjuk apakah sikap itu positif, negatif atau netral. Selain itu dapat pula berbeda pada ekstremisitas, yaitu intensi menyukai yang menunjukkan derajat kesukaan, lalu resistensi sikap yaitu derajat dimana sikap sulit untuk berubah dan persistensi yaitu sikap yang terhapus secara lambat akibat perubahan waktu. Persepsi adalah pandangan atau sikap seseorang terhadap suatu hal, yang menumbuhkan motivasi atau kekuatan, dorongan atau tekanan yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu Rakhmat, 1991. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor profil responden yang paling berpengaruh terhadap sikap mereka adalah dari tingkat pengeluaran perbulan. Artinya perbedaan golongan ekonomi yang ada di masyarakat akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakan mereka setelah mendapat informasi tentang keamanan pangan maupun membaca pesan keamanan pangan pada poster. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup yang berbeda yang ditunjukkan oleh masyarakat dengan tingkat perekonomian yang berbeda Kotler dan Amstrong, 1997. Ada asumsi bahwa pangan yang aman hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang dari segi ekonomi sangat baik. Kebanyakan penyalahgunaan bahan berbahaya pada pangan dilakukan oleh masyarakat yang kurang mendapat pengetahuan dan dari segi ekonomi tidak dapat menjangkau harga bahan tambahan food grade yang lebih mahal jika dibandingkan harga bahan tambahan pangan yang tidak aman. Pelanggaran terbesar untuk penyalahgunaan bahan tambahan adalah pada makanan jajanan, terutama makanan jajanan anak sekolah Winarno, 1997. Makanan jajanan yang juga dikenal sebagai street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, dipasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis dengan banyak jenis serta bervariasi dalam bentuk, ukuran, keperluan dan harga Winarno, 1997. Pada dasarnya konsumen berkecenderungan untuk mendapatkan jumlah makanan sebanyak-banyaknya dengan harga serendah mungkin murah meriah. Agar dapat menjual makanan jajanan yang mereka buat, para pengusaha harus dapat memenuhi kebutuhan para pembeli atau konsumen, sebaliknya, penjual harus mendapatkan keuntungan yang cukup, bila mereka ingin terus berjualan dan menghidupi keluarganya. Hal itu menjadi ”lingkaran setan”, ketika harga bahan makanan lebih tinggi dari harga yang konsumen sanggup atau rela membayar, maka akibatnya penjual terdesak untuk membuat makanan jajanan dengan jumlah yang besar dan sama dengan mutu yang lebih rendah, terjadilah pemalsuan atau penggantian sebagian bahan mentah dengan bahan lain yang lebih murah harganya. Fenomena pemalsuan adulteration yang terjadi pada kasus produsen makanan jajanan dengan sasaran konsumen masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah ini dilatarbelakangi dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk memproduksi pangan jajanan yang bermutu tinggi dengan harga mahal. Agar tidak kehilangan konsumen, mereka terpaksa menurunkan harga dengan konsekuensi menyebabkan turunnya mutu produk yang dihasilkan Winarno, 1987. Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih memiliki pendapatan dan tingkat pendidikan yang rendah, maka kemampuan dan kesadaran mereka sebagai konsumen masih sangat kurang. Mereka biasanya termasuk keluarga kurang mampu untuk membeli makanan yang bermutu dan memenuhi persyaratan yang seharusnya, hal ini disebabkan karena harganya yang masih di luar jangkauan daya beli mereka. V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Responden berjumlah 160 orang, 70 adalah mahasiswa, sebanyak 56 usia responden antara 20-25 tahun, sebanyak 68.8 responden mempunyai tingkat pendidikan lulusan sekolah lanjutansederajat, tingkat pengeluaran perbulan responden terbesar adalah kurang dari 1.5 juta sebanyak 77.5 dan jenis kelamin responden 59 adalah wanita. Dinilai berdasarkan audience coverage, banyak poster yang telah tersebar belum tertempel di tempat-tempat yang bisa diakses banyak orang. Responden tidak mengalami kesulitan dalam mengintepretasikan gambar perumpamaan, isi dan susunan kalimat pada poster, sehingga hambatan penerimaan pesan dari segi substansi poster bahasa, gambar, tulisan bisa dianggap kecil. Tingkat pengujian efektivitas poster berdasarkan audience response, communication impact dan process of influence dapat diketahui melalui penentuan sikap setelah melihat dan mengamati poster. Berdasarkan hasil survei efektivitas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap sikap dan tindakan responden setelah mendapatkan informasi mengenai pesan keamanan pangan adalah berdasarkan golongan ekonominya. Baru kemudian dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan usia mereka. Kategori jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan dengan sikap. Segmentasi pemberian informasi dan edukasi keamanan pangan baik cara atau metodenya yang paling utama sebaiknya menggunakan segmentasi berdasarkan penggolongan tingkat ekonomi. Cara pemberian informasi dan edukasi yang ditujukan untuk masyarakat kelas menengah kebawah seharusnya dibedakan dengan cara penyampaian informasi mengenai Keamanan Pangan yang dilakukan dengan segmentasi masyarakat golongan ekonomi kelas menengah keatas.

B. SARAN