Gambar 2. Keamanan Pangan Menurut Responden Faktor obyektif menyatakan bahwa keamanan pangan sangat penting
karena menyangkut kesehatan bangsa, kerugian negara, kualitas generasi muda, daya saing bangsa dan produktivitas organisasi. Faktor subyektif
responden didukung oleh fakta bahwa walaupun mengkonsumsi pangan yang kurang aman akan tetapi masih tetap hidup sampai sekarang, masih lebih
penting menyelesaikan masalah pengangguran, kemiskinan, konflik dan korupsi di Indonesia daripada Keamanan Pangan Rimbaatmaja, 2004.
Diperlukan pengetahuan terhadap kondisi khalayak sasaran sebelum mendapatkan informasi tentang keamanan pangan, untuk menghindarinya
tumpang tindih informasi bagi mereka yang telah benar-benar memahami pentingnya keamanan pangan dengan responden yang sama sekali belum sadar
manfaat dan pentingnya keamanan pangan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran tentang kesadaran
keamanan pangan perlu memperhatikan kondisi karakteristik sasaran, dan strategi promosi yang dirancangpun dibedakan sesuai dengan kondisi dan
sikap khalayak sasaran Anonim
1
, 2002.
5. Pendapat Responden terhadap Poster Keamanan Pangan dan Kondisi Mereka Setelah Melihat Poster
Berdasarkan Gambar 3, dari 160 orang responden 52 menyatakan bahwa penempatan gambar pada poster menarik, 40 responden menyatakan
cukup dan hanya 8 responden yang menyatakan bahwa penempatan gambar pada poster tidak menarik. Dari jawaban responden yang menyatakan tidak
menarik memberikan alasan bahwa terlalu banyak gambar, seperti pada poster nomor 2 yang berjudul ”WASPADA” Dan penuh dengan tulisan berisi
pesan persuasif, contohnya ajakan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
Penem patan Gam bar
13; 8
83; 52
64; 40
Menarik Biasackp
Tidak menarik
Jenis Tulisan
79; 49
13; 8
68; 43
Menarik Biasackp
Tidak menarik
Gam bar Perum pam aan illustrasi
71; 44
59; 37
30; 19
Menarik Biasackp
Tidak menarik
Masih pada Gambar 3, pendapat responden mengenai jenis tulisan yang ada pada poster, sebanyak 49 responden menyatakan menarik, 43
menyatakan tulisan pada poster biasa saja dan 8 responden menyatakan jenis tulisan pada poster tidak menarik. Tulisan pada poster hanya terdiri dari satu
font saja dan semuanya seragam. Tulisan yang berseni dan berbentuk ”tulisan indah” akan lebih menarik perhatian khalayak, jenis, bentuk dan ukuran
tulisan bisa dijadikan faktor daya tarik dalam suatu media poster untuk menarik perhatian orang yang mengamatinya Soehout, 2003.
Juga pada Gambar 3, pendapat responden mengenai illustrasi gambar perumpamaan pada poster, 44 menyatakan menarik, 37
menyatakan cukup dan 19 menyatakan tidak menarik. Responden yang menyatakan gambar perumpamaan tidak menarik beralasan bahwa gambar
terlalu kaku dan ilmiah. Seperti misalnya gambar pada poster nomor 6 yang berjudul ”Jangan Gunakan Bahan Tambahan yang Dilarang untuk Pangan”
menggunakan illustrasi gelas piala yang hanya dikenal golongan tertentu. Perumpamaan bakteri digambarkan seperti pada contoh poster nomor 17
membuat orang tertarik membaca pesan yang disampaikan, sebelum membaca pesan yang disampaikan kebanyakan responden tidak mengetahui maksud dari
gambar. Soenarjo 1983 dalam Restikawati 2004 menyatakan bahwa poster kadang dihiasi dengan gambar-gambar supaya menarik perhatian orang,
sehingga pesan yang ditulis di dalam poster diketahui dan diperhatikan.
Gambar 3. Pendapat Responden tentang Penempatan Gambar, Jenis Tulisan
dan Gambar Illustrasi Poster
Isi pesan poster dapat berupa pengumuman, perhatian atau anjuran kepada publik. Dapat dilihat pada Gambar 4, dari 160 responden sebanyak
56 menyatakan isi pesan poster menarik, 41 menyatakan biasa dan 3 menyatakan isi pesan poster kurang menarik. Tidak semua bahasa yang
digunakan pada poster Pesan Keamanan Pangan bisa dipahami semua kalangan, karena tiap jenis poster mempunyai segmen sasaran khusus.
Penempatan poster harus disesuaikan dengan pesan yang disampaikannya, misalnya poster nomor 1 yang berjudul Jangan Menjual Bahan Berbahaya Ini
untuk Pangan, sebaiknya ditempatkan di toko bahan kimia yang menjual bahan kimia, karena penempatan poster ini pada supermarket dan warung
makan tidak sesuai sasaran. Masih berdasarkan Gambar 4, sebanyak 6 responden menyatakan
tidak mengerti bahasa poster, 52 responden menyatakan bahasa poster mudah dimengerti dan 42 menyatakan cukup dalam arti tidak terlalu sulit.
Penggunaan bahasa-bahasa ilmiah dan istilah asing seperti pada poster nomor 14 dan 19 istilah ”susu steril” dan ”susu pasteurisasi” tidak semua orang bisa
mengartikannya. Sedangkan tingkat pemahaman responden terhadap pesan, juga dapat
dilihat pada Gambar 4, 70 responden menyatakan bisa memahami, 26 menyatakan cukup dan 4 responden tidak bisa memahami pesan yang
disampaikan. Seperti pada contoh kasus poster nomor 15 terdapat tulisan ”Bakteri Salmonella enteritidis” hanya golongan masyarakat tertentu yang
bisa memahami bahwa bakteri ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan foodborne disease. Kata-kata ”panaskan sampai pada suhu 72
o
C” juga tergolong rancu karena pada umumnya masyarakat tidak menggunakan
termometer pengukur suhu pada waktu memasak, sehingga pesan yang disampaikan dengan bahasa ilmiah seperti diatas tidak bisa dipahami
responden. Istilah-istilah lain yang hanya bisa dipahami golongan khalayak tertentu adalah HTST, susu pasteurisasi, kondisi steril, nama-nama bakteri
patogen dan nama-nama kimia untuk bahan tambahan pangan.
Isi Pesan
4; 3
90; 56
66; 41
Menarik Biasackp
Tidak menarik
Tingkat Pem aham an
41; 26
7; 4
112; 70
Bisa memahami Cukup
Tidak mengerti
Kem udahan m em aham i susunan kalim at dan tata
bahasa poster
10; 6
67; 42
82; 52
Mudah Sedang
Tidak
Menurut Soehoet 2003 bahwa hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam pembuatan poster adalah : 1 bahasa yang mudah dipahami semua
lapisan masyarakat; 2 bahasa yang singkat, padat dan tepat untuk mewujudkan motif komunikasi; 3 dapat disertai dengan gambar dan lambang
yang serasi; 4 ditulis, dilukis atau dicetak dengan huruf dan gambar yang jelas kelihatan dari jauh dan 5 menggunakan warna yang sesuai dengan isi
pesan yang menarik perhatian. Menurut Jefkins, 1997 bahwa keunggulan media poster adalah : 1 dari segi ukuran dan dominasi cukup besar dan
menarik perhatian; 2 corak warna-warna tertentu memudahkan untuk diingat; 3 pesan singkat yang ditulis dalam huruf besar dan mencolok
sehingga menimbulkan kesan jangka pendek pada khalayak; 4 penempatan yang strategis dan bisa diakses banyak orang sehingga sedikit lebih ekonomis.
Sedangkan kelemahan media poster adalah ketidakmampuannya memuat banyak pesan, rentan terhadap vandalisme atau cuaca, hanya dilihat sambil
lalu dan membutuhkan waktu cukup lama untuk merancang, mencetak dan menyebarkannya.
Gambar 4. Pendapat Responden tentang Isi Pesan, Tingkat Pemahaman dan Kemudahan Memahami Susunan KalimatTata Bahasa Poster.
Dapat dilihat dari Gambar 5, setelah melihat poster pesan keamanan pangan dari 160 responden, sebanyak 9 menyatakan baru menyadari ada
poster keamanan pangan, 29 responden baru mengetahui bahwa poster tersebut dikeluarkan oleh Badan POM RI, 16 responden mulai tertarik untuk
membaca isi pesan pada poster, 18 tahu dan memahami pesan yang disampaikan dan 28 responden menyatakan yakin bahwa pesan yang
disampaikan media poster tersebut benar adanya. Usaha mengubah perilaku khalayak terhadap suatu pesan yang
disampaikan melalui tahapan kesiapan responden, tahapan kesiapan responden dalam menerima suatu pesan menurut Kotler 1997 digolongkan dalam enam
kategori kondisi yaitu : 1 kesadaran ; 2 pengetahuanpemahaman; 3 menyukai; 4 pemilihan; 5 keyakinan pada pilihan dan 6 tindakan.
Sebagian besar responden baru mengetahu jika poster pesan keamanan pangan tersebut dikeluarkan oleh Badan POM RI dan yakin bahwa pesan yang
disampaikan adalah benar. Mengkampanyekan suatu istilah agar masyarakat mengerti atau membangun kesadaran akan pangan aman bukanlah hal yang
mudah, karena kondisi masyarakat Indonesia yang berpendapat yang penting perut kenyang, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja banyak
yang tidak mampu, alasan kedua adalah karena keamanan pangan merupakan istilah yang tidak berwujud Herlina, 2004.
Setelah mengetahui pesan keamanan pangan yang disampaikan poster, dari 160 responden sebanyak 6 tidak merubah tindakan mereka dan
masih tetap pada kondisi semula, 56 meyakini bahwa keamanan pangan penting akan tetapi belum dapat menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari
dikarenakan beberapa faktor, dan hanya 38 yang melakukan tindakan sesuai dengan apa yang tertulis pada poster. Analisis ketepatan media mencakup
aspek daya tarik media, pemahaman terhadap gambar, penerimaan istilah atau kata yang menyinggung serta keterlibatan perasaan yang dialami setelah
melihat atau membaca media. Efektivitas pesan atau materi dapat meliputi kelima hal berikut : menarik atau tidaknya pesan, kemudahan dimengerti,
penerimaan responden, mengajak ikut serta dan bersifat membujuk Anonim
1
, 2002. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab responden belum dapat
mengikuti pesan keamanan pangan antara lain disebabkan karena kondisi yang tidak memungkinkan seperti kondisi lokasi berjualan, kendala keterbatasan
keuangan, keterbatasan waktu atau terburu-buru dan faktor kemalasan karena
Kondisi responden setelah melihat Poster
14; 9 45; 28
28; 18 47; 29
26; 16 Menyadari ada poster Pesan
Keamanan Pangan Mengetahui Poster tersebut
dikeluarkan oleh Badan POM RI Tertarik untuk membaca
Tahu dan memahami maksudnya Meyakini bahwa yang tertulis benar
Faktor yang mempengaruhi responden
51; 34 70; 47
6; 4 23; 15
Keuangan terbatas Terburu-buru keterbatasan
waktu Merepotkan faktor kemalasan
Kondisi yang tidak memungkinkan
Tindakan responden setelah melihat poster
90; 56 61; 38
9; 6
Tetap seperti sedia kala, pesan yang disampaikan
tidak berpengaruh Meyakini bahwa pesan itu
benar tapi belum bisa melaksanakan
Melakukan tindakan seperti yang tertulis pada poster
alasan repot. Sebanyak 47 responden menyatakan alasan tidak bisa melaksanakan pesan keamanan pangan adalah karena faktor kondisi tempat
yang tidak memungkinkan, 34 responden menyatakan faktor kemalasan, 15 responden menyatakan karena adanya keterbatasan waktu dan hanya
4 yang menjawab karena terbatasnya kondisi keuangan. Sebagain besar responden adalah mahasiswa yang tinggal di lingkar
kampus IPB dengan kondisi sanitasi warung makan yang kurang bersih Perdani, 2001, sehingga alasan kondisi tempat yang tidak memungkinkan
bisa diterima. Persepsi individual yang dapat menghambat seseorang melakukan perilaku yang diharapkan antara lain : 1 kognitif kepercayaan,
keyakinan dan pendapat pribadi; 2 emosianal kemampuan pribadi dan respon emosional; 3 interaksi sosial pengaruh sosial, anjuran kepada
teman.
Gambar 5. Kondisi Responden Setelah Melihat Poster, Tindakan yang Dilakukan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Sebanyak 91 responden menyatakan akan menyampaikan pesan keamanan pangan yang dibacanya dari poster kepada orang lain, hanya 9
yang menyatakan tidak. Mengingat sebagain besar responden adalah mahasiswa yang tergolong dalam usia produktif dengan tingkat frekuensi
interaksi dengan masyarakat tinggi. Pesan keamanan pangan merupakan peran persuasif karena itu sebaiknya disampaikan dengan memaparkan keuntungan
yang diperoleh jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian khalayak akan tergugah untuk menyadari pentingnya keamanan pangan.
6. Media Promosi yang Sering Diakses, Cara Promosi yang Diinginkan dan saran Untuk Poster Keamanan Pangan Selanjutnya
Faktor yang juga mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah unsur kepercayaan khalayak terhadap sumber, pesan yang sama kemudian
disampaikan dengan metode dan sumber yang berbeda belum tentu menghasilkan efek yang sama. Setiap sumber mempunyai daya tarik yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan khalayak tertentu mempunyai sumber pesan yang diposisikan sebagai favoritnya. Begitu
fanatiknya khalayak terhadap sumber pesan tertentu, terkadang mengakibatkan khalayak hanya melihat siapa yang menyampaikan dan kurang
mempedulikan bagaimana isi pesan itu sendiri. Bentuk program promosi yang diselenggarakan Badan POM RI telah
dirancang dengan satu strategi kampanye kesadaran keamanan pangan, dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu : penguasaan pasar, mengubah
pemikiran dan kegiatan komunikasi interpersonal. Masing-masing dari tiga pendekatan ini mempunyai kegiatan yang berbeda karena tujuan jangka
pendek yang akan dicapainya berbeda, walaupun secara keseluruhan mengacu pada satu tujuan jangka panjang yang sama. Kegiatan promosi dilakukan
secara terbuka maupun terselubung, sifat promosi terbuka biasanya menekankan pada tercapainya tujuan jangka pendek, menekankan pada
persuasi, iming-iming atau bujukan yang diolah lebih ke aspek emosi dibandingkan aspek rasio; sifat promosi terselubung lebih menekankan pada
tercapainya tujuan jangka panjang, biasanya mengandung tema. Media yang digunakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Badan POM RI untuk kegiatan
promosi keamanan pangan yang disusun dalam suatu strategi kampanye kesadaran, mempunyai temajargon kampanye ”Keamanan Pangan Kunci
Hidup Sehat dan Sejahtera” dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bentuk Program Promosi yang Diselenggarakan Badan POM RI
Kode Media
Jenis Program Promosi
A Radio
Siaran di radio tanya jawab tentang keamanan pangan rutin setiap minggu. Saat ini dilakukan siaran secara
rutin tiap hari Selasa pukul 09.30 – 11.00 di D’Radio 103.4 FM Jakarta
B Televisi
Tanyangan talk show di Metro TV, TV 7 dan liputan tentang Keamanan Pangan secara insidental di beberapa
stasiun Televisi. C
Poster Setiap tahun dikeluarkan 10 judul poster Pesan
Keamanan Pangan yang didistribusikan melalui Balai POM di seluruh Indonesia dan bekerjasama dalam
Jejaring Promosi Keamanan Pangan untuk pendistribusiannya.
D Majalah
Majalah-majalah tertentu sering memuat berita tentang keamanan pangan baik yang bersifat tetap maupun
insidental. Tabel 6. Bentuk Program Promosi yang Diselenggarakan Badan POM
Lanjutan
Kode Media
Jenis Program Promosi
E Buletin
Buletin Keamanan Pangan rutin diterbitkan setiap enam bulan sekali sejak tahun 2002, saat ini telah diterbitkan
sebanyak 6 edisi buletin Keamanan pangan. F Leafleatsele
baran Leafleat secara rutin dibuat setiap tahun sebanyak 10
judul dan disebarkan pada acara pameran. G
Compact Disk
Terkoordinasi dalam kegiatan Participatory Multi Level Food Safety Campaign kampanye tentang Keamanan
Pangan yang dirancang dengan melalui penggalangan partisipasi setiap orang, instansi, industri, asosiasi dan
stakeholder lainnya untuk bersama mendiseminasikan pesan keamanan pangan dari Badan POM RI
H Internet
Badan POM RI mempunyai situs resmi http: www. Badan POM.go.id yang memberikan berita
dan informasi terkini tentang program-program Badan POM RI untuk mewujutkan kesadaran akan
keamanan pangan di Indonesia.
I Pameran
Pameran secara rutin dilaksanakan, membuka stand pada saat pameran dan memberikan informasi.
J Pemberian penghargaan
Penganugerahan Piagam Bintang 1, 2, 3 Keamanan Pangan kepada Industri Rumah Tangga Pangan.
Sumber : Laporan Tahunan Direktorat SPKP Tahun 2004 Deskrispsi kegiatan yang dilaksanakan Direktorat SPKP untuk
kegiatan mempromosikan Keamanan Pangan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15. Kategori media promosi radio, majalah dan leafleat atau
selebaran masih jarang diakses responden dan lebih banyak responden
Intensitas akses responden terhadap media promosi yang dikeluarkan Badan POM RI
35 48,7
63,7
21,25 8,75
30
2,5 23,75
8,75 3,13
38,12 33,8
43,75 50,63
15,63 33,75
39,37
13,13 2,5
19,37 81,87
42,5 57,5
38,7 44,38
45
46,87
26,3 35
46,25
10 20
30 40
50 60
70 80
90
A B
C D
E F
G H
I J
Jenis media promosi Fr
e k
ue ns
i
Sering Jarang
Tidak pernah
menyatakan tidak pernah untuk program promosi yang disebarluaskan melalui media Buletin Keamanan Pangan, Compact disk CD, internet, pameran dan
perlombaan. Responden menyatakan sering untuk kategori media promosi poster dikarenakan penelitian survei kali ini memang telah dikhususkan pada
efektivitas market share media promosi poster, jadi pada saat dilaksanakan survei poster telah terlebih dahulu di sebarkan di lokasi.
Sebanyak 61 responden memilih cara promosi yang paling baik adalah dengan pemberitahuan lewat media massa baik cetak maupun visual.
Sebanyak 32 responden memilih mengenalkan secara langsung produk yang tergolong bahaya dan aman pada acara-acara arisan, seminar dan sebagainya,
sisanya sebanyak 7 responden menyatakan pemberian hadiah cukup efektif untuk mempromosikan keamanan pangan, misalnya adanya penghargaan
kepada toko atau warung yang turut mendukung program kampanye keamanan pangan dan sebagainya.
Keterangan : A sd J merupakan kode media promosi yang dilakukan oleh Badan POM RI seperti dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 6. Intensitas Responden Mengakses Sumber-sumber Media Promosi dari Badan POM RI.
Intensitas akses responden terhadap media promosi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Setiap organisasi seharusnya memeriksa gaya,
kebutuhan dan kesempatan komunikasinya serta mengembangkan suatu program komunikasi yang efektif dengan publik eksternal seperti wartawan,
pihak pemerintah dan masyarakat finansial penanam modal. Selain itu juga harus berkomunikasi efektif dengan publik internal, khususunya anggota
dewan, manajemen menengah serta pekerja profesional. Organisasi harus tahu cara mengkomunikasikan dirinya dengan kelompok yang bervariasi agar
mendapatkan dukungan dan hubungan yang baik Kotler, 1995. Media massa koran harian bisa memberikan informasi yang
up to date karena frekuensi terbitnya setiap hari, sehingga informasi yang disampaikan adalah peristiwa yang saat itu sedang hangat dibicarakan publik.
Menurut Simamora 2002 salah satu pendekatan yang secara langsung dapat mempengaruhi sikap konsumen tanpa perlu mengubah kepercayaan terhadap
suatu hal adalah melalui iklan yang ditayangkan televisi. Televisi merupakan media komunikasi massa yang memiliki kemampuan yang besar untuk
mengantarkan dan menyebarkan pesan pembangunan. Sikap audience terhadap promosi dapat dipengaruhi beberapa faktor yang meliputi isi pesan,
pengaruh suasana hati dan emosi pada saat mendapat informasi keamanan pangan Simamora, 2002.
Televisi sebagai salah satu media komunikasi mempunyai potensi cukup besar untuk menghasilkan efek. Hal ini dimungkinkan karena sifatnya
yang audiovisual. Penyampaian pesan yang disertai gambar dapat bergerak mempunyai daya tarik sangat kuat dan dapat memberikan kesan yang
mendalam, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan efek cukup besar. Merril dan Lowenstein 1971 menyatakan bahwa efek dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, sikap dan bahkan sampai merubah perilaku. Berkesan atau tidaknya isi pesan yang disampaikan akan mempengaruhi
tindakan mereka selanjutnya dan hal tersebut bergantung dengan kondisi dan suasana hati mereka saat menerima pesan.
Masing-masing media promosi mempunyai sasaran target tertentu dan sesuai dengan tujuan jangka pendek yang dicapainya untuk terwujudnya
kesadaran masyarakat Indonesia seluruhnya akan pentingnya edukasi keamanan pangan. Jenis-jenis program promosi yang dilaksanakan Badan
POM RI merupakan satu kesatuan yang telah terintegrasi dalam suatu strategi promosi.
Penelitian ini hanya dibatasi pada survei efektivitas poster pesan keamanan pangan, pada Tabel 7 dapat dilihat saran dari responden untuk
perbaikan cara promosi menggunakan media poster. Sebanyak 76.25 responden memilih jumlah yang disebar lebih ditingkatkan dan lebih banyak
dilakukan publikasi pada tempat-tempat umum. Tempat umum yang dimaksud adalah tempat yang banyak dikunjungi orangtempat berkumpulnya banyak
orang seperti stasiun, rumah sakit, supermarket, rumah makan, terminal, lobi hotel dan sebagainya. Hanya 17.5 responden yang memilih perbaikan
ukuran poster. Tabel 7. Saran Responden untuk Poster Keamanan Pangan Selanjutnya
Keterangan Jumlah
responden Frekuensi
Responden Persentase
Jumlah yang disebarluaskan lebih banyak
160 122 76.25 Publikasi dilakukan di tempat–
tempat umum 160 122 76.25
Perbaikan bahasa poster 160
92 57.50
Tema-tema terbaru sesuai dengan beritaIssu keamanan pangan yang
saedang berkembang 160 85 53.13
Perbaikan isi pesan 160 84 52.50
Perbaikan gambar 160
76 47.50
Perbaikan warna 160
59 36.88
Perbaikan layout 160 54
33.75 Perbaikan jenis tulisan
160 49
30.63 Perbaikan ukuran poster
160 28
17.50
C. KORELASI ANTARA DUA VARIABEL YANG BERBEDA
Alat uji yang dipakai dalam pengujian korelasi dua variabel yang berbeda ini adalah uji Chi Square, koefisien kontingensi dan uji korelasi
spearment. Hasil uji Chi Square dan nilai koefisien kontingensi untuk variabel bebas jenis kelamin dengan 10 pertanyaan yang berhubungan dengan sikap