Aliran Massa Air Selat Makassar

18 besar, mamalia laut dan burung laut Grahame 1987; Cury et al. 2000; Smith dan link 2005. Dalam rantai makanan, fitoplankton dimangsa oleh hewan herbivora. Produsen sekunder ini umumnya merupakan zooplankton kemudian dimangsa pula oleh hewan karnivora yang lebih besar, demikian seterusnya. Jadi jelas bahwa fitoplankton adalah pangkal rantai makanan yang mendukung kehidupan seluruh biota laut Jones 1982; Grahame 1987; Smith dan Link 2005. Ketersediaan makanan untuk sumberdaya ikan akan mempengaruhi daya dukung sumberdaya ikan pada suatu perairan dan keadaan ini berbeda pada setiap wilayah lautan, karena ketersediaan makanan dalam rantai makanan ditentukan seberapa besar produktivitas primer di setiap wilayah laut. Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Jadi produktivitas primer dianggap sebagai padanan fotosintesa Nybakken 1992. Tumbuhan merupakan produser primer yang menunjang kehidupan di laut. Tumbuhan laut dapat digolongkan bentos dan fitoplankton. Bentos hanya terdapat di pesisir pantai, sedangkan fitoplankton berada di lautan, sehingga fitoplankton memegang peranan penting dalam sistim energi di laut. Produktivitas primer yang tinggi umumnya terdapat di perairan dangkal, karena produktivitas primer di laut ditentukan oleh cahaya, nutrien dan suhu Nontji et al. 1982; Grahame 1987. Dalam perikanan, plankton memegang peranan penting dalan rantai makanan, sehingga ketersediaan plankton dalam suatu perairan akan berpengaruh dalam sistem trofik dimana ikan merupakan bagian dalam tingkatan trofik Nybakken 1992. Klorofil plankton dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan juga dapat digunakan sebagai ukuran biomassa fitoplankton pada suatu perairan Nontji et al. 1982.

2.4 Aliran Massa Air Selat Makassar

Perairan Indonesia dipengaruhi oleh angin munson yang berhubungan dengan perbedaan tekanan udara di antara benua Asia dan Australia. Pada bulan Desember–Februari umumnya dikenal musim angin barat atau musim barat, sedangkan musim angin timur atau musim timur terjadi pada bulan Juni–Agustus. Pergerakan angin pada kedua musim ini, yaitu pada musim timur angin bertiup 19 dari Australia ke Asia dan pada musim barat terjadi sebaliknya. Pola ini berpengaruh terhadap aliran massa air permukaan di lautan, dimana pada musim barat massa air mengalir dari arah barat Indonesia menuju ke timur dan didominasi aliran massa air dari perairan Samudra Hindia. Pada musim timur arus permukaan mengalir dari belahan timur Indonesia menuju ke arah barat, dimana aliran massa air didominasi massa air dari Samudra Pasifik Birowo 1982. Selat Makassar merupakan bagian dari sistem aliran massa air yang melintas di Indonesia dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia, dimana massa air utama bergerak dari utara ke selatan. Arus lintas ini disebut dengan arus lintas Indonesia Arlindo; massa air Samudera Pasifik yang masuk ke Selat Makassar adalah aliran massa air dari Pasifik Utara yang disebut dengan North Pasicif Subtropical Water NPSW dengan kecepatan yang terkuat pada saat angin munson berasal dari tenggara. Arlindo yang melewati Selat Makassar berada pada kedalaman rata-rata 150 m, dengan demikian pada lapisan permukaan massa air dipengaruhi angin munson Hasanuddin 1998; Gordon 2005. Kecepatan transport massa air Arlindo dari Pasifik utara yang melewati Selat Makassar lebih tinggi dibandingkan massa air Arlindo yang lewat Laut Banda. Kecepatan massa air Arlindo yang melewati Selat Makassar, khususnya pada posisi 2 51’S atau Labani channel yang dapat mencapai kecepatan 8Sv 1sv= 10 6 m 3 sec pada kedalaman 680 m Gordon 2005 Gambar 4. Labani channel berdasarkan posisi geografi berada pada wilayah Kabupaten Mamuju atau perairan sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini telah menjadi wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Barat. Perairan pantai di bagian selatan Sulawesi Selatan cenderung dipengaruhi angin monsun, dimana pada saat monsun barat lapisan permukaan Selat Makassar bagian selatan dipengaruhi massa air yang berasal dari Laut Jawa, sedangkan pada saat musim timur lapisan permukaan Selat Makassar di bagian selatan dipengaruhi massa air yang berasal dari Laut Banda. Selain itu pada perairan dalam Indonesia atau perairan kontinental bersifat monsun, sehingga pada setiap pergantian monsun perairan kontinental yang saling berhubungan juga akan mengalami perubahan kondisi oseanografi Gordon 2005. Arus musim barat pada bulan Desember sampai Februari, massa air dari Laut Cina Selatan mengalir sepanjang 20 Laut Jawa menuju Laut Banda akan tenggelam downwelling di sekitar Laut Flores menuju Samudera Hindia Nontji 1997. Sebaliknya pada musim barat massa air dari Laut Banda menuju Laut Jawa akan naik upwelling di sekitar Laut Flores, menyebabkan suhu permukaan laut lebih dingin dibandingkan musim barat. Demikian juga salinitas dan klorofil menjadi lebih tinggi dibandingkan musim barat Nontji 1997; Gordon 2005 Gambar 5. Pada musim barat, bulan Januari-Maret, aliran massa air yang berasal dari Laut Jawa dengan salinitas rendah masuk ke bagian selatan Selat Makassar. Pada musim timur, bulan Juli- September, permukaan Selat Makassar bagian selatan bersalinitas tinggi yang berasal dari aliran massa air Laut Banda Masumoto dan Yamagata 1993; Gordon al 2003. Keterangan: Nilai yang tercetak tebal adalah kecepatan transport dalam satuan Sv=Svedrup 1Sv= 10 6 m 3 sec. Gambar 4 Aliran massa air Arlindo Gordon 2005. 21 Gambar 5 Perubahan kondisi oseanografi pada lapisan permukaan di perairan Indonesia akibat pengaruh munson Gordon 2005.

2.5 Ikan Pelagis Kecil Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi