Kesimpulan Pendahuluan Dinamika hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan F

penelitian ini tidak dianalisis. Namun demikian dinamika hasil tangkapan di setiap zona berbeda yang mengindikasikan perbedaan kondisi perairan pantai berdampak terhadap produksi dari unit penangkapan ikan pelagis kecil.

4.6 Kesimpulan

Keadaan perikanan tangkap pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Perikanan tangkap pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan diupayakan oleh berbagai jenis alat tangkap dengan pola operasi penangkapan one day trip. 2 Armada penangkapan ikan pelagis dalam pengoperasian menggunakan teknologi alat bantu penangkapan ikan berupa lampu dan rumpon. 3 Lokasi penangkapan armada perikanan pelagis kecil di zona A dan B berada di perairan pantai yang berjarak 3-7 mil laut dari pangkalan, sedangkan di zona C lokasi penangkapan dapat mencapai 10 mil laut dari pangkalan. 4 Jenis ikan yang dominan tertangkap di zona A adalah jenis ikan layang, teri, dan kembung yang tertangkap pukat cincin dan bagan rambo. Zona B yang dominan jenis ikan tembang, kembung, dan teri yang tertangkap pukat cincin dan bagan perahu. Jenis ikan layang dominan di zona C yang tertangkap payang. 5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

5.1 Pendahuluan

Armada penangkapan yang dioperasikan nelayan terdiri dari berbagai jenis alat tangkap, dimana setiap jenis alat tangkap memiliki prinsip penangkapan yang berbeda. Selain ukuran dan jumlah alat tangkap dan penggunaan teknologi penangkapan ikan menyebabkan beragamnya kapasitas atau kemampuan dari armada penangkapan untuk meningkatkan produksi ikan. Kemampuan produksi dari armada penangkapan merupakan ukuran dari upaya penangkapan, dimana upaya penangkapan ditentukan oleh dimensi alat tangkap dan kapal, jumlah hari operasi, dan penggunaan teknologi penangkapan. Dengan demikian upaya penangkapan menentukan jumlah produksi ikan pada suatu kawasan perikanan, sehingga berpengaruh terhadap keadaan sumberdaya ikan. Hubungannya dengan keadaan biologi sumberdaya ikan, upaya penangkapan merupakan ukuran mortalitas akibat penangkapan Sparre dan Venema 1999. Ketika sejumlah upaya penangkapan mengeksploitasi lebih rendah dibandingkan stok ikan yang tersedia, maka stok ikan yang tersisa masih dapat tumbuh dan berkembang. Produksi ikan akan meningkat proporsional terhadap upaya penangkapan, dan pada sisi lain ketersediaan ikan berkurang. Akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan antara besarnya upaya penangkapan dengan ketersediaan stok ikan untuk perikanan, dimana dampaknya adalah produksi ikan juga berkurang Gulland 1983; Smith 1981; Widodo et al. 2001; Murdiyanto 2004. Perubahan upaya penangkapan dalam skala waktu dan ruang menyebabkan variabilitas produksi ikan MacCall 1984; Halley dan Stergiou 2005, sehingga upaya penangkapan dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui variabilitas produksi ikan dan kelimpahan ikan McCluskey dan Lewison 2008. Fluktuasi dalam upaya penangkapan berkaitan dengan pelaku usaha perikanan tangkap nelayan Rijndrorp et al. 2000, yaitu bagaimana mengoptimalkan produksi untuk memperoleh keuntungan, yang juga merespon regulasi atau kebijakan pemerintah Scott 1979; Branch et al. 2006. Misalnya program motorisasi yang dilakukan pada periode tahun 1980 sebagai kebijakan untuk meningkatkan produksi Bailey et al. 1987, perubahan dari perahu layar menjadi perahu bermesin motor tempel telah meningkatkan upaya penangkapan. Kebijakan pembangunan perikanan telah meningkatkan efisiensi dalam produksi ikan, dimana efisiensi teknik penangkapan, investasi atau produktivitas telah mendorong peningkatan efisiensi upaya penangkapan Scott 1979; Susilowati et al. 2005. Sebagai ukuran dari perubahan produksi ikan dan kelimpahan ikan dalam suatu kawasan, maka upaya penangkapan merupakan salah satu faktor utama untuk menilai kegiatan penangkapan ikan dalam suatu kawasan perairan. Namun pada perikanan dengan karakteristik multigear dan multispecies, yaitu satu jenis ikan dapat ditangkap oleh berbagai jenis alat tangkap, maka ukuran upaya penangkapan merupakan kesulitan tersendiri. Misalnya, bagaimana menentukan seberapa besar upaya penangkapan ikan pelagis kecil dari jenis alat tangkap jaring insang dengan pukat cincin, karena kedua jenis alat tangkap ini memiliki prinsip penangkapan yang berbeda. Perbedaan tersebut membutuhkan standardisasi pada upaya penangkapan dari berbagai jenis alat tangkap dengan tujuan penangkapan yang sama dan dihitung berdasarkan produktivitas masing-masing alat tangkap. Produktivitas alat tangkap adalah jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dari upaya penangkapan, sebagai produksi dari proporsi ikan pada suatu kawasan perairan yang ditangkap Gulland 1983; Widodo 2001b. Evaluasi keadaan perikanan tangkap pada suatu kawasan perikanan berdasarkan perubahan upaya penangkapan ikan perlu dilakukan melalui standardisasi dari berbagai jenis alat tangkap. Standardisasi upaya penangkapan bertujuan untuk membentuk indeks kelimpahan dari populasi ikan pada suatu kawasan perairan Maunder dan Punt 2004, dimana indeks kelimpahan umumnya berdasarkan catch per unit effort CPUE dari perikanan komersil Gulland 1983; Sparre dan Venema 1999; Widodo 2001b; Murdiyanto 2004; Maunder et al. 2006. Standardisasi dilakukan menggunakan produktivitas tahunan sebagai dasar standar, karena setiap tahun menggambarkan perubahan pada kelimpahan populasi sumberdaya ikan Azis 1989; Maunder dan Punt 2004. Keadaan perikanan tangkap di perairan pantai barat Sulawesi Selatan perlu diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap perubahan upaya penangkapan. Evaluasi ini penting karena dari beberapa hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, menunjukkan potensi produksi ikan pelagis kecil lebih tinggi dibandingkan kawasan perairan lainnya di Sulawesi Selatan. Potensi ikan pelagis kecil yang tinggi membutuhkan tindakan pengelolaan agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Selain itu perairan pantai barat Sulawesi Selatan memiliki kondisi ekosistem yang berbeda dari utara ke selatan, dimana diduga terdapat perbedaan ketersediaan ikan pelagis kecil yang juga berbeda pada setiap ekosistem. Dengan demikian evaluasi upaya penangkapan dilakukan berdasarkan perbedaan ekosistem untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan keadaan perikanan tangkap pada ekosistem yang berbeda.

5.2 Tujuan