Kesimpulan Dinamika hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan F

8. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut: 1 Perbedaan ekosistem di perairan pantai barat Sulawesi Selatan memberikan dampak terhadap karakteristik perikanan pelagis kecil sebagaimana hasil analisis pada 3 zona perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Kinerja perikanan pelagis kecil di setiap zona menunjukkan produksi tertinggi di zona perairan dangkalgugusan pulau zona A dan terendah di zona perairan pantai yang terbuka zona C. 2 Pola upaya penangkapan dan produksi ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan menunjukkan adanya unit penangkapan ikan yang cenderung dominan, yaitu di zona perairan dangkalgugusan pulau zona A adalah pukat cincin dan bagan perahu, di zona perairan teluk zona B adalah payang dan bagan perahu, sedangkan di zona perairan pantai terbuka zona C adalah payang. Dengan demikian kegiatan perikanan tangkap pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan didominasi unit penangkapan pukat cincin, bagan perahu, dan payang. 3 Perubahan CPUE di zona perairan dangkalgugusan pulau zona A, menurun rata-rata sebesar 35,0 tonupaya pada periode 1 menjadi rata-rata sebesar 24,0 tonupaya pada periode 4. Pada zona perairan teluk zona B, menurun dari rata- rata sebesar 24.5 tonupaya pada periode 1 menjadi rata-rata sebesar 9,5 tonupaya pada periode 4. Pada zona perairan terbuka zona C, menurun dari rata-rata sebesar 55,6 tonupaya pada periode 1 menjadi rata-rata sebesar 19,9 tonupaya pada periode 4. Dengan demikian intensitas penangkapan ikan di perairan pantai barat Sulawesi Selatan menyebabkan penurunan produktivitas. 4 Kegiatan perikanan tangkap pelagis kecil menunjukkan status perikanan pelagis kecil di zona perairan dangkalgugusan pulau zona A dan zona perairan teluk zona B telah mencapai optimum dibandingkan zona perairan terbuka zona C. 5 Pola distribusi ikan di perairan pantai barat Sulawesi Selatan memiliki tipologi yang berbeda. Pada perairan pantai dangkalgugusan pulau zona A dan perairan pantai terbuka zona C, ikan berada pada SPL rendah dan tinggi dengan klorofil rendah pada skala waktu kuartal musim dengan data produktivitas. Pada perairan pantai bentuk teluk zona B distribusi ikan ada pada SPL tinggi dengan klorofil rendah, skala waktu kuartal kategori kalender dengan data produktivitas. 6 Pola kelimpahan ikan berdasarkan analisis korelasi spasial dengan produktivitas, signifikan dengan SPL di zona perairan dangkalgugusan pulau zona A pada skala waktu kuartal kategori kalender. Pada skala waktu kuartal kategori musim di zona perairan dangkalgugusan pulau, signifikan antara produktivitas dengan SPL dan klorofil berdasarkan parameter statistik modus. Pada perairan pantai bentuk teluk zona B, korelasi signifikan antara produksi, produktivitas, dan densitas ikan dengan klorofil, baik skala waktu kuartal kategori kalender maupun musim. Pada perairan pantai terbuka zona C, belum dapat diklarifikasi dan menunjukkan tidak berlaku secara umum yang berkaitan dengan ketersediaan jumlah data yang dianalisis, sebagaimana di perairan dangkalgugusan pulau. 7 Penggunaan parameter statistik menunjukkan ukuran pemusatan data seharusnya digunakan untuk mengklarifikasi keeratan hubungan antara faktor lingkungan dengan aspek perikanan, khususnya parameter statistik modus. Aspek perikanan yang seharusnya digunakan untuk mengetahui hubungan kondisi oseanografi dengan kelimpahan ikan, adalah produktivitas ikan.

8.2 Saran