Keterangan: Kotak hijau adalah zona A, ungu adalah zona B, dan merah adalah
zona C. Gambar 7 Lokasi penelitian dan pembagian zona diperairan pantai barat Sulawesi
Selatan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk analisis upaya penangkapan dan produksi adalah data statistik perikanan tangkap yang dikeluarkan Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu tahun 1977-2006. Data produksi ikan yang digunakan adalah produksi ikan dari 8 unit penangkapan ikan
yang menangkap ikan pelagis kecil sebagai hasil tangkapan utama, yaitu: 1 payang, 2 pukat pantai, 3 pukat cincin, 4 jaring insang hanyut, 5 jaring lingkar,
6 jaring insang tetap, 7 bagan perahu, dan 8 bagan tancap. Data produksi berdasarkan jenis ikan yang digunakan adalah dari 6 jenis ikan yaitu: 1 kembung
Rastrelliger sp, 2 layang Decapterus sp, 3 lemuru Sardinella spp, 4 selar Selaroides spp, 5 tembang Sardinella fimbriata, dan 6 teri Stolephorus spp.
Data upaya penangkapan yang digunakan adalah jumlah unit dari 8 unit penangkapan tersebut.
Kajian kondisi oseanografi menggunakan data suhu permukaan laut SPL dan klorofil. Data suhu permukaan laut dan klorofil diperoleh dari NASA
National Aeronautics and Space Administration untuk tahun 2002-2006, yang diperoleh dari
http:reason.gsfc.nasa.govgiovanni .
3.4 Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan asumsi sebagai berikut: 1 armada pukat cincin di zona A Kepulauan Spermonde tidak ke Laut Jawa;
2 tidak ada armada pukat cincin Laut Jawa yang mendaratkan ikan di zona A; 3 stok ikan bisa saja menyebar diantara 3 zona tersebut bahkan tidak terbatas
pada 3 zona, oleh karena itu dalam penelitian ini, tidak ada maksud untuk menentukan MSY. Penggunaan metode surplus production model lebih
ditekankan untuk melihat kecenderungan. Analisis data untuk kajian upaya penangkapan diawali dengan melakukan
standardisasi pada 8 unit penangkapan ikan di setiap zona penelitian, yang dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: 1 standardisasi upaya penangkapan dengan
mempertimbangkan ciri umum program dalam periode kebijakan pembangunan perikanan di setiap zona penelitian, dan 2 standardisasi dari total upaya
penangkapan yang digunakan untuk menghitung CPUE catch per unit effort. Hasil standardisasi upaya penangkapan ikan dilanjutkan dengan analisis trend
untuk mengetahui pola upaya penangkapan. Kajian kondisi oseanografi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: 1 menghitung suhu permukaan laut dan klorofil dari
bulanan menjadi kuartalan dengan menggunakan tujuh parameter statistik, 2 menentukan pola distribusi ikan melalui analisis produksi, produktivitas, dan
densitas ikan dengan memperhatikan suhu permukaan laut dan klorofil, dan 3 menghitung keeratan hubungan produksi, produktivitas, dan densitas ikan dengan
SPL dan klorofil menggunakan korelasi spasial untuk menentukan pola kelimpahan ikan. Selain itu juga akan menentukan parameter statistik yang sesuai
berdasarkan korelasi yang signifikan.
4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT
SULAWESI SELATAN 4.1
Pendahuluan
Perikanan tangkap merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya ikan yang mempunyai nilai ekonomi dengan
menggunakan teknologi, baik yang sederhana maupun yang lebih kompleks. Dengan demikian perikanan tangkap adalah suatu proses produksi yang memiliki
nilai ekonomi yang melibatkan berbagai komponen, dimana komponen utama adalah manusia, unit penangkapan, dan sumberdaya ikan yang menjadi tujuan
utama penangkapan. Keterkaitan antara komponen utama dalam perikanan tangkap akan
menentukan keadaan perikanan tangkap pada setiap kawasan perairan yang menjadi lokasi penangkapan. Keadaan perikanan tangkap menyangkut jumlah
produksi ikan, jumlah upaya penangkapan ikan, dan komposisi produksi jenis ikan. Produksi ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan
mencapai 48,21 atau 46 301,3 ton dari total produksi ikan pelagis kecil Sulawesi Selatan. Demikian juga produksi ikan pelagis kecil yang mencapai 55,6 dari
kelompok jenis ikan lainnya pelagis besar dan demersal di perairan pantai barat Sulawesi Selatan Laporan statistik perikanan Sulawesi Selatan 2006. Presentase
produksi ikan pelagis kecil tersebut mengindikasikan ketersediaan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan lebih besar dibandingkan perairan
pantai lainnya di Sulawesi Selatan. Produksi ikan pelagis kecil diperoleh dari beragam unit penangkapan,
sehingga perlu dideskripsikan untuk mengetahui aktivitas penangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan yang memiliki tipikal
berbeda. Aktivitas penangkapan adalah metode pengoperasian alat tangkap, produksi ikan, baik jumlah maupun komposisi jenis ikan, dan lokasi penangkapan.
Jenis alat tangkap yang menangkap ikan pelagis kecil antara lain, pukat cincin, payang, bagan perahu, bagan tetap, jaring insang hanyut, jaring insang tetap,
jaring insang lingkar Widodo et al 1994; Zarohman et al. 1996; Pet Soede et al. 1999.
Wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Selatan di bagian utara yang mencakup kabupaten Polewali Mandar, Majene, dan Mamuju saat ini merupakan
Provinsi Sulawesi Barat. Namun deskripsi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Polewali Mandar, Majene dan Mamuju tetap dievaluasi dalam
penelitian ini.
4.2 Tujuan