Tujuan Metodologi Dinamika hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan F

jaring insang lingkar Widodo et al 1994; Zarohman et al. 1996; Pet Soede et al. 1999. Wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Selatan di bagian utara yang mencakup kabupaten Polewali Mandar, Majene, dan Mamuju saat ini merupakan Provinsi Sulawesi Barat. Namun deskripsi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Polewali Mandar, Majene dan Mamuju tetap dievaluasi dalam penelitian ini.

4.2 Tujuan

Mendeskripsikan spesifikasi alat tangkap ikan, metode pengoperasian dan lokasi penangkapan, serta produksi berdasarkan jenis ikan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan.

4.3 Metodologi

Deskripsi alat tangkap ikan pelagis kecil yang dioperasikan di perairan pantai barat Sulawesi Selatan dilakukan berdasarkan 4 jenis alat tangkap, yaitu pukat cincin, bagan rambo, bagan perahu, dan payang. Pemilihan alat tangkap berdasarkan kondisi di lapangan yang berkaitan dengan kemudahan akses untuk mendapatkan data produksi.

4.3.1 Lokasi pengamatan

Pengamatan alat tangkap ikan pelagis kecil dilakukan di Kabupaten Barru zona A, Polewali Mandar zona B, dan Majene zona C. Pengamatan dilakukan mulai bulan Mei hingga Desember 2007. Jenis alat tangkap yang diamati di kabupaten Barru adalah bagan rambo dan pukat cincin. Bagan rambo berpangkalan di desa Sumpang Binangae dan pukat cincin di desa Siddo. Alat tangkap yang diamati di kabupaten Polewali Mandar adalah bagan perahu yang berpangkalan di desa Tonyaman dan pukat cincin di desa Massangan. Alat tangkap yang diamati di Kabupaten Majene adalah payang yang berpangkalan di desa Banggae. Pengambilan data penangkapan di lokasi pengamatan dibantu oleh beberapa orang. Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan dimana terdapat konsentrasi nelayan yang mengoperasikan alat tangkap ikan pelagis kecil.

4.3.2 Analisis data

Spesifikasi alat tangkap dan kapal yang diamati diketahui berdasarkan wawancara dengan nelayan. Hasil wawancara kemudian dibuat sketsa konstruksi alat tangkap. Sketsa spesifikasi pukat cincin mengikuti Sudrajat et al. 1995, sedangkan payang mengikuti Sudrajat et al. 1995 dan Najamuddin 2004 Lampiran 5. Produksi dari masing-masing alat tangkap yang diamati diketahui dengan memberikan buku catatan produksi kepada nelayan untuk diisi. Buku catatan produksi berisi tanggal, jenis ikan, jumlah hasil tangkapan kg, dan lokasi penangkapan. Kendala dalam pengisian buku catatan produksi adalah terdapat unit penangkapan yang tidak beroperasi, misalnya karena kerusakan mesin kapal, seperti pada pukat cincin yang berpangkalan di desa Siddo, kabupaten Barru, sedangkan pukat cincin di desa Massangan, kabupaten Polewali Mandar mulai melakukan pencatatan produksi bulan Juni. Bagan perahu yang berpangkalan di desa Binuang tidak melakukan pencatatan mulai bulan Oktober hingga Desember. Payang yang berpangkalan di desa Banggai tidak melakukan operasi penangkapan pada bulan Mei. Kendala tersebut menyebabkan perbedaan pencatatan produksi dari setiap unit penangkapan yang diamati. Produksi ikan dari setiap unit penangkapan ikan dianalisis secara deskriptif menggunakan grafik. Metode pengoperasian alat tangkap dan posisi geografi daerah penangkapan ikan ditentukan dengan mengikuti langsung operasi penangkapan ikan pada setiap unit penangkapan di lokasi amatan. Penentuan posisi geografi menggunakan Global Positioning System GPS. Posisi geografi daerah penangkapan kemudian dipetakan dengan menggunakan peta dasar rupa bumi skala 1:50000 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal tahun 1991. 4.4 Hasil 4.4.1 Spesifikasi alat tangkap